"Silh asah, silih asih, silih asuh"
Jargon di atas pasti sudah sangat familiar ya di telinga urang sunda. Silih asah, silih asih, dan silih asuh. Adalah sebuah jargon dimana sebagai urang sunda berkewajiban untuk menyayangi, berbagi kebahagiaan, dan mengayomi satu sama lain. Jargon ini lah yang selalu mengingatkan seluruh urang sunda dimanapun berada agar tidak lupa untuk saling mengasihi dan mengayomi satu sama lain kepada siapapun, terutama kepada saudara sebangsa dan setanah air.
Bicara tentang silih asah, silih asih, dan silih asuh ini, saya memiliki pengalaman yang cukup unik, bahkan mungkin pengalaman ini dirasakan oleh semua anak-anak di tanah pasundan. Apa itu? jawabannya adalah mendapatkan uang jajan dari sanak saudara lainnya.
Waktu saya kecil dulu, setiap berkunjung ke rumah saudara (mamang, uwa, bibi, aki, nini ) pasti pulangnya bawa 'oleh-oleh' uang jajan. Sebagai anak kecil, pastinya seneng banget dong dikasih uang jajan sama saudara, apalagi kalau sering-sering, bisa doubel jajannya. Hehehe.
Cerita anak zaman sekarang
Waktu adik saya main ke Bandung, ke rumah mertua saya, tiba-tiba Bapak mertua menyodorkan selembar uang buat adik saya.
"Ini, buat jajan"
Adik saya kaget. Uang apa ini? Kok dikasih uang segala?
"Terima Kasih" Adik saya mengambil uang tersebut sambil cium tangan.
Begitupun kalau anak saya ketika main ke rumah temen yang notabene urang sunda asli, atau ada temen saya yang main ke rumah yang juga urang sunda tulen. Apabila setelah selesai bersilaturahmi, pasti mereka memberikan uang untuk Kifah anak saya.
Saya kadang menolak untuk menerimanya, karena gak enak dan suka mikir 'aduh ngerepotin' tapi akhirnya diterima juga.
Sudah Jarang dilakukan
Saya merasa bahwa memberikan uang kepada anak saya tadi adalah sesuatu yang aneh, tidak biasa, dan jarang dilakukan. Kenapa? karena saya sudah lama tidak melihat kebiasaan itu dilakukan.
Kemudian saya berpikir, bahwasanya memberikan uang kepada anak kecil itu merupakan hal yang sering terjadi dan saya rasakan sendiri di waktu kecil. Soal kasus adik saya yang kaget karena diberikan uang, karena adik saya pun sama sekali tidak terbiasa mendapat perlakukan seperti itu. Karena walaupun adik saya urang sunda, tapi sudah lama sekali tinggal di daerah perantauan yang notabene sudah terjadi pencampuran berbagai etnis di Indonesia.
Saya sendiri pun jarang melakukannya, saya amat sangat jarang memberikan uang kepada anak-anak. Seperti ponakan, sepupu, tetangga, anak sahabat saya, karena saya lebih sering memberikan hadiah berupa kado atau bingkisan makanan. Jarang sekali memberikan uang cash untuk anak-anak.
Budaya Indonesia adalah Budaya Berbagi Kebahagiaan
Dari sini saya kembali berpikir, bahwa ketika saya masih kecil, keluarga saya, saudara-saudara saya yang sudah berusia jauh lebih dewasa berbagi kebahagiaan dengan cara memberikan uang yang mereka miliki kepada anak-anak untuk sekedar membeli permen di warung. Ini merupakan bentuk kasih sayang, bentuk berbagi bahagia bersama keluarga.
Budaya Indonesia memang sudah memberikan contoh bahwa berbagi kebahagiaan bisa dimulai dari keluarga terdekat seperti anak-anak. Bahkan di keluarga saya sendiri, memberikan uang sebagai 'uang jajan' sebagai salah satu bentuk berbagi kebahagiaan bukan hanya dilakukan kepada anak yang masih kecil saja, kami pun yang sudah dewasa, berkeluarga, sering mendapatkan 'uang jajan' dari ibu, bapak, mamang, uwa, kakek nenek. Bukan nominalnya yang kami lihat, tapi bentuk kasih sayang mereka kepada kami yang mungkin saja masih dianggap 'anak-anak' oleh mereka.
Selain budaya urang sunda, etnis dan suku lain pun saya rasa memiliki cara masing-masing dan unik untuk berbagi kebahagiaan. Kita bisa lihat pada saat lebaran, anak-anak pasti sibuk berburu salam tempel dari sanak saudara. Hampir seluruh masyarakat Indonesia memberikan 'uang jajan' kepada anak-anak. Dan anak-anak pasti sangat bahagia.
Melestarikan Budaya
Saya sendiri yang sempat lupa akan budaya ini kembali tersentuh, betapa budaya Indonesia telah memberikan banyak inspirasi kebahagiaan. Sehingga kita bisa saling berbagi bahagia bersama keluarga, bahagia bersama sahabat, dan tentunya bahagia bersama anak-anak.
Tak usah jauh-jauh meniru budaya Barat seperti Hari Thanks Giving yang disebut-sebut sebagai hari untuk merayakan rasa syukur dan berbagi bahagia bersama keluarga dan sahabat. Indonesia sendiri memiliki budaya berbagi kebahagiaan yang sangat menginspirasi, salah satunya budaya berbagi kebahagiaan bersama anak-anak ini.
Sebagai urang sunda, saya ingin sekali melestarikan budaya saling berbagi kebahagiaan yang sudah saya alami sejak kecil. Mewariskan silih asah, silih asih, dan silih asuh untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Karena kebahagiaan besar dalam hidup ini pasti tercipta dari kepingan kebahagiaan kecil, salah satunya dengan memberikan senyuman manis di hati anak-anak Indonesia.
Semoga Bermanfaat :)
eh betul juga ya mba, berbagi kebahagiaan itu budaya Indonesia yg baik. mudah2an tetap terpelihara
ReplyDeleteIya mbak Kania, mudah-mudahan masyarakat Indonesia bisa saling berbagi bahagia terus turun-temurun :)
DeleteSampe saya segede ini, kalo dikasi uang sama kakak atao om saya, rasanya sueneng (padahal udah bisa nyari uang sendiri xixixi
ReplyDeletekalau kita berbagi kebahagiaan biasanya kebahagiaan itu akan menular :)
ReplyDeleteberbagi kebahagian pada intinya adalah kita akan merasa senang dan bahagia ketika melihat orang yang kita berikan sesuatu itu nampak senang dan merasa terbantu atas sesuatu yang kita bagikan kepadanya...
ReplyDeletekalau beri kebahagiaan di salurkan ke sesama.. akan menjadi lbih baik :D
ReplyDelete