Dear Pak Jokowi
Biar saya kenalkan siapa saya sebelumnya
Saya bukan pendukung Bapak
Karena jika saya mendukung Bapak
Saya akan dicap sebagai Jasmev
Kemudian dibully habis-habisan
Saya juga bukan haters Bapak
Karena nanti dibilang gagal Move On
Anggota barisan sakit hati
Saya hanya perempuan biasa
Seorang ibu, istri, perempuan
yang sering melihat peristiwa sehari-hari
Langsung, lewat sosmed, atau berita
Saya hanya mau tanya Pak
Negara kita ini mau dibawa kemana?
Tatanan hidup seperti apa yang Bapak rencanakan
Untuk kami-kami ini
Kami, perempuan Indonesia,
Kami, para istri
Kami, para ibu
Kami, yang katanya tiang negara
Saya baru lihat Pak
Ada ibu yang tega
Menyewakan bayinya kepada pengemis
Supaya dapat uang,
Supaya bisa makan,
Bayinya dibius Pak,
Agar tertidur pulas
Dijadikan pemikat rasa iba
Para pengguna jalan ibu kota
Ngeri sungguh, Pak
Saya juga baca berita Pak
Ada suami dihajar istri dan mertuanya
Sampai babak belur
Katanya,
Nafkah yang diberikan kurang
Tak cukup buat kebutuhan
Tak cukup buat makan
Karena emosi
Kalap langsung keroyokan
Saya bertemu langsung Pak
Anak kecil usia 4 tahun
Dikurung di kamar mandi
Supaya tak melihat
Ibunya mau ke Saudi
Mengadu nasib jadi TKI
Supaya bisa bawa pulang
Rupiah yang dimimpi-mimpi
Saya liat sendiri Pak
Para suami membersihkan rumah
Mencuci pakaian
Mengasuh balita
Lantaran istrinya
Pergi ke luar negeri
Cari penghidupan layak
Buat keluarga, katanya
Ini juga kisah nyata Pak
Ibu rumah tangga
Sana sini jadi pembantu
Suami tak bekerja
Anak masih butuh biaya
Untuk sekolah
Untuk membeli cita-cita
Untuk merubah nasib keluarga
Kelak
Ada juga istri yang mengadu
Membuat surat terbuka
Bahwa keluarganya tercemar narkoba
Suaminya di penjara
Keluarganya hancur,
Porak poranda
Pak, saya selalu gusar
Bagaimana kami ini bisa berkarya
Layaknya perempuan
Layaknya istri
Layaknya ibu
Menikmati menyusui bayi
Tanpa kekhawatiran akan rasa lapar
Menikmati eksplorasi kuliner di dapur
Tanpa rasa rakut akan dibunuh orang
Menikmati mengantar anak sekolah
Tanpa mimpi buruk dieksekusi mati
di Tanah rantau
Bagaimana pak kami ini menikmati peran?
Karena suara perut terkadang mengalahkan suara ayat suci
Yang memerintahkan kami menjadi madrasah
Bagi buah hati kami
Pak,
Tatanan hidup seperti apa yang harus kami jalani?
Bahkan kami pun tak sempat mengiba pada diri sendiri
Kami hanya menjalani tuntutan demi tuntutan
Tekanan demi tekanan
Adakah bapak berencana untuk memperbaiki hati kami yang membiru
Karena terlalu lama lebam terhantam kerasnya batu kehidupan
Pak,
Sungguh saya, kami, menginginkan ketenangan dalam menjalankan peran
Sebagai ibu, sebagai istri, sebagai perempuan
yang katanya tiang negara
yang katanya tonggak perubahan
yang katanya sekolah kehidupan
yang katanya pahlawan belakang layar
Bisakah kami hidup berdampingan dengan bahagia?
Dengan setulusnya cinta yang jarang sekali
Terlihat wujudnya
Pak,
Jangan biarkan sisa hidup kami ini
Terus-menerus didesikasikan untuk perut yang lapar
Jangan biarkan kami mati dalam hidup
Dan hidup untuk kematian
Pak,
Kelak Bapak akan mendapatkan pertanyaan panjang
Di yaumil hisab sebagai seorang pemimpin
Tentang bayi yang dibius
Tentang anak yang tak bertemu ibunya
Tentang suami yang ditinggalkan
Tentang anak yang tak menerima haknya
Tentang keluarga yang hancur karena narkoba
Dan ini benar-benar jadi urusan Bapak kelak,
Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan segala urusan
yang menjadi bagian Bapak nanti.
Salam,
Bojong Gede, Bogor
Diantara Deru Commuter Line
Suratnya keyyyeeen Mak Tetty. Semoga didengar eh dibaca oleh para penguasa di 'atas sana ya. Semoga negeri kita jadi lebih baik lagi *ikut gemes bin mbrebes baca suratnya
ReplyDeleteAaminn semoga ya :)
ReplyDelete