Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

Mommy Diary: Menganalisa Karakter Anak Sejak Dini



“Seseorang belum dikatakan mengenal saudaranya apabila ia belum melakukan satu diantara tiga hal berikut : bepergian bersamanya (safar), menginap di rumahnya, atau melakukan muamalah (transaksi hutang-piutang) dengannya”. [Umar bin Khattab]


Adakah yang sebelumnya telah familiar dengan kalimat di atas?

Saya sendiri pernah mendengar kata-kata tersebut ketika masih duduk di bangku kuliah, tapi saya tidak tahu siapa yang menyampaikannya. Ternyata, setelah saya cari-cari, sahabat Rasulullah SAW, Umar bin Khattab lah yang menyusun kata-kata tersebut.


Loh apa hubungannya dengan kepribadian atau karakter anak?

Sebelumnya saya buat disclaimer dulu ya. Saya ini bukan seorang parenting blogger apalagi ahli parenting *gak banget* tapi sebagai orang tua, saya melakukan pengamatan (analisa) terutama kepada anak sendiri setiap hari. Jadi, bisa dibilang ini adalah buah pengamatan saya sehari-hari. Sepakat ya?

Anak saya masih berusia 4 tahun, alhamdulillah sudah bisa berkomunikasi dengan baik, sudah bisa bersosialisasi dengan baik, dan memiliki beberapa orang teman baik di rumah.

Walaupun masih terbilang kecil untuk memiliki "sahabat" tapi anak saya ini memang cepat akrab dengan anak lain, dan bisa jadi sangat "lengket" jika sudah saling kenal dan klop. 


Ceritanya, suatu hari anak saya ini berteman dengan anak tetangga *yaiyalah masa temenan sama anak Kanguru* sampai pada akhirnya anak saya "akrab" dengan anak tetangga itu.

Hampir setiap hari anak tetangga saya itu (panggil saja N) main ke rumah, atau mengajak Kifah main keluar rumah. 

Pada awalnya saya mengijinkan, karena saya melihat anak tersebut BAIK-BAIK SAJA. Tidak ada yang aneh, tidak nakal, dan lain sebagainya. Tapi, lama-kelamaan, kok si N itu jadi berubah. *tsaahh

Lama bermain dengan Kifah anak saya, Si N lama-lama ketahuan "belangnya". Ternyata anak ini sering jadi tukang perintah, ia meminta Kifah mengambil mainan ini, mainan itu, perintah sana, perintah sini, dan mengatur semua permainan yang ada. Istilahnya Bossy banget lah gitu, tapi gak sampai disitu, si N ini juga sering menghasut anak lain. 

Contohnya, ketika anak-anak tetangga bermain bersama, kemudian Kifah datang ingin ikut bermain, maka si N ini dengan lantang menghasut anak-anak lain untuk menjauhi Kifah. 

"Jangan main sama Kifah" "Aku gak temenan sama kamu" "Kifah itu dulunya, bla..bla.. bla"

WHAATTTT

Si N ini baru berusia ENAM TAHUN, tapi memiliki karakter yang bikin elus-elus dada. Menjadi anak penghasut dan tukang adu domba. 

*Saya gak ngerti nih anak belajar dimana dan sama siapa deh*

Akhirnya, Kifah jadi sering nangis dong, dijauhin temen, jadi public enemy gara-gara hasutan satu orang itu bener-bener nyakitin. Tapi sebagai emaknya, saya gak pernah blak-blakan marahin si N itu, saya masih menegurnya dengan cara baik-baik. Atau kalau saya sudah kepalang kesal, saya meminta Kifah tidak keluar rumah untuk sementara dan tidak mengijinkan Kifah main dengan si N lagi.

Dan ternyata bukan saya saja yang merasa demikian loh. Ibu-ibu tetangga sebelah juga merasakan hal yang sama, bahwa si N ini memiliki karakter yang buruk. 

Secara spontan saya langsung berpikir, KEMANA ORANG TUANYA? DIAJARIN APA AJA DI RUMAH? KOK ANAKNYA BEGINI AMAT?

Tapi saya gak mau menjudge bahwa orang tuanya salah didik atau apalah, toh saya sendiri pun masih sangat belajar dalam mendidik anak sendiri. Dan lama-lama saya jadi berpikir, bahwa sebagai orang tua ada baiknya kita MENGANALISA KARAKTER ANAK sejak dini.

*wessshh berat nih omongannya*

Tapi emang beneran sih, sejak saya melihat karakter si N, saya jadi lebih berhati-hati dan memperhatikan karakter anak saya sendiri. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Umar bin Khattab di atas. Karakter seseorang dapat dikenali ketika melakukan aktivitas bersama orang lain.

Begitupun dengan karakter anak. 

Mungkin saja, anak kita sangat baik di rumah. Kita melihatnya anak rajin belajar, makan teratur, sering membaca, dan lain sebagainya. Kemudian kita menyimpulkan bahwa "Oh, anak saya senang belajar, anak saya pendiam, anak saya lebih senang membaca sendiri di kamar". 

No No No No...

Menurut saya ini sangat kurang sekali. Analisa karakter anak hanya dengan melihatnya membaca atau belajar di kamar amat sangat kurang. Lebih dari itu, lihatlah karakter anak ketika sedang bersosialisasi atau berteman dengan orang lain.

Kembali ke cerita si N. 

Mungkin saja di rumahnya ia adalah anak yang baik dan penurut, sehingga ibunya dengan santai "melepas" anaknya main bersama anak yang lainnya. Tapi apa yang saya temukan, si N ini anak yang sering menghasut, dan sering melakukan adu domba. 

Bisa dibayangkan bila karakter ini "bertahan" hingga ia dewasa kelak?

Usia enam tahun dengan karakter anak yang dibiarkan begitu saja, tidak ada pelurusan, tidak ada perbaikan, tidak ada nasehat dari orang tua (karena merasa anaknya baik-baik saja) saya yakin bisa membawa dampak negatif dalam masa pertumbuhannya. Anak bisa saja mengklaim bahwa tindakannya itu benar dan tidak ada masalah. Padahal menghasut dan adu domba adalah akhlakul mazmumah (akhlak tercela) yang dilarang oleh syariat Islam.

Dari sini saya belajar, sebagai orang tua saya harus lebih peka dan jeli melihat karakter anak saya sendiri. Bagaimana ia merespon kekecewaan, bagaimana ia menghadapi teman yang tidak baik, bagaimana ketika ia dikucilkan di lingkungan, bagaimana ia menjaga perasaaan teman, bagaimana ia membela diri, dan lainnya.

Melihat karakter anak ketika sendiri di rumah tidaklah cukup. Sesekali melakukan observasi ketika anak sedang bermain atau berinteraksi dengan orang lain akan memberikan sebuah gambaran untuk kita para orang tua agar lebih bijak lagi memberikan arahan dan panduan supaya anak senantiasa memiliki akhlakul karimah atau akhlak terpuji.

Menganalisa dan mendeteksi karakter anak sedini mungkin mudah-mudahan bisa membuat tumbuh kembang anak menjadi lebih baik untuk mencapai karakter anak  yang sesuai dengan harapan para orang tua. 

Ada yang punya cerita sama dengan saya? Share Yuk!


#SelfReminder


Baca tentang Mommy Diary yang lain di sini. 

7 comments

  1. Anak-anak lebih bagus dipahami sejak dini agar ke depannya tidak salah dalam mendidiknya.

    ReplyDelete
  2. tulisan bagus, ty.. makasih yaa jadi pembelajaran klo nnti Aska udh agak gede main sama temen2nya.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya teteh masama.. salam cup cup buat Aska :)

      Delete
  3. Keren mbak tetty ulasannya, kayak baca artikel pakar anak,
    aku sejauh ini tau karakter abangzam itu, gigihan banged anaknya, mau apa harus dapet
    kalau nggak ngamuk wkwkwkw.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aduh jauh bgt mbak qiah.. wah bagus atuh kalau gigih, jd anak pemberani pantang menyerah :)

      Delete
  4. Anak adalah aset berharga bagi orang tua, seharusnya orang tua dapat membimbing dan mengarahkan ke jalan yang terbaik. Menjauhkan dari teman - teman yang jelek juga salah satu bentuk tanggung jawab orang tua.

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, silakan tinggalkan komentar yang baik dan positif ya :D