Dua tahun jadi keluarga ‘kontraktor’ bikin saya banyak
belajar. Belajar suka, belajar duka, belajar sabar, belajar empati, belajar
husnudzon, pokoknya banyakkkk.
Semenjak suami pindah kerja ke Bogor, otomatis kami semua
hijrah bersama. Walau pernah selama enam bulan kami(saya dan suami) LDR-an
Bandung Bogor. Tapi sekarang kami sudah tinggal bareng lagi, dan sedang
persiapan pindah ke tempat lain yang masih di kawasan Bogor dan dekat dengan
kantor suami di Cibinong.
Namanya pindah-pindah (setiap tahun, selama dua kali) saya
punya beberapa pengalaman, terutama seputaran bertetangga. Ada tetangga yang
ramah banget waktu kami datang ‘menghuni’ wilayahnya, ada juga yang agak kurang
welcome (pada awalnya) tapi kesininya justru minta kami jangan pindah dan
tinggal aja di sini. Haha.
Tahun pertama suami pindah ke Bogor, kami tinggal di daerah
Parung selama satu tahun. Kemudian tahun kedua pindah ke daerah Bojong Gede
dekat perkantoran pemerintahan kabupaten Bogor.
Dua wilayah yang pernah kami tempati sama-sama punya cerita
khusus.
Tahun pertama Kifah masih 3 tahun, dan masih suka nangis
tengah malem. Tetangga yang belum biasa denger tangisan Kifah langsung jadi
horor. Ada yang ke rumah bawa kacang ijo, ada juga yang bawa air putih yang
katanya air do’a. Mereka semua khawatir kalau Kifah jerit-jerit karena ada yang
ganggu. Maklum, rumah yang kami tempatin waktu itu sempet kosong agak lama.
Saya sama Abbiy sih biasa aja nanggepinnya, tapi rada tegang
juga. Tapi di satu sisi kami berterima kasih, tetangga-tetangga punya perhatian
lebih, walaupun agak sedikit bikin horor.
Dari situ kami pertama kali belajar bahwa bertetangga itu
unik. Harus bisa membawa diri, bahkan di saat menghadapi hal-hal yang kita
anggap kurang rasional (contoh: tetangga nabur-nabur kacang ijo di depan rumah
T____T) , kami harus tetep bisa kaleeuummm.
Tahun kedua, kami pindah ke daerah lain.
Awalnya kami takut gak betah, karena satu tahun pertama sudah
merasa nyaman. Apalagi sudah ketemu tetangga yang klop, jadi takutnya di tempat
baru malah gak kerasan.
Di lingkungan yang baru pun sama, ada yang welcome atas
kedatangan kami, dan ada juga yang kurang greget. Ya udah pengalaman lah waktu
setahun kemarin, jadi kami merasa lebih santai.
Langkah pertama kami hampir sama seperti tahun sebelumnya,
yaitu silaturahmi ke rumah Pak RT. Dan enaknya rumah Pak RT tepat di seberang
rumah, jadi waktu itu sempet lucu sendiri. Nanyain rumah Pak RT ke orang lain,
padahal rumah Pak RT-nya ada di seberang mata sendiri. Untung aja gak nanya
langsung ke rumahnya ya,
“Pak tahu rumah Pak RT?”
“Loh, saya ini RT-nya”.
Pasti malu banget kalau kejadian begini. Untung aja gak
terjadi. Bisa langsung pindah lagi cari tempat baru.
Baca juga tentang Tips Menjadi Warga Baru ya.
Selama setahun di sana alhamdulillah, tidak ada kendala yang
berarti saat bertetangga. Mungkin ada beberapa waktu diawal-awal, tapi
selanjutnya lancar-lancar aja. Kifah juga punya banyak temen, dan sekolah PAUD.
Intinya cuman satu sih, kita harus jaga komunikasi dengan
baik. Jangan sampai diem aja kalau ada apa-apa, tetangga kan saudara terdekat
kita saat ada sesuatu yang terjadi.
Yang bikin saya seneng adalah tetangga yang gak suka
basa-basi, dan selalu terbuka kalau ada masalah di lingkungan. Dan kalau ada
kegiatan apapun gak sungkan untuk ngajak saya untuk berpartisipasi, padahal
saya sendiri kan warga baru yang masih malu-malu.
Sampai akhirnya di bulan Agustus kemarin saya ikutan lomba bareng
dalam rangka HUT RI. Kita semua jadi tambah deket satu sama lain.
Kifah dapet Door Prize tempat minum lucu waktu perayaan HUT RI
di lingkungan RT-RW
Kemudian mereka semua (tetangga-tetangga) membuat saya
terharu kemarin, saat saya pamit untuk pindah. Mereka semua bikin farewell
party untuk saya.
Saya tersentuh.
Jadi mereka berinisiatif untuk makan siang bareng, kita
patungan masak. Menunya sih sederhana, nasi putih, sayur asem, lalapan, tempe,
tahu, sambel, ikan asin, kerupuk, ya pokoknya makanan rumahan yang saya suka.
Kita semua ngobrol-ngobrol dan nanya-nanya seputar kepindahan
saya dan berdo’a bersama supaya saya sekeluarga betah di tempat baru nanti.
*tuh kan cirambai* *BRB cari tisuuee*
Mereka juga tahu kalau saya sedang hamil, pesan mereka supaya
dikabarin kalau saya sudah melahirkan dan Insya Allah mereka akan jenguk saya
rame-rame.
Terharu banget rasanya ‘diakui’ menjadi bagian dari mereka,
dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka selama ini.
Dan Farewell Party ini membuat saya yakin bahwa kemanapun
kita pergi, selama kita berbuat baik, pasti Allah akan menghadirkan orang-orang
baik disekeliling kita.
Selain Farewell Party di rumah, besoknya di sekolah Kifah ada
pembagian Raport PAUD, dan saya pun ‘dilepas’ dengan farewell party oleh para
orang tua murid dan guru-guru di PAUD. Sama seperti waktu di rumah, kami semua
makan bareng setelah pembagian raport, dan Kifah dikasih kejutan hadiah sebagai
kenang-kenangan.
Kifah juga hampir nangis karena terharu, tapi karena dia
megang hadiah kenang-kenangan nangisnya gak jadi. Hahaha.
Saya hanya ingin bilang, terima kasih untuk tetangga saya,
teman-teman Kifah dan juga orang tuanya yang meluangkan waktu untuk melakukan ‘perpisahan’
untuk saya sekeluarga.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah dilakukan.
Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan keluarga
kami dua tahun ini, semoga Allah mempertemukan kita kembali.
Aamiinnn
berarti mba Tetty orang baiiik, Kiffah juga. semoga kerasan ya di tempat baru nanti :)
ReplyDelete