Hallo readers...
Meh meh meh.. udah senin lagi aja yaks. Kok Sabtu Minggu itu cepet banget
berlalu, padahal masih pengen leyeh-leyeh di rumah sambil ngemil seblak
ceker.
Senin kali ini tak seperti senin biasanya, udah tiga senin saya berkutat di
rumah berdua dengan Kifah plus dede bayi yang ada di dalem peyut. Tiap
senin adalah giliran abbiy kerja, yaiyalah kalo nggak kerja kami semua mau
makan apaaaaa.
Tapi senin ini masih jadi pengawal hari yang akan sangat
"tired.. tired.. tired.."
WHY?
Karena saya baru aja pindahan rumah dan ada beberapa bagian rumah yang
harus direnovasi.
Tired kenapa?
Karena saya harus jadi seksi konsumsi dan logistik selama abbiy kerja.
Baca: Farewell Party
Iya betul, ibu hamil dan punya balita ini harus merangkap jadi mandor
bangunan untuk sementara.
*mulai ngeluh*
Sampai hari ini saya harus masak makanan berat 2x sehari dan cemilan 2x
sehari.
Ya kan bisa beli? bisa sih, tapi gak ekonomis dan saya malas keluar rumah
buat nyari makanan di warung/toko.
Belum lama juga saya ngari kabel listrik dan pipa buat instalasi listrik di rumah. *lirik otot*
Sementara ini saya masih beli bahan masakan ke pasar atau mesen ke tukang
sayur via bbm. Jeileh sama tukang sayur aja bbm-an, iya soalnya tukang
sayurnya gak selalu ready stock, dia selalu belanja sayur by order dari
ibu-ibu komplek sini. Gitu.
Jadinya saya ngeluh-ngeluh capek, soalnya masih harus berjibaku dengan ini
semua.
Wajar gak sih orang tua/ibu suka ngeluh? Gak tau deh, wajar gak wajar kali.
Abis sometimes saya merasa kelelahan menjalani aktivitas sehari-hari dan
kadang juga merasa exited. Mungkin memang karena mood perempuan yang mirip
roller coaster.
Bicara tentang ibu pengeluh, saya selalu tertohok ketika membaca sosial
media atau berita tentang ibu hebat yang dimata saya mereka nyaris menjadi
"orang tua sempurna"
Ada ibu yang berhasil nge-homeschooling anaknya sampai bisa sekolah ke luar
negeri, bikin perusahaan sendiri, jadi pembicara, jadi hafidz qur'an, dan
beragam prestasi yang dicapai oleh anak-anaknya.
Ada juga yang kuat mendidik anaknya sendiri di rumah yang berjumlah lima
orang bahkan tanpa ART.
Dia bilang kalau ia merasa lebih senang mengajari anaknya di rumah. Bisa lebih dekat dengan anak, bisa lebih hemat uang, dan anggaran pendidikan yang makin mahal bisa dialihkan untuk membuat mainan edukatif sendiri di rumah, atau dialokasikan untuk perbaikan gizi anak-anak.
Heumm..
Saya selalu merasa "minder" ketika membaca profil mereka. Ya mereka mungkin
punya stok sabar lebih banyak, punya stok energi lebih besar, punya
kapasitas diri lebih tinggi, punya idealisme lebih kuat, dan punya daya
juang yang lebih hebat.
Kemudian saya melihat ke dalam diri saya sendiri.
Saya merasa gak sekuat mereka, yang mampu mendidik anak dengan luar biasa.
Sampai-sampai idealisme mereka pun menular kepada ibu yang lain.
Saya selalu salut dengan kegigihan mereka.
Apalah diriku yang masih marah kalau Kifah numpahin susu di atas karpet, atau masih suka males bangun pas Kifah pengen minum malem-malem. Dan apalah aku yang gak terlalu kreatif buat bikin mainan edukatif di rumah.
Tapi satu yang kadang mengganjal, idealisme yang mereka tunjukkan menjadi
sebuah perjuangan tersendiri bagi ibu yang lain, tapi kurang mengukur
kapasitas diri sendiri.
Contoh,
Rumah tanpa ART.
Ada beberapa kenalan saya yang akhirnya "meniru" hal tersebut. Memiliki
banyak anak dan tanpa ART.
Saya sendiri jujur gak akan kuat. Malah dalam kondisi saya di rumah, anak
baru satu pula, saya masih menggunakan jasa ART. Dan abbiy pun mengijinkan.
Kalau ada yang berkomentar pasti bilang,
"Ya ampun, anak baru satu aja, gak kemana-mana, pake ART segala, manja amat"
Tapi sampe sekarang belum ada sih yang ngomong gitu, mungkin saya aja yang
lagi baper atau suudzon. Hihi..
Dan kadang jadi ada stereo type yang tanpa ART jadi lebih hebat, karena
sudah ada yang membuktikan.
Kondisi ibu hebat yang punya anak banyak tanpa ART, bisa homeschooling anak
sendiri kadang membuat saya membandingkan diri dan langsung menjadi baper plus minder.
Hahaa.. kok jauh amat sama saya? Apa sayanya yang males apa gimana ya, duh
jadi malu.
Sosial media memang memudahkan segala informasi saya akses, termasuk
kesuksesan para ibu dalam mendidik anak dan membangun rumah tangganya.
Di sisi lain ini menjadi motivasi tersendiri, tapi tanpa manajemen
komunikasi yang pas dan berbagai komentar, share, di media sosial, oleh
para followers para ibu hebat ini, perasaan malah jadi bikin minder.
Hingga kadang saya jadi males baca, karena minder duluan *failed banget*
Padahal saya sendiri pernah nulis post: Kenapa harus menjadi orang lain?
Sudahlah, mungkin saya sedang lelah.
------
Orang tua sempurna mungkin tak pernah ada, yang ada adalah orang tua yang
terus berusaha lebih baik.
Orang tua sempurna itu mungkin hanya "kelihatannya". Dan kita harus tetap
mengapresiasi diri karena selalu berusaha.
------
*Bogor, di depan rumah sambil nungguin tukang es lewat.
Smangat mb, moga finishingnya lantjarrr
ReplyDeleteaamiin.. aamiinn.. makasih mbak :)
DeleteYang penting kita sudah berusaha melakukan yang terbaik buat anak-anak kita, Ummi Kiffah...
ReplyDeleteiya mbak, tapi kdg selalu merasa kurang, dan takut malah ketinggalan, hah dasar ya manusia..
Deletehuhu, i feel you mba...saya jg masih suka mengeluh. sy mah pilih gak pake ART karena kepaksa aja, efisiensi. klo lebih rejeki mah pengen jg bagi2 rejeki ke ART. makanya saya blm berani hamil lagi, takut stres :(
ReplyDeleteheu iya mbak, termasuk itu, pingin punya banyak anak bukan gak.pengen "nyunnah" tapi harus liat kapasitas diri.. takutnya malah berantakan semuanya ya..
Deletemasalah klasik ya mba...ketika si A berhasil dengan metodhe X,,,lalu dia judge bahwa semua ibu harus begitu, padahal tiap keluarga punya karakter sendir2.
ReplyDeleteTapi bener melelahkan lho Mbak kalau renovasi begitu, soalnya dulu di rumah juga Mama harus masak buat para tukang..dan membeli makanan adalah pilihan yang sangat tidak ekonomis. Semoga renovasinya cepat selesai dengan sempurna walaupun tidak ada yang sempurna.^^
ReplyDeletesepakat sm kalimat penutupnya...
ReplyDeletememikirkan kesempurnaan justru bikin kita makin lelah ah..
jalani aja dan berusaha memperbaiki diri.
semangaaat...
ttd
*ibu tak sempurna yang denagn cinta yg sempurna *halah
tahun lalu saya juga jadi mandor renov rumah sendirian, mulai dari nyari tukang, ngurus material, dan ngurusin keperluan tukang. rasanya lelah hati, pikiran dan dompet tentu saja. ditambah lagi saya msh kerja. byuuuhh...alhamdulillah semuanya kelar. semangat ya mba..
ReplyDeleteasiikkk headernya kece ceu :)
ReplyDeletedirombak nih desainnya...