“Halo, bisa bicara dengan Kang Ijang
Permana Sidik?”
seseorang bersuara maskulin berbicara
dari sebrang telepon.
“Ya, saya sendiri” jawab suami saya.
“Bisakah besok kita bertemu? Saya
wartawan Pikiran Rakyat, ingin wawancara dengan Kang Ijang”
Obrolan singkat
di telepon memecah suasana. Musik degung yang sedang mengalun di aula Mesjid Al
Furqon Universitas Pendidikan Indonesia mendadak tak terdengar di telinga kami
saking kagetnya. Kebetulan hari itu kami sedang melaksanakan walimatul ursy Kakak kedua. Saya dan
suami baru saja menerima telepon dari seorang wartawan Pikiran Rakyat,tepatnya
dari rubrik Kampus yang meminta waktu untuk wawancara.
“Mau
wawancara apa, Bi?” tanya Saya.
“Katanya
tentang nikah sambil kuliah” Jawab Abbiy.
Antara norak sama seneng, koran dipigurain. |
Menurut pengakuan sang wartawan, ada seorang teman yang
merekomendasikan kami untuk diwawancarai ketika Koran Pikiran Rakyat sedang
mencari narasumber untuk mengisi rubrik ‘kampus’ yang temanya mengenai “menikah saat kuliah”
Singkat cerita, kisah “nikah muda” kami berhasil mengisi rubrik
kampus Koran Pikiran Rakyat bersama dengan cerita kang Surya Kresnanda (yang
saat ini berprofesi menjadi trainner) dan istri, yang sama sama menikah saat
kuliah juga dong pastinya.
Dalam kutipan wawancara, salah satu yang disoroti adalah
mengenai “tanggungan nafkah keluarga” mengingat kami ini masih kuliah semua.
Jangankan punya pemasukan, yang ada malah pengeluaran terus terusan, ya namanya
juga kuliah, butuh biaya banyak.
The Power of Kepepet
Menikah pun memerlukan banyak biaya, gak cukup modal cinta
aja ya sist. Maka dari itu kami memutuskan untuk berwirausaha. Nah, salah satu
kesamaan kami dan pasangan Kang Surya dan istri, selain sama sama nikah muda
adalah sama sama berwirausaha untuk menyambung hidup agar dapur tetap ngebul.
Kala itu, saya dan Abbiy memilih untuk berwirausaha dibidang
kuliner. Walaupun sebelumnya kami melakoni berbagai bisnis lainnya. Seperti
bisnis kaos anak, pakaian, properti, hingga bisnis hijab.
Omong-omong soal wirausaha, “Kalau tidak menikah, mungkin
saya tidak akan memikirkan bikin usaha, bisa jadi nyantei saja dengan modal ijazah dan alhamdulillah saya start jauh lebih cepat,” kata Abbiy
waktu diwawancarai oleh Pikiran Rakyat.
Mengapa harus berbisnis
di usia muda?
Jawaban: mengapa menunggu tua. Hahaha.
Selain karena menikah saat kuliah tadi, sebenarnya banyak
alasan untuk anak muda harus memulai bisnisnya lebih awal. Jangan karena bosan
jadi pegawai, akhirnya memutuskan jadi pengusaha. Jatuhnya kan jadi “gimana
nanti, ya kalau bosan jadi pegawai, wirausaha aja”
Sah-sah saja memang, tapi mungkin passion yang dibangun akan berbeda dengan yang berniat berwirausaha
sejak awal.
Usia Produktif
Anak muda yang berusia 20-an memiliki semangat yang sangat
tinggi untuk mencapai sesuatu yang diimpikannya. Malah menurut saya, inilah “golden age” dimana seseorang mati
matian, jatuh bangun, berani mencoba, tak takut gagal, untuk mendapatkan sebuah
achievement.
Saya jadi ingat, kalau dipikir pikir dulu saya dan Abbiy
bulak-balik ke pasar setiap pagi. Beli es batu dan buah untuk jualan jus. Beli
roti, sayur, dan daging untuk jualan burger. Panas panasan naik motor,
keringetan, capek, kita lakukan setiap hari.
Mungkin itu ya yang dinamakan “urat malunya sudah putus” jadi
ya cuek dan seneng aja bisa boncengan bareng ke pasar buat beli keperluan
dagang. Bahkan di pasar pun kita sudah punya langganan, nambah jaringan dan
silaturahmi.
Kalau sekarang?
Mungkin bisa mikir lagi untuk “se-struggle” itu. Jujur aja,
makin tua umur seseorang makin banyak keluhannya, makin tinggi gengsinya, ya
kecuali memang urat malunya udah putus total dan gak bisa disambung lagi,
hehehe.
Maka dari itu, anak muda selalu punya energi. Anak muda
selalu bisa meningkatkan produktifitas, anak muda selalu punya PASSION, apalagi dengan modal bonus
demografi yang dimiliki oleh Indonesia, dimana usia produktifnya banyak, harusnya
semangat untuk berwirausaha dan semangat untuk berkarya makin menggebu.
Kesempatan
Kesempatan itu kadang datang gak disangka, dan jarang datang
dua kali, tapi kesempatan itu juga bisa kita ciptakan sendiri.
Bagaimana kita menciptakan peluang untuk diri sendiri?
Kembali ke cerita nikah saat kuliah. Waktu itu saya bingung
mau bisnis apa untuk mendapatkan penghasilan sehari hari. Mau bisnis pakaian,
terkendala modal. Mau bisnis kripik (waktu itu populer banget ya kripik level-levelan), pasti banyak saingan.
Kami mencari cari informasi mengenai kesempatan membuka usaha
makanan. Mulai dari pencarian ide makanan yang sedang digemari, makanan yang
unik, sampai makanan yang jadi makanan pokok (sempet kepikiran buka kios beras).
Semuanya kami cari informasinya via internet, kenalan, teman , dan saudara.
Hingga suatu hari, kami menemukan tempat usaha yang cocok (berkat
informasi dari teman SMA Abbiy) sebuah kantin di salah satu kampus di Bandung
yang memang sedang membutuhkan partner bisnis makanan yang lebih variatif,
karena saat itu di kantin tersebut hanya ada beberapa kedai makanan yang makananya
belum bervariasi.
Bermodalkan sebuah gerobak hasil custom, peralatan masak, dan
blender, kami membuka kedai burger dan jus buah. Ya, kesempatan harus dicari,
bahkan sampai lubang semut sekalipun.
Mental Baja dan Kekuatan
Fisik
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, usia muda memiliki
gairah atau passion yang tinggi terhadap sesuatu yang diimpikan. Anak muda
lebih cenderung bermental baja dan pantang menyerah. Anak muda lebih
bersemangat untuk jatuh bangun memulai bisnisnya dibanding dengan orang yang
lebih “berumur” yang biasanya ingin berbisnis yang sangat minim resiko, atau
lebih cenderung dengan nuansa investasi bisnis.
Anak muda lain! Semangat untuk membangun bisnis sedang tinggi
tingginya, maka dari itu manfaatkanlah selagi muda.
Kekuatan fisik anak muda juga terbilang lebih prima. Masih
sanggup begadang untuk memikirkan ide dan sistemasi bisnisnya (walaupun
begadang itu gak baik ya buat kesehatan). Masih punya kekuatan fisik untuk
mengeksplor sesuatu yang menunjang untuk karir bisnisnya.
Beda ya kalau udah “gedean” dikit. Sebentar sebentar masuk
angin, sebentar sebentar sakit pinggang, hehehe.
Anak muda beda! Masih punya kesehatan prima, masih punya tenaga
untuk mencari dan membangun bisnis dengan mental sekuat baja.
Kapan Seharusnya
Memulai Usaha? Haruskah Menunggu Modal Terkumpul?
Sesuai dengan pengalaman saya sendiri, memiliki MODAL BESAR
justru MELENAKAN. Kita malah kebingungan menggunakan modal itu, ujung-ujungnya
modal tersebut kita belanjakan barang yang tidak terlalu diperlukan untuk
kebutuhan usaha kita.
Back to the story.
Saat sudah menemukan ide bisnis untuk berjualan burger dan
minuman, saya dan Abbiy membeli peralatan untuk menjalankan bisnis tersebut.
Karena waktu itu kami mempunyai modal yang bisa dikatakan cukup besar, kami
malah kalap belanja. Suwer!
Berbekal buku “Berbisnis Kedai Burger” yang kami beli di toko
buku, kami membeli berbagai peralatan untuk memasak dan lain lain. Salah
satunya beli panci untuk menggoreng kentang, sesuai petunjuk buku tersebut.
Tapi, setelah usaha dijalankan, ternyata panci untuk
menggoreng kentang tersebut tidak berfungsi secara optimal, malah ujung
ujungnya kami menggunakan wajan biasa untuk menggoreng kentang.
Hingga akhirnya, panci kentang yang mengeluarkan budget tidak
sedikit ini malah teronggok hingga karatan. Tak terpakai, mubadzir.
BESAR KECILNYA MODAL BUKANLAH HAL
YANG UTAMA, MODAL YANG PALING BERHARGA JUSTRU DIRI KITA SENDIRI.
Sungguh sayang sekali, jika ada barang yang awalnya akan
dijadikan modal malah tidak produktif. Semua itu karena kami (pada saat itu) terlalu
gegabah membeli banyak peralatan untuk modal. Lebih baik membeli barang untuk
dijadikan modal sambil menjalankan bisnis itu sendiri. Ketimbang menumpuk barang
diawal sebagai modal, ujung-ujungnya tak terpakai sama sekali, rugi!
Apakah Harus Membangun
Relasi Bisnis agar Mampu Berkembang?
Justru itu, selagi muda, selagi urat malu mudah putus begitu
saja, rajin rajinlah membangun jaringan.
Kenapa?
Karena teman dekat masih sangat mudah dihubungi, orang tua,
guru, teman sekolah, teman kuliah masih sangat mudah untuk diajak bekerja sama.
Berbeda jika usia semakin bertambah, boro-boro meminta
bantuan teman, ngobrol via sosial media pun sudah paling beruntung. Karena pada
hakikatnya, makin tua usia seseorang, jalinan pertemanan semakin mengerucut,
semakin sempit, dan semakin sedikit. Berbeda pada saat muda, yang masih mampu
bertemu, berorganisasi, dan berkomunitas.
Membangun jaringan sangat penting dalam sebuah bisnis, karena
silaturahmi adalah salah satu pintu rezeki. Makin sering silaturahmi, makin
banyak rezeki, makin banyak kesempatan untuk merintis sebuah bisnis di usia
muda.
Bagaimana Cara Memulai
Bisnis di Usia Muda?
Mulailah dari Niat
Sulit dipungkiri, niat memegang peran penting. Niat
diibaratkan bahan bakar yang siap dinyalakan. Ketika kita loyo dalam membangun bisnis, niat bisa menjadi api semangat yang
tidak pernah padam. Dengan mengingat kembali niat, biasanya semangat yang
luntur berangsur membaik.
Niat adalah pondasi dalam membangun bisnis. Untuk uang kah?
Untuk meraih pahala kah? Untuk menebar manfaat kah? Untuk menghajikan orang
tua, membiayai kuliah adik, dan lainnya. Begitu beragam niat seseorang untuk
berbisnis.
Sekarang, apa niatmu dalam membangun bisnis? Silakan ditanamankan
dalam hati dengan sejujur jujurnya.
Mampu Melihat Peluang
Seorang pebisnis adalah orang yang mampu melihat kesempatan
dalam kesempitan. Jiwanya selalu kreatif dalam melihat berbagai problematika
kehidupan bermasyarakat. Berapa banyak enterpreuner muda yang bisnisnya mampu
memberikan solusi bagi permasalahan hidup seseorang?
Karena pada hakikatnya, agar mampu diterima pasar, bisnis
harus menjawab salah satu dari ketiga hal ini:
DREAM (Sebisa mungkin value dari bisnis
kita bisa membantu mereka mencapai impian mereka).
NEED(Sebisa mungkin value dari bisnis
kita bisa memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka).
PAIN (Sebisa mungkin value dari bisnis
kita dapat menyelesaikan masalah, penderitaan, dan rasa sakit mereka).
Kira kira, bisnismu akan menjawab tantangan pasar yang mana
ya?
Memiliki Ilmu
Beberapa tahun ke belakang, kajian tentang wirausaha sangat booming di Indonesia. Berapa banyak
seminar, workshop, trainning, yang membahas tentang wirausaha? Berapa banyak
pameran wirausaha dibuat setiap tahun? Bahkan setiap bulan.
Jutaan buku tentang
wirausaha laku terjual di pasaran. Bahkan ratusan karyawan berbondong bondong
resign dari kantornya masing masing karena terkena euphoria wirausaha yang
menjanjikan hal yang mereka impikan.
Apakah mereka memiliki ilmu dalam berbisnis? Bisa jadi iya
bisa jadi tidak!
Karena yang saya amati, dan mungkin menjangkiti saya juga,
pola bisnis beberapa tahun belakangan adalah sekedar ikut ikutan, modal
semangat yang penting action.
Duh, jangan deh. Lebih baik kita pelajari juga dasar dasar
ilmu akuntansi, minimal tahu keadaan keuangan bisnis kita sendiri, sedang
untung atau sedang buntung.
Manfaatkan Teknologi
sebagai Key Partners
Tahu tentang teori bisnis model canvas?
Dalam teori bisnis model canvas ini, ada banyak bagian dalam
menjalankan usaha [bisa dipelajari lagi sendiri ya] model ini cukup mudah
dijadikan pegangan dalam membangun bisnis.
Saya bahas satu bagian saja yang dinamakan “Key Partner”.
Sumber: https://adityagumbira.files.wordpress.com/2015/02/business-model-canvas.jpg |
Key Partners adalah orang atau relasi bisnis yang
bisa memberikan bahan baku untuk menciptakan produk yang akan kita jual. Sederhananya
begitu.
Saat ini sangat mudah
bagi kita memanfaatkan media marketing sebagai Key Partners dalam berbisnis. Salah satunya Ralali B2B Market Place.
Mudahnya Berbisnis
Hijab di Ralali.com
Back to the story,
again.
Setelah makan asam garam pengalaman membangun berbagai usaha,
banyak pelajaran yang saya dapatkan. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk
berbisnis hijab, dan terbukti cukup sukses.
Apa rahasianya?
Membina banyak Reseller. Yaps! Kita harus bertemu kembali
dengan pelaku bisnis sejenis, jangan terpaku pada konsumen/end user saja. Maka dari itu bisnis ini berkembang salah satunya
karena memanfaatkan kecanggihan dan kemudahan berteknologi sekarang ini.
Salah satu cara mendapatkan banyak reseller adalah dengan
memanfaatkan website ralali.com.
Apa itu Ralali.com?
Ralali.com adalah salah satu platform market place terbesar
di Indonesia, yang mempertemukan penjual dan pembeli untuk bertransaksi secara
online secara GROSIR. Fokus
Ralali.com adalah setiap orang bisa memulai wirausaha dengan passion mereka
dengan BERKULAKAN di Ralali.com
Cocok banget kan ya untuk anak muda yang suka berkreasi,
misalnya mau bisnis kaos dengan konten visual yang kreatif, bisa banget ketemu
sama pengusaha distro di Ralali.com
Apa itu B2B?
B2B adalah kependekan dari BUSINESS TO BUSINESS. Maksudnya
adalah transaksi online yang mempertemukan antara satu pengusaha dengan
pengusaha lainnya. Seperti yang saya contohkan di atas. Pengusaha kaos, bertemu
dengan pengusaha distro.
Berbeda ya dengan market
place lain yang hanya mempertemukan penjual dan pembeli (end user), kemudian bertransaksi secara
on line.
Membuat Akun di
Ralali.com
Membuat akun di ralali.com semudah membuat akun di media sosial. Kita hanya tinggal mengikuti instruksi yang disediakan oleh website ralali.com
START SELLING
Tampilan Website Ralali.com |
Kita diminta mengisi formulir registrasi sebagai penjual, isi biodata dengan lengkap ya |
Setelah mengisi form registrasi, kita sudah memiliki akun di ralali.com |
Setelah membuat akun di ralali.com, jangan lupa mengecek email kita ya. Karena akan ada link verifikasi yang dikirim oleh ralali.com
Setelah melakukan verifikasi, barulah kita bisa masuk ke akun kita di ralali.com
Wah, akhirnya kita bisa punya toko sendiri di ralali.com |
Kita bisa menambahkan/mengedit informasi diri kita di akun ralali.com. Seperti menambahkan alamat, scan KTP, dan lainnya. |
Setelah memasukkan data diri, kita tinggal menunggu approval untuk membuka toko dari ralali.com |
Gimana? Mudah Kan?
Nah, sambil menunggu proses approval, jangan lupa siapkan foto produk yang paling keren ya! Supaya toko kita jadi larisss manissss.
Credit:
Photo produk Hijabeez Fashion Muslimah
Photographer Annisa Robbani
Ralali.com sudah memiliki 10.000 loyal customers, lebih dari 1.200 vendor, 75.000 produk dan 100.000 unique visitors setiap bulannya dari seluruh Indonesia.
Kategori Bisnis yang Beragam |
Kemudahan bertransaksi di ralali.com |
Dan yang tak kalah penting, ralali.com ini juga didirikan oleh anak muda Indonesia pada tahun 2013, namanya Joseph Aditya.
Jadi,
Siapa yang Bisa Memulai
Usaha di Usia Muda?
Pastinya:
Kamu yang berusia
produktif!
Kamu yang berani
menaklukan diri sendiri!
Kamu yang cerdas
melihat peluang!
Kamu yang selalu yakin
dan berkeinginan kuat!
Kamu yang selalu yakin,
bahwa kamu bisa sukses di usia muda!
Silakan klik Ralali.com
untuk memulai usahamu ya!
By the way, ada yang tau gak kira-kira maksud atau arti dari ralali.com?
Katanya sih karena foundernya masih keturunan Jawa.
Tulis komentarmu di kolom komentar Yuk!
***
Artikel ini diikutsertakan dalam "Ralali Blog Contest" bersama Ngeblog.Me
Yuk Ramaikan #ralalib2bmarketplace #sumpahpemuda
....
Sumber:
7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula, Dewa Eka Prayoga
segala sesuatunya memang lebih baik dikerjakan selagi dalam usia muda dan produktif yah Mba Tetty, salah satunya berbisnis ini :)
ReplyDeleteIya Mbak, masih muda masih semangat buat ngerjainnya :)
DeleteSetuju, Mbak. :D Awal usaha dulu aku hanya bondo nekat. :) Tapi alhamdulillah, jalan dengan lancar. :)
ReplyDeleteMemang harus dilakuin ya mbak, dipikirin terus ya ga buka buka usahanya
DeleteMakin menua semamgat makin menurun ya mak hehe.... pengalaman pribadi ini...... 😀
ReplyDeleteIya, udah banyak pikiran ini itu ya.. haa samaaa
DeleteWah.. kulakan ya sistemnya? ENtah kenapa kalau dneger kulakan itu padanan katanya murah.. jadi tertarik :D
ReplyDeleteAku pernah jual barang kulakan, dan memang banyak.peminatnya utk dijual lagi..
DeleteSenang banget ya Mba kalo melihat banyak anak muda yg kreatif dan produktif .. Bakalan sukses dihari tua tuh..
ReplyDeleteIya, skrg anak muda banyak yg curi start duluan, omset miliaran.. keren
DeleteCita-cita pengen banget punya toko bakery & pastry, sayangnya blm rejeki
ReplyDeleteSemangat mbak, insya alloh pasti bisa!
DeleteCita-cita saya itu berbisnis di usia muda. Tapi, maju mundur melulu dan akhirnya batal *jangan ditiru :D
ReplyDeleteSemoga bisa dilanjutkan sama keke atau nai ya mbak..
Deletemakin banyak anak muda memulai bisnis ecommerce nih..
ReplyDeleteSepertinya makin menjanjikan e commerce kedepannya.. seiring perkembangan teknologi
Deleteralali = jangan lupa,, bahasa jawa masih terselamatkan (salfok). keren banget Mb Tetty sudah mulai bisnis sejak kuliah, pengalaman pasti udah bejibun nih ^^
ReplyDeleteIya aku juga mikirnya ralali itu artinya jangan lupa.. hehe
DeletePengusaha muda yang sukses lahir dari semangat yang tinggi dan berani mengambil resiko, dibarengi sama plan dan strategi yang matang. Thankyu kakak, infonya bermanfaat sekali. Jadi pengen coba bisnis sama ralali :D
ReplyDeleteWah kelihatan sekali semangatnya, terlebih nikah saat kuliah dan dua duanya kuliah, masih disambi buka usaha,tapi kok sukses? bener bener perjuangan sekali pokonya. Btw sukses ya artikelnya :)
ReplyDeletewaw, keren ini artikelnya mbakk. Pengalaman makan asam garam kehidupan memang akan selalu jadi pelajaran ya. Setuju kl usia muda tuh "golden age" hehe. Nice info juga nih ralali :D
ReplyDelete