Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

Beberapa Aktivitas Sederhana yang Bisa Menstimulasi Otak dan Motorik Anak di Rumah



Tahukah Mama, bahwa otak seorang bayi telah membentuk 1000 triliun jaringan aktif di akhir usia 3 tahun? Dua kali lebih aktif dari otak orang dewasa? dan dapat menyerap informasi baru lebih cepat dari otak orang dewasa?

Otak anak berkembang dengan sangat pesat di tahun-tahun pertama dalam kehidupannya. Inilah saatnya, kita sebagai ibu atau orang tuanya, membuka seluas dan selebar-lebarnya jendela pembelajaran yang tak akan pernah terulang di dalam hidupnya, hanya sekali, sekali seumur hidup, Ma.

"Mari kita ubah, Interaksi sehari-hari dengan anak menjadi interaksi yang memiliki kontribusi pada perkembangan anak sepanjang periode golden agenya" Jackie Silberg.

Ungkapan dari Jackie Silberg seorang pembicara populer, pemerhati anak usia dini, dan seorang penulis buku ini menggetarkan hati saya sekaligus membuat saya merenung. 

"Apakah kegiatan atau interaksi yang saya bangun dengan anak-anak selama ini berkontribusi untuk perkembangan otaknya? atau bahkan sebaliknya, tak ada makna apa-apa dibalik interaksi kami selama ini."

Padahal, periode emas tumbuh kembang anak hanya terjadi sebentar, hanya sekitar usia 0-5 tahun. Dan terjadi hanya satu kali, tak bisa terulang kembali.

Pertanyaannya, apakah masa golden age tersebut, sudah dimanfaatkan atau diisi dengan pembelajaran yang baik untuk anak?

Seringkali kita menyaksikan anak dibawah usia 5 tahun yang genius atau luar biasa perkembangannya, seperti hafal 30 juz Al-Qur'an, jago matematika, dance, olah raga, seni, dan lain sebagainya.

Hal ini menjadi bukti, bahwa otak anak memang memiliki sesuatu yang luar biasa jika dioptimalkan semaksimal mungkin. Baik dari segi kognitif maupun motorik.

Saya sendiri memiliki 1 orang anak lelaki berusia 7 tahun, batita berusia 2,5 tahun, dan bayi berusia 2,5 bulan. Dua diantara anak laki-laki saya ini sedang berada di usia golden age mereka, dimana otak mereka sedang bekerja layaknya spons yang menyerap berbagai hal yang ada di sekitar mereka.

Aldebaran dalam periode Golden Age
Aldebaran, anak laki-laki saya nomor dua yang berusia 2,5 tahun tentunya sedang aktif-aktifnya mencerna berbagai informasi lewat interaksi yang ia lakukan bersama saya, abbiy-nya, kakak, adik, teman, tetangga, dan masyarakat di lingkungan sekitar rumah.
Apalagi ia sedang belajar berbicara dan berinteraksi, apa yang ia serap akan terlihat dan terucap dari ucapannya sekarang. Berbeda ketika ia belum bisa bicara, saya belum sepenuhnya paham apakah ia menyerap apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan atau tidak.

Sebagai ibu yang tidak bekerja di luar rumah, tentunya interaksi anak-anak terutama Aldebaran, sebagian besar adalah bersama saya ibunya. 

Kakaknya, Kifah sudah sekolah dari pagi hingga sore hari, sedangkan adiknya masih bayi, belum bisa diajak berinteraksi.

Seperti yang dikatakan oleh Jackie Silberg di atas, apakah interaksi yang saya lakukan dengan Aldebaran sudah bermakna? Sudah berkontribusi untuk perkembangan otaknya? Saya merasa masih belum maksimal melakukakannya selama ini. 

Maka dari itu, saya sedang berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan interaksi yang lebih bermakna bagi perkembangan otak dan juga motorik Aldebaran yang sedang dalam periode Golden Age.

Senang sekali rasanya jika saya bisa mengisi ruang belajarnya Aldebaran dengan interaksi yang bermakna dikesehariannya.

Tak perlu dengan hal-hal yang rumit, hal yang sederhana pun bisa menstimulasi otak dan motoriknya. 

Ini dia beberapa interaksi sederhana yang saya lakukan bersama Aldebaran di rumah.


1. Bermain dan Membereskan Mainannya Sendiri

Aldebaran bermain block di rumah

Ada banyak orang tua yang mengetahui dan yakin bahwa bermain adalah salah satu cara anak untuk belajar.
Hasil riset otak:

Anak-anak memang suka bermain. Bermain adalah hal alamiah bagi mereka dan harus didorong. Karena bermain sangat penting bagi perkembangan anak. 

Motorik kasar, motorik halus, dan kemampuan berpikir, semuanya dipelajari melalui bermain.

Aldebaran sendiri termasuk anak yang senang bermain. Baik itu bermain sendiri atau pun bermain bersama anak yang lainnya.

Jika sedang di dalam rumah, seringnya saya mengajak Aldebaran bermain block/brick, pasir kinetik, dan lainnya.

Aldebaran bermain pasir kinetik

Bermain lompat warna

Selain melatih motoriknya, bermain juga bisa menstimulasi otak anak, yaitu dengan cara meminta anak membereskan mainannya sambil mengelompokkan mainannya berdasarkan warna, bentuk, ukuran, dan lainnya. Disinilah kemampuan berpikir anak akan semakin terasah.

2. Belajar Berpakaian Sendiri

Hal sederhana lainnya untuk menstimulasi kecerdasan otak dan motorik anak adalah dengan mengajaknya berpakaian sendiri. Kumpulkan macam-macam pakaian yang ingin ia kenakan seperti kaos, topi, celana, dan lain sebagainya.

Saat kita membicarakan macam-macam pakaian, secara tidak langsung kita sedang mengasah kecerdasannya dalam berbahasa dengan menambah kosakata baru.

Selain itu, kita juga bisa menstimulasi indera peraba anak juga lho. Misalkan dengan meminta anak memegang kaos, dan berkata "Kaosnya lembut, yaa." 

Hasil riset otak:

Banyaknya kosakata yang dimiliki anak berusia dua tahun sangat berkaitan dengan seberapa sering orang dewasa berbicara padanya. 

Di usia 20 bulan, kosakata anak dari ibu yang suka bicara rata-rata 131 lebih banyak dibandingkan anak dari ibu yang jarang bicara. 

Di usia dua tahun, perbedaannya meningkat 2 kali lipat hingga 295 kata.


Wah, ternyata ibu-ibu yang cerewet bermanfaat nih untuk perkembangan otak anak. Asal cerewetnya yang berfaedah ya buibuuu.

3. Menyiapkan Makanan untuk Snacking Time 

Menyiapkan snacking time dengan buah dan cookies

Selain Bermain dan belajar  memakai pakaian sendiri, aktivitas sederhana lainnya yang bisa menstimulasi otak dan motorik anak adalah mengajaknya menyiapkan makanan untuk snacking time.

Aktivitas menyiapkan makanan dapat mengajarkan banyak hal lho pada anak, yaitu:

Anak-anak belajar tentang rasa, tekstur, bau, makanan, berbicara bentuk dan ukuran, dan mengobrol tentang warna. 

Hasil riset otak: 

Dengan memberikan perhatian yang hangat pada saat anak membantu menyiapkan makanan, kita memperkuat sistem biologis anak yang membantu anak mengendalikan emosinya.

Setelah menyiapkan makanan untuk snacking time, saatnya kita mengajak anak untuk memakan makanan yang telah ia siapkan.

Snacking Time sambil Bermain dengan Tekstur.

Ternyata, sambil snacking time, kita juga bisa bermain dengan anak lho.

Yaitu bermain mengenal tekstur.

Permainan ini meningkatkan kepekaan perabaan dan kemampuan berbahasa anak.


Caranya adalah, letakkan benda dengan berbagai tekstur yang membuat anak tertarik dan ingin merabanya, seperti benda keras dan benda lunak.

Ketika snacking time kita bisa mengajak anak membandingkan tekstur makanan dan benda disekitarnya. 

Seperti, cookies, boneka, dan kardus.


Bermain sambil belajar pada saat snacking time

Letakkan tangan anak pada benda keras seperti "kardus keras", dan letakkan anak pada boneka sambil mengatakan "boneka empuk".

Lakukan beberapa kali, hingga anak-anak mengetahui tekstur suatu benda.

Kemudian ajak anak mengambil makanannya dan bertanya kepadanya, "Cookies ini empuk atau keras?" biarkan ia menjawab dengan proses berpikirnya sendiri.

Hasil Riset Otak:

Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang kaya akan bahasa, biasanya selalu lancar berbahasa pada usia 3 tahun.

Orang yang sewaktu kecil terisolasi darui bahasa, akan sulit menguasai bahasa pada saat dewasa meskipun mereka pintar dan dilatih dengan intensif.




***

Banyak cara dan aktivitas sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk menjadikan interaksi dengan anak menjadi lebih bermakna dan berpengaruh bagi masa depan mereka.

Jangan sampai interkasi dan aktivitas bersama anak tidak memiliki makna dan tidak memiliki kontribusi untuk kecerdasan dan masa depan mereka. Karena pada kenyataannya, masa golden age bagi anak hanya berlangsung sebentar saja dan tidak dapat diulangi kembali.

Selamat beraktivitas bersama si kecil di rumah ya, Ma. Jangan lupa tersenyum dan ceria selalu.

***

Sumber: 125 Brain Games for Toddler, Jackie Silberg

No comments

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, silakan tinggalkan komentar yang baik dan positif ya :D