Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

Yang Saya Pelajari di Usia 30 Tahun

 


Bagi sebagian orang, usia mungkin hanyalah bilangan angka belaka. Saya pun dulu merasa begitu, ketika usia masih 20+, rasanya usia ya hanya hitungan tahun saja, tidak terlalu berarti.


Namun semua berbeda, ketika saya menginjak usia 30-an. Jujur saya merasa jadi TUA, wkwkwk, berasa gak rela, melepas usia kepala 2. Meninggalkan masa muda yang begitu gempita dengan cita-cita, impian, harapan dan beragam 'kesenangan'

Maka dari itu, bersiap, ya, untuk kamu yang akan menginjak usia 30-an, tahun ini, tahun depan, atau beberapa tahun lagi. Bersiaplah merasakan perasaan ini, (perasaan ini bersifat subjektif, ya, gaes).


Here we go!


Circle Pertemanan Mengecil


Kamu mungkin hanya memiliki 5 orang teman akrab saja saat ini, bahkan kurang dari itu. Semakin menginjak usia 30-an, lingkar pertemanan semakin mengecil, kita cenderung hanya bicara atau berinteraksi dengan orang yang itu-itu saja.


Merasa begitu, ngga?


Kalau dulu, wuihh, yang namanya berteman pasti dari mana aja, kan? Bahkan waktu kita mahasiswa, berteman bisa lintas jurusan, fakultas, bahkan lintas kampus. Kita juga masih punya teman SMA, geng SMA, geng kuliah, dll.


Semakin menginjak usia 30-an, jumlah teman dekat rasanya bisa dihitung jari. Itu pun kita hanya bisa berkomunikasi via dunia maya saja, jarang sekali yang sering berkumpul atau hang out bersama.

Reunian? Buka puasa bersama? Hmm, itu pun sudah beberapa kali tak pernah datang. Iya, ngga?


Maka dari itu, ini saatnya kamu memilih teman yang benar-benar baik untuk hidupmu. Karena teman-teman yang kamu pilih, akan sangat mempengaruhi hidup kamu hingga ke depan. 


Baca juga: 32 Tahun, Mau Apa?


Membuat Keputusan


Di usia ini, saatnya kamu membuat keputusan dari berbagai kegalauan.


Saatnya memutuskan, jadi ibu rumah tangga yang full di rumah saja, atau tetap bekerja dengan jam kantor?


Di usia ini juga kamu mungkin memutuskan, berapa banyak anak yang ingin kamu lahirkan? Sudah cukup atau hmm, mungkin satu anak lagi sebagai pelengkap? 


Semua itu tentunya dengan banyak pertimbangan, konsekuensi positif dan negatif kamu pikirkan baik-baik, hingga akhirnya kamu telah bulat memilih pilihan tersebut.



Kesehatan adalah Segalanya


Di usia 20-an mungkin kamu jarang sakit, tapi di usia 30-an kamu cenderung mudah sakit karena kelelahan dalam mengurus anak yang kian bertumbuh dan banyaknya pekerjaan rumah/kantor yang menyita waktu dan tenaga. 


Di usia ini, kamu akan berfikir kesehatan adalah No.1, karena tanpa kesehatan, hidup  tak akan bisa berjalan dengan semestinya. Slogan ibu gak boleh sakit itu benar-benar harus terealisasi dengan baik setiap hari.


Baca juga: Tips Rumah Selalu Rapi bersama Anak-anak


Berpindah Orientasi kepada Anak


Di usia 20-an, mungkin kamu masih cenderung mengejar prestasi pribadi. Misalkan, harus menambah jenjang pendidikan, menambah skill, dll. Orientasi itu bersifat self development untuk kita sendiri. 


Namun di usia 30-an, orientasi itu akan berpindah kepada anak. Kita akan cenderung memikirkan apa yang harus anak capai hari ini, dan mempersiapkan masa depannya kelak.

Tugas kita akan mengerucut kepada bagaimana anak-anak bisa sehat, berprestasi, bisa mengejar pendidikan yang tinggi, merain cita-cita dan impiannya. Bisa dibilang, cita-cita anak menjadi cita-cita kita juga mulai detik ini.


Baca juga: Achieve More, Anytime and Anywhere as a Mom Blogger


Memikirkan Hari Tua


Bukan cuma tentang dana pensiun saja, namun lebih memikirkan bagaimana keadaan kita saat tua nanti ketika anak-anak sudah dewasa dan berpisah dari kita.


Bagaimana kita menjalani hari tua bersama pasangan/sendiri? Bagaimana kita bisa tetap produktif/berkarya?


Dimana tempat tinggal yang nyaman untuk hari tua kita? Saya sih kepengen banget, ketika tua nanti itu tinggal di desa di kaki gunung dengan udara yang bersih dan sejuk, banyak tanaman, saya bisa beternak dan berkebun, pokoknya benar-benar ingin menghabiskan hari tua dengan tenang dan nyaman.


Memikirkan Akhirat


Di usia 30-an mungkin sudah banyak kabar teman kita yang wafat terlebih dahulu, teman main, kakak tingkat, bahkan beberapa adik kelas pun ada yang telah berpulang menghadap-Nya.


Dari sana kita biasanya mulai berfikir bahwa dunia ini tidak abadi, ada akhirat yang menanti.


Bagaimana kita akan mempersiapkannya? itu yang menjadi sebuah 'ketakutan' tersendiri bagi saya yang sudah menginjak kepala 3 ini.


***


Di usia 30-an, mungkin hidup kita tak lagi 'sesantai' dulu. Banyak hal yang berubah dan menjadi 'beban pikiran' kita.


Namun seiring dengan pertambahan usia ini, tentu kita berharap semakin bijak dalam menghadapi kehidupan.


Mana yang harus menjadi prioritas? Dan mana yang harus dikesampingkan?


Apa yang kamu rasakan ketika masuk ke usia 30-an? atau ada yang sedang menanti usia kepala 3 di tahun ini atau tahun depan? 



Tulis perasaan kamu di kolom komentar, ya!


1 comment

  1. Bener semakin ke sini semakin menyadari apa yang penting dalam hidup dan apa yang enggak perlu diresahkan. Apalagi soal pertemanan, lebih sering jalani ini itu sendiri dan mandiri. Toh, pada akhirnya kita hanya harus merawat dan mencintai diri sendiri.

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, silakan tinggalkan komentar yang baik dan positif ya :D