Homeschooling atau sekolah di rumah tanpa mengikuti sekolah formal pada umumnya di sekolah menjadi salah satu pilihan pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Namun pertanyaannya, apakah homeschooling ini hanyalah sebuah ‘tren’ belaka? Atau benar-benar menjadi kebutuhan anak?
10 tahun yang lalu, homeschooling menjadi salah satu cara
belajar yang menjadi buah bibir karena masih jarang sekali orang tua yang
memilih homeschooling sebagai salah satu sarana belajar bagi anak-anak mereka.
Anak homeschooling dinilai tidak sama dengan anak yang
sekolah formal pada umumnya, bahkan bisa jadi anak homeschooling dinilai
‘berbeda’ karena bersekolah dari rumahnya sendiri, tidak memiliki guru atau pun
teman-teman sebaya seperti sekolah formal lainnya di Indonesia.
10 tahun berselang, homeschooling kini menjadi suatu hal
yang lumrah dan menjadi alternatif pendidikan yang bisa memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Apalagi dengan terjadinya kasus Pandemi Covid-19 beberapa
tahun lalu, percepatan pendidikan era digital dan pembelajaran mandiri menjadi
titik tolak perkembangan pendidikan masa depan, salah satunya homeschooling.
Bahkan pasca pandemi Covid-19 lembaga pendidikan yang
memang menjadi penyedia layanan homeschooling makin ‘menjamur’ dan cukup
diminati oleh para orang tua.
Negara sendiri menjamin sistem homeschooling ini berdasarkan
Undang-Undang no. 20 tahun 2003, yakni ada tiga jalur pendidikan yang diakui,
yaitu jalur pendidikan formal (sekolah), jalur pendidikan nonformal (kursus, pendidikan
kesetaraan), dan jalur pendidikan informal (pendidikan oleh keluarga dan
lingkungan). Homeschooling termasuk ke dalam kategori yang ketiga, yaitu jalur
pendidikan informal.
Lebih lanjut, pasal 27 undang undang No. 20 tahun 2003
menjelaskan tentang pendidikan informal sebagai berikut :
1. Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga
dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
2. Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui
sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian
sesuai dengan standar nasional pendidikan.
3. Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Legalitas homeschooling juga dibahas dalam Permendikbud No. 129 tahun 2014, yaitu adanya pengakuan bahwa ijazah murid homeschooling setara dengan sekolah formal, dan adanya jaminan dari pemerintah untuk memudahkan siswa homeschooling yang ingin pindah ke jalur pendidikan formal atau nonformal.
Anak homeschooling juga bisa mengikuti Ujian Nasional yang tertuang dalam
peraturan menteri (Permen) oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, yaitu
permendikbud RI No. 129 Tahun 2014 pasal
12, yang menyatakan bahwa siswa homeschooling dapat mengikuti UN/UNPK pada
satuan pendidikan formal atau nonformal yang disetujui atau ditunjuk oleh Dinas
Pendidikan kabupaten/kota setempat.
Webinar Mengenai Homeschooling
Walau sedang didalam perjalanan, saya senang bisa ikut webinar mengenai homeschooling |
Sabtu, 16 Desember 2023 kemarin, saya mengikuti salah satu webinar
mengenai pendidikan homeschooling bersama salah satu narasumber yang memang
memiliki anak yang melakukan homeschooling sampai saat ini, yakni Mama Cilya
Marthalena (@cilyawonderland) seorang ibu dengan anak yang memilih homeschooling bagi anak-anaknya, pebisnis, dan juga seorang Blogger.
Webinar ini digagas oleh salah satu bimbingan belajar online interaktif Sinotif, yang beberapa waktu lalu saya review di blog ini. Sinotif merupakan salah satu bimbingan belajar online interaktif, salah satunya Bimbel Matematika. Aldebaran sendiri pernah mengikuti kelasnya dan lumayan cocok dengan proses pembelajarannya.
Kembali ke homeschooling, pertanyaan besar saya selama ini
adalah apakah metode homeschooling ini benar-benar efektif dilakukan untuk
anak? Mungkin pertanyaan ini ada di benak saya karena saya sama sekali belum
pernah merasakan atau berinteraksi dengan
sistem pembelajaran homeschooling atau anak homeschooling secara langsung.
Baca juga: 5 Skill yang Harus Anak Kuasai Agar Tak Jadi Generasi Strawberry
Karena rasa penasaran saya inilah pas sekali rasanya saya
mendengarkan pengalaman dari Mama Cilya Marthalena tentang perjalanan homeschooling
anak-anaknya.
Menurut Mama Cilya, stigma kurang baik tentang homeschooling
masih melekat di masyarakat kita. Anak homeschooling dinilai sebagai anak yang
memiliki kekurangan atau perbedaan sehingga tidak bisa bersekolah di sekolah
formal seperti anak lainnya. Homeschooling juga sering dikaitkan dengan keluarga
yang anti sosial, memiliki pemikiran yang berbeda dibandingkan orang tua
lainnya mengenai konsep pendidikan dan pembelajaran.
Padahal jika kita berpikiran terbuka, konsep homeschooling
ini justru menjadi solusi dari berbagai kebutuhan pendidikan anak di Indonesia.
Karena begitu beragam dan bervariasinya kondisi anak dan juga keluarga, maka homeschooling
ini menjadi salah satu alternatif metode Pendidikan anak yang bisa mengakomodir
berbagai kebutuhan Pendidikan seorang anak.
Selain untuk mengakomodir kebutuhan pendidikan anak, homeschooling
juga mampu membantu keluarga yang memiliki banyak keterbatasan waktu untuk
menyekolahkan anaknya di sekolah formal, misalkan keluarga dengan orang tua
yang berprofesi sebagai pebisnis, atau yang bekerja secara berpindah-pindah
tempat, homeschooling tentunya bisa menjadi solusi yang tepat agar anak tetap bisa
mendapatkan pendidikan yang tepat dan sesuai dengan segala kondisi yang ada.
Komunikasi dengan Anak adalah Kunci Kesuksesan
Homeschooling
Walaupun homeschooling sekarang banyak diadopsi oleh
berbagai keluarga yang memiliki ‘kebutuhan khusus’ namun tetap saja kunci utama
keberhasilan homeschooling adalah komunikasi antara anak sebagai subjek utama
dan orang tua sebagai peran pendukung.
Menurut Mama Cilya, ada baiknya orang tua berkomunikasi
secara intens kepada anak sejak awal ketika ingin memilih homeschooling sebagai
alternatif pendidikan bagi anak-anaknya. Orang tua harus berkomunikasi secara
terbuka, mendeskripsikan secara jelas bagaimana kelebihan dan kekurangan homeschooling serta bagaimana anak-anak dan orang tua akan menjalaninya nanti.
Pendapat anak juga merupakan suatu hal penting dan perlu
dipertimbangkan oleh orang tua ketika mengambil langkah untuk memilih homeschooling. Intinya komunikasi, keterbukaan, dan diskusi intens antara orang
tua dan anak untuk bersama memilih jalan Homeschooling menjadi kunci utama agar homeschooling bisa berjalan dengan baik kedepannya.
Peran Orang Tua Sangat Penting
Jika di sekolah formal kita bisa ‘menitipkan’ anak kepada
pihak sekolah (Guru) maka Ketika memutuskan untuk memilih homeschooling orang
tua lah yang akan berperan sentral menjadi kepala sekolah, guru, tutor, mentor,
fasilitator, pembimbing, pengawas, dan peran lainnya.
Orang tua bertugas mengatur/memenej semua kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan oleh anak-anak di rumah, mengatur siapa yang
akan menjadi guru/mentor, apakah bisa oleh orang tuanya atau harus menghadirkan
guru lainnya (baik secara offline maupun online).
Kekurangan dan Kelebihan Homeschooling
Menurut Mama Cilya, walaupun di era sekarang ini homeschooling cukup mudah dilakukan karena fasilitasnya pun sudah mulai banyak
ditemukan, namun tetap ya, homeschooling ini memiliki tantangan tersendiri.
Beberapa kekurangan homeschooling diantaranya yang pertama, mungkin
perlunya usaha lebih dari orang tua dibandingkan dengan menyekolahkan anak di
sekolah formal. Orang tua harus aktif mencari informasi seputar kurikulum,
metode pembelajaran, Lembaga Pendidikan yang bisa menaungi homeschooling baik
secara teknis pembelajaran maupun administratif, dan lain sebagainya.
Jika anak ingin melakukan homeschooling, orang tua pun harus
siap secara mental, fisik, materi, karena orang tua akan menjadi peran sentral
atas keberlangsungan proses pendidikan melalui metode homeschooling.
Kedua, anak memiliki keterbatasan interaksi dengan teman
sebayanya. Terbatas bukan berarti tidak sama sekali ya, karena anak
homeschooling bisa melakukan tatap maya Bersama mentor/guru dan teman-teman
sebayanya secara virtual.
Selain itu, anak homeschooling juga bisa melakukan gathering
atau pertemuan bersama teman-temannya dalam sebuah event. Mama Cilya mengatakan
bahwa anaknya sering melakukan gathering bersama teman-temannya, terakhir kali
bahkan nonton bareng ke bioskop.
Kelebihan homeschooling pun diutarakan oleh Mama Cilya,
diantaranya yang pertama adalah, anak menjadi memiliki waktu yang lebih fleksibel
dalam belajar, apalagi anak yang memiliki bakat atau hobi seperti bermain
musik, acting, olah raga (atlet), anak-anak ini kesempatan lebih banyak untuk
mengasah minat dan bakatnya namun tidak tertinggal dalam pembelajaran umum yang
biasa ditempuh dalam pendidikan formal.
Kedua, orang tua yang memiliki pekerjaan atau profesi yang
berbeda dengan orang kebanyakan juga bisa menyesuaikan dengan ritme belajar
anak.
Mama Cilya sendiri adalah seorang pebisnis, mentor bidang
entrepreuneurship, dan penyelenggara travel umroh dan haji. Bayangkan dengan
pekerjaan yang memang menuntut fleksibilitas tinggi ini tentunya homeschooling
menjadi solusi dalam mendidik anak, sehingga anak dan orang tua sama-sama bisa
merancang aktivitas pembelajaran yang berkualitas dengan menyesuaikan ritme
atau jadwal masing-masing.
Memilih Bimbel Matematika Online Interaktif untuk Anak
Homeschooling
Walaupun bukan anak homeschooling, Aldebaran pernah mencoba belajar bersama Bimbingan Belajar Online Interaktif Sinotif |
Seperti yang saya katakan sebelumnya, homeschooling pada
saat ini mudah diakses karena banyak sekali Lembaga Pendidikan yang ‘ikut
membantu’ jalannya homeschooling bagi anak-anak. Salah satunya lembaga
bimbingan belajar online interaktif Sinotif yang juga memiliki kelas online
untuk anak homeschooling yang ingin belajar ilmu eksakta seperti matematika,
kimia, dan fisika.
Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi para orang tua
yang ingin memilih Langkah Homeschooling seperti Mama Cilya Marthalena, karena
memang homeschooling ini ternyata menjadi sebuah solusi sekaligus kebutuhan
bagi keluarga dengan situasi dan kondisi tertentu.
Sinotif sendiri adalah salah satu Lembaga bimbingan belajar
khusus eksakta seperti bimbel matematika, kimia, dan fisika. Bimbingan belajar
online Interaktif di Sinotif, dibimbing langsung oleh tenaga pengajar
berkualitas dan bersifat personalized (menyesuaikan karakter siswa) yang
dibimbing.
Sinotif akan mengklasifikasikan siswa sesuai dengan minat
dan bakatnya dalam ilmu eksakta (Matematika, Fisika, Kimia) dan berusaha
memfasilitasi siswa yang memiliki hambatan belajar dalam ilmu eksakta tersebut.
Kelas yang bisa dipilih pun beragam, ada yang bersifat kelompok dan ada juga yang individual. Semua tergantung kepada kebutuhan anak dan orang tua terhadap pembelajaran eksakta.
Jika anak homeschooling memiliki bakat seni dan musik, mungkin tidak
terlalu tinggi kebutuhan tentang ilmu eksaktanya ya, namun sebaliknya jika anak
memang sangat suka Matematika, macam Jerome Poline dan suka ikut olimpiade,
sangat bisa untuk masuk kelas yang individu agar proses bimbingan belajar bisa
lebih optimal.
Pembelajaran di Era Digital
Pandemi Covid-19 ternyata mempercepat hadirnya pembelajaran
jarak jauh/pembelajaran mandiri di Indonesia, hal ini tentunya bukan hal asing
bagi anak homeschooling, ya. pembelajaran mandiri tentunya menjadi metode yang
dilakukan sehari-hari karena bisa lebih fleksibel sesuai dengan konsep pendidikan homeschooling.
Sinotif juga memberikan akses sumber belajar mandiri melalui
E-Learning seratusinstitute.com, saya rasa ini sangat cocok jika anak homeschooling ingin belajar lebih intens mengenai ilmu eksakta (Matematika,
Fisika, Kimia) yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja.
Homeschooling Apakah Sekedar Tren?
Mendengar paparan dari Mama Cilya Marthalena, homeschooling
memang masih mendaptkan stigma negative dari masyarakat, bahkan Ketika
memutuskan untuk melakukan homeschooling, bisa jadi hanya sedang mengikuti
‘tren’ yang ada di masyarakat.
Padahal menurut saya (hasil dari paparan Mama Cilya) bagi
sebagian keluarga, homeschooling ini menjadi salah satu pilihan yang tepat dan
menjadi solusi bagi pendidikan anak-anak. Karena setiap anak itu unik, dan
setiap keluarga pun demikian.
Jadi, menurut opini saya, homeschooling bukan hanya sekedar
tren namun sebuah kebutuhan masyarakat Indonesia pada masa sekarang ini. Namun
memang keputusan homeschooling ini adalah keputusan yang sangat besar bagi
sebuah keluarga, sehingga ketika memutuskan mengambil jalan homeschooling harus
berdasarkan kebutuhan dan komitmen yang kuat.
Bagaimana pendapat Mama tentang homeschooling? Yuk, sharing pendapat Mama di kolom komentar :D
No comments
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, silakan tinggalkan komentar yang baik dan positif ya :D