Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

Menjadi Ibu Rumah Tangga itu Tidak Bekerja? Yuk, Baca dulu Fakta bahwa Merawat juga Bekerja!

 


“Ibu rumah tangga itu ngga bekerja, karena memang ya di rumah aja. Kalau pun digaji, paling bayarannya 2M, Makasih Mama”


Walaupun memiliki pekerjaan ‘Mengurus Rumah Tangga’ pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) terkadang ibu rumah tangga dianggap tidak bekerja atau menganggur karena tidak bekerja di sektor publik atau memiliki kantor yang harus didatangi setiap hari.


Padahal pekerjaan ibu rumah tangga di rumah begitu banyak, semenjak membuka mata di pagi hari hingga malam hari tiba. Bahkan jika memiliki bayi, balita atau lansia, ibu rumah tangga bekerja hampir 24 JAM, karena harus menyusui bayi di malam hari atau merawat lansia yang sudah berkurang kemampuan kemandiriannya.


‘Pekerjaan’ Perempuan adalah Kodrat


Sebagai seorang muslim tentu kita memahami bahwa fitrah perempuan adalah menjadi seorang istri dan ibu. Namun Islam pun sangat memuliakan perempuan, tidak ada kewajiban perempuan untuk melakukan seluruh pekerjaan rumah tangga setelah menikah. 


Rasulullah SAW sendiri mencontohkan bahwa beliau pun menjahit pakaiannya sendiri dan mengurus keperluannya sendiri. Rasulullah SAW adalah contoh teladan paling ideal untuk seorang suami dan juga ayah.





Perempuan dalam Islam tidak pernah berkewajiban untuk mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga, tugas istri hanyalah satu, yakni taat pada suami. Menurut Ustadz Adi Hidayat, ketika seorang istri atau ibu dengan ikhlas/rela mengerjakan pekerjaan rumah, mengasuh anak, dan lainnya, maka itu termasuk sebagai amal saleh.



Hanya saja, banyak laki-laki yang kurang memahami ilmu dalam pernikahan, sehingga seakan-akan memang tugas perempuan/ istri itu untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah atau pekerjaan perawatan. Hal itu adalah ‘lumrah’, sudah jadi ‘kebiasaan’ atau  memang ‘ya dari sananya’ karena melihat ibu atau orang tuanya dahulu seperti itu.



Baca juga: Anak Membuat Kita Tidak Bahagia?



Merawat pun Bekerja



Ketika laki-laki atau anggota keluarga lainnya beranggapan bahwa pekerjaan perawatan (Care Economy) merupakan tugas perempuan semata, jujur saya sangat sedih. Padahal di dalam Al-Qur’an pun jelas, tugas ‘parenting’ adalah kewajiban seorang  laki-laki/ayah. Perempuan merawat bayi atau anak mungkin karena nalurinya sebagai perempuan yang diberikan kelembutan, rasa sayang, dan rasa sabar oleh Allah SWT. 



Sebenarnya peran laki-laki/ayah dalam pengasuhan anak ini sangat lah besar. Lagi-lagi, kurangnya ilmu dalam pernikahan membuat banyak sekali tugas rumah tangga dan pengasuhan/perawatan dibebankan kepada perempuan. Bahkan yang lebih getir lagi, perempuan yang sudah mati-matian melakukan pekerjaan rumah dan merawat anak/lansia dianggap tidak melakukan apa-apa/tidak bekerja.



Padahal mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak, merawat lansia merupakan sebuah pekerjaan karena ketika melakukan pekerjaan tersebut kita membutuhkan tenaga, skill/keterampilan, pengetahuan, waktu, menyita pikiran/psikis, dll.



Jadi bagaimana mungkin pekerjaan seorang ibu rumah tangga dianggap tidak bekerja? Apakah cucian kotor di rumah akan bersih dengan sendirinya? Apakah makanan akan terhidang di meja makan dengan sendirinya? Apakah anak-anak bisa mandiri sejak ia baru lahir?



Maka dari itu pekerjaan ibu rumah tangga merupakan pekerjaan penting dalam sebuah keluarga, yang jika dikonversi dalam bentuk rupiah, bayarannya pun tidak sedikit karena seorang ibu rumah tangga mengerjakan pekerjaan tukang laundry, baby sitter, perawat lansia, chef, cleaning service, dan lain sebagainya.



Alhamdulillah pada hari Senin, Selasa 29-30 Januari 2024 lalu saya berkesempatan hadir duduk dan berdiskusi bersama ILO Indonesia untuk membahas pekerjaan perawatan (Care Economy). Pekerjaan ibu rumah tangga yang selama ini dianggap tidak berharga, tidak produktif, tidak benilai ekonomis, menjadi pekerjaan yang memiliki nilai yang ternyata tidak biasa-biasa saja. 



Ternyata selama ini, seorang perempuan (khususnya) sangat kuat menanggung ‘beban’ pekerjaan rumah tangga dan merawat anak atau lansia di rumah. Dan lebih sedihnya lagi, orang di sekeliling kita tidak menganggap pekerjaan perempuan/ibu rumah tangga itu berharga dan bernilai, padahal jika tidak ada perempuanb/ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan merawat anak/lansia, produktivitas pekerjaan disekitarnya pun akan menurun.



Mungkin karena ini lah Rasulullah SAW mengatakan bahwa ibu memiliki tiga kali derajat yang lebih tinggi dari seorang ayah karena ‘beban’ dan tanggung jawab seorang ibu sedemikian besarnya.





Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Memiliki Nilai Ekonomis





Seperti yang saya sebutkan di atas, jika pekerjaan ibu rumah tangga dikonversi menjadi rupiah, maka gaji bulanan seorang ibu rumah tangga bisa jadi melebihi UMR karena merangkap berbagai pekerjaan dalam satu peran. Sehingga pekerjaan ibu rumah tangga ini sesungguhnya memiliki nilai ekonomis. Hanya saja kita jarang sekali menganggap pekerjaan ibu rumah tangga ‘seserius’ ini.



Senang sekali ya, rasanya kalau kita sebagai ibu rumah tangga bisa mendapatkan gaji bulanan, penuh, deh, keranjang si oren dan si ijo buat di-check out, hehehe.



Pekerjaan Perawatan yang dibayar dan Tidak dibayar




Kita sudah sama-sama mengetahui, pekerjaan perawatan ada yang dibayar (mendapatkan imbalan/kompensasi) seperti perawat (medis) di rumah sakit, perawat bayi dan anak, perawat lansia, guru PAUD, pembantu rumah tangga, dll. Namun ada pula pekerjaan perawatan yang tidak mendapatkan imbalan seperti pekerjaan ibu rumah tangga, relawan, kader posyandu, dan lainnya.



Padahal pekerjaan yang dilakukan hampir sama, sama-sama membutuhkan skill dan pengetahuan, tenaga, dan waktu. Namun sayangnya pekerjaan perawatan yang tidak dibayar ini seperti dikesampingkan (tidak dihargai)





Kerangka 5R ILO dalam Economy Care di Dunia Kerja




ILO (International Labour Organization) adalah salah satu lembaga PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sejak tahun 1919 hingga saat ini. Fokusnya sebagai sebuah lembaga yang bergerak untuk memberikan standar-standar ketenagakerjaan yang adil dan layak bagi semua masyarakat dunia, baik laki-laki maupun perempuan. ILO mendorong bangsa/negara di dunia untuk membuat kebijakan yang berpihak untuk para pekerja, dan mendorong tempat kerja yang layak dan aman termasuk untuk perempuan.



Salah satu yang menjadi sorotan ILO pada saat ini adalah isu ‘Care Economy’ atau Pekerjaan Perawatan, yakni kegiatan atau tugas perawatan personal baik secara langsung atau tidak langsung (tugas/aktivitas di rumah), baik yang berbayar atau pun tidak berbayar. Pada tahun 2013 standar statistik ketenagakerjaan internasional menetapkan bahwa perawatan yang tidak dibayar adalah pekerjaan.


Apa saja 5R frame work dari ILO untuk ‘Care Economy’ ini?



1. Recognize


Mengakui atau menyadari bahwa ‘Care Economy’ atau pekerjaan perawatan ini adalah aktivitas yang bernilai produktif untuk mencapai kesejahteraan psikologis, fisik dan sosial. Serta mengakui bahwa jika tidak dilakukan maka dapat mengganggu/menurunkan kondisi psikologis, fisik, hubungan, dan produktivitas.



Pengakuan ini tentunya sangat penting agar semua pihak menyadari bahwa pekerjaan perawatan yang dilakukan oleh siapapun baik itu ibu rumah tangga atau profesional adalah aktivitas yang sangat berharga dan menilai, dan jika tidak dilakukan tentunya akan mengganggu aktivitas atau tatanan kehidupan yang ada di masyarakat.



2. Reduce


Mereduksi beban ganda yang dimiliki perempuan untuk melakukan pekerjaan perawatan melalui perlibatan setara yang dari pihak yang berkepentingan. Contohnya adalah peran suami atau anggota keluarga untuk membantu melakukan pekerjaan rumah. Sehingga tidak semua pekerjaan rumah tangga itu dilakukan oleh ibunya sendirian.



Suami dan anak-anak tentunya bisa berbagi tugas sesuai dengan usia serta kemampuan dan juga waktu yang dimiliki.



3. Redistribute


Distribusi ulang beban ganda perempuan kepada beragam pihak yang berkepentingan dengan mengoptimalkan produktivitas perempuan di dunia kerja. Hampir sama seperti ‘Reduce’ beban pekerjaan perempuan harus dibagikan kepada pihak lain yang berkepentingan dan tidak menjadi beban pribadi seorang perempuan.




4. Represent


Hal yang terkait dengan kebijakan pekerjaan perawatan ini harus selalu disounding dan dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait seperti pemerintah dan perusahaan. Agar pekerjaan perawatan menjadi penting untuk dibahas oleh publik dan pihak terkait  melalui dioalod-dialog sosial.



5. Reward


Memberikan ‘hadiah’ atau penghargaan bagi perempuan yang bekerja di sektor pekerjaan perawatan maupun bagi ibu bekerja.



Contohnya ibu bekerja berhak mendapatkan layanan day care yang baik, aman, terpercaya namun tetap terjangkau sesuai dengan pendapatan yang didapatkan.


Di sini peran pemerintah juga sangat penting untuk menyelenggarakan atau mendirikan day care/penitipan anak untuk membantu produktivitas perempuan yang bekerja pada sektor publik dengan tidak mengesampingkan perannya sebagai seorang istri/ibu.



Cuti hamil atau cuti melahirkan bagi ibu dan juga ayah harus menjadi prioritas dan hal yang penting, hal ini tentunya merupakan kebijakan/regulasi yang bisa didukung oleh negara/pemerintah.



ILO juga terus mendorong kebijakan untuk memberikan cuti kepada perempuan (ibu hamil/melahirkan) dan cuti kepada suami yang mendampingi ibu hamil dengan tetap memberikan upah sesuai dengan yang diberikan/tanpa dikurangi.


Menurut Konvensi ILO 183 cuti melahirkan diberikan 14 minggu direkomendasikan untuk ditingkatkan menjadi 18 minggu dalam Rekomendasi No. 191. Tunjangan cuti tidak boleh kurang dari dua per tiga dari penghasilan wanita sebelumnya, disediakan melalui asuransi sosial wajib atau dana publik.



Di Indonesia sendiri cuti melahirkan diberikan selama 13 minggu (3 bulan), jumlah tunjangan tunai cuti melahirkan setara dengan 100%, tunjangan tunai yang dibiayai oleh pemberi kerja, sedangkan wiraswasta dan orang tua angkat tidak berhak atas cuti melahirkan. Sedangkan terkait cuti ayah di Indonesia, yakni 2 hari cuti melahirkan dengan upah setara 100% dari penghasilan sebelumnya.



Pekerjaan Perawatan (Care Economy) bisa Menjadi Peluang Baru




Jika pekerjaan perawatan ini dianggap sebagai pekerjaan yang bernilai (produktif) maka sebenarnya ada kesempatan atau peluang baru yang bisa diambil untuk meningkatkan ekonomi/kesejahteraan masyarakat.



Pekerjaan perawatan atau Care Economy bisa menciptakan peluang baru yakni yang Pertama adalah menciptakan lapangan kerja dan peningkatan GDP. Kedua yaitu peningkatan kesempatan kerja bagi ibu-ibu dan pengurangan kemiskinan. Ketiga yaitu produktivitas dan kinerja usaha akan lebih baik dan yang keempat adalah peningkatan kognitif anak yang lebih baik ketika pengasuhan diberikan kepada pihak profesional.



Sebagai contoh adalah dengan membuka day care atau tempat penitipan anak yang berkualitas dan terjangkau oleh para ibu bekerja. Jika pekerjaan perawatan mampu diangkat menjadi pekerjaan profesional dan bernilai maka akan ada simbiosis mutualisme antara ibu yang bekerja dan pengelola day care.



Sayangnya masih ada kesenjangan ketersediaan day care, hanya 1 dari 10 orang tua yang mampu mengakses layanan day care atau tempat penitipan anak yang berkualitas namun tetap terjangkau.



Sejatinya sebagai pemangku kebijakan, pemerintah seharusnya mampu membangun dan memperbanyak day care atau tempat penitipan anak sebagai salah satu bentuk support kepada para ibu bekerja sekaligus menghargai pekerjaan perawatan (Economy Care) sebagai sebuah pekerjaan yang bernilai dan produktif.



Layanan day care gratis atau terjangkau ini tentunya sangat bisa dikelola oleh LSM, berbasis organisasi keagamaan, penitipan anak berbasis keluarga, penitipan anak berbasis koperasi atau dikelola masyarakat, day care yang dikelola oleh perusahaan, atau pengasuh anak yang bekerja di rumah.



Baca juga: Ibu Rumah Tangga, Stop Multitasking!



Fasilitas tempat penitipan anak ini bisa terwujud dengan dukungan dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun perusahaan serta masyarakat. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan tentunya sangat diharapkan keberpihakannya kepada kaum perempuan, karena bagaimana pun perempuan adalah tiang negara yang harus diberikan kesempatan dan dukungan untuk terus berkarya dan berdaya.



Hari ini saya pun merawat lansia dan anak-anak di rumah, senang rasanya ada yang menyatakan bahwa pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga dan melakukan banyak pekerjaan rumah termasuk pekerjaan perawatan adalah sebuah aktivitas yang bernilai dan produktif.



Karena memang jika dikonversi menjadi rupiah, pekerjaan yang saya lakukan di rumah ini bernilai ekonomis, apabila kita delegasikan kepada orang lain, tentunya kita harus membayar sekian rupiah agar pekerjaan tersebut bisa diselesaikan.



Menurut Mama, berapa gaji yang layak jika pekerjaan ibu rumah tangga diberikan kompensasi setiap bulannya? dan peluang apa saja nih, yang Mama lihat ketika pekerjaan perawatan (Care Economy) ini menjadi aktivitas yang bernilai ekonomis di tengah masyarakat?



Yuk, sharing di kolom komentar!







30 comments

  1. biasanya yang beranggapan ibu rumah tangga itu bukan bekerja ya seorang patriarki sih, sedih ya, padahal skill untuk menjadi ibu rumah tangga itu banyak dan berlapis lho

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah, dah senang banget kalau bisa dikasih 2M ya mbak 😊. Seringnya kan tidak dihargai dan tidak dianggap. Baru tahu kalau IRT termasuk care economy

    ReplyDelete
  3. Harusnya ibu rumah tangga tidak dipandang sebelah mata dan diberi apresiasi, begitu juga wanita diluar sana, harus ada pemenuhan haknya, seperti cuti hamil, maupun cuti karena menstruasi

    ReplyDelete
  4. Wah kalau ibu rumah tangga digaji itu kayaknya gak cukup ya dihargai dengan nominal menurutku. Karena seperti aku yang dari ibu bekerja dan sekarang full di rumah alias jadi IRT rasanya memang wah banget sih. Btw soal Care Economy ini memang menarik ya, karena kakak iparku sudah melakukan ini juga. Karena anaknya sudah dewasa dan dia mencoba membuka penitipan anak di rumahnya, harganya cukup lumayan kalau dibanding Indonesia.

    ReplyDelete
  5. duh gaji dunia ga ada apa-apanya sama gaji akherat kali ya buat seorang ibu. Insyaallah kalau ikhlas balasannya akhirat yaa

    ReplyDelete
  6. Waduh, berapa ya? Itung2 aja kalau kita pakai jasa ART full gajinya dah lumayan kan. Belum lagi kalau jasa antar jemput, guru les, guru ngaji, wah banyak dah. Bisa berjut-jut nih, belasan bahkan puluhan. Bisnis care economy ini menarik sekali, saya juga pernah bercita-cita mengelola day care rumahan gitu. Hanya saja belum terealisasi. Semoga suatu hari ada suntikan modal untuk mewujudkannya. Amiin

    ReplyDelete
  7. Pekerjaan peralatan ini termasuk kategori pekerjaan berat menurut saya karena selain punya skill yang bagus juga harus punya stock sabar yang melimpah. Soal pembukaan day care ini cukup rumit juga. Lebih ke SDM. Para penjaga Bayu di day care ingin gaji standart tapi tidak banyak pemilik day care yang mampu memberikan gaji tinggi. Jadinya sering keluar masuk pegawai baru.

    ReplyDelete
  8. kalau dihargai dengan nominal kayaknya priceless yaa. tanggung jawabnya dunia akhirat hihihi. Kudu semangat dan ikhlashnya gak habis ya ibu-ibu inih, meskipun sbg ibu bekerjapun aku ttp kerjakan tugas rumah tangga juga meski ada bantuan dr yang kerja pulang hari utk beberes dan setrika

    ReplyDelete
  9. Jadi ingat kata pengantar di buku Calon Arang-nya Pramoedya Ananta Toer. Saya lupa redaksi persisnya, tapi intinya begini : patriarkhi itu bukan persoalan laki-laki ATAU perempuan, patriarkhi adalah persoalan kemanusiaan.

    setuju banget sih ini. Sebab, kadang perempuan juga turut melanggengkan pratriarkhi, di antaranya dengan tidak mengajarkan pekerjaan rumah pada anak laki2. Diskusi ILO ini bagus banget untuk membuka banyak mata yang masih tertutup. Meski mungkin, akan ada kecurigaan "disusupi agenda asing." :D

    ReplyDelete
  10. Iya beban kerja ibu rumah tangga tuh luar biasa, apalagi ibu pekerja yang pulang kerja pun masih harus mengurus rumah tangga. Pekerjaan ibu rumah tangga tak boleh dipandang sebelah mata dan harus dihargai minimal jangan mencemooh para ibu yang memilih stay at home dengan mengatainya pengangguran

    ReplyDelete
  11. Entah berapa gaji yang pantas untuk ibu rumah tangga saking banyaknya pekerjaan yg harua diselesaikan dlm sehari bahkan tuntutan keberhasilannya hampir 100%. Makanya suami harus bisa jadi sypport sistem yg baik ya mak.
    Btw ngomongin day care jd teringat cwrita dosenku yg dulu kulih S3 di Inggris mak istrinya nyambi buka daycare si rumah dan hasiknya bisa menghidupi mereka disana secara duir beasiswa terbatas kan ya. Jadi emang bwnee saycare ru prospeknya oke

    ReplyDelete
  12. Kadang suka miris, nyengir aja kalau ada yang bilang perempuan yang di rumah itu bukan pekerja. Dianggapnya mengerjakan semua pekerjaan rumah itu bukan pekerjaan dan memang sudah kodratnya dari dulu. Padahal itu anggapan yang salah dan sudah jadi anggapan turun temurun. Harus diedukasi terus, yaaa..

    ReplyDelete
  13. Teringat sama mama Rahimahullah... yang dulu jadi full ibu rumah tangga. Masak, nyuci, menyetrika, bersihkan rumah, dll..semuanya dikerjakan sendiri, bahkan sampai kami kuliah..soalnya oleh beliau disuruh fokus belajar aja. Kami paling dibolehkan sesekali bantu. Kebayang kalau dirupiahkan setiap item itu, beughh.. banyak! Gak akan sanggup kami bayarnya. Ya Allah mengsedih ingat beliau. Rasanya sampai berpulang, belum bisa membahagiakan mama.. Semoga doa-doa yang kami panjatkan, diijabah oleh Allah. Aamiiin...

    ReplyDelete
  14. Tulisannya panjang tapi aku seneng bacanya. Soalnya banyak informasi baru yang aku dapat. Ternyata jadi ibu rumah tangga yang dinilai sepele itu masuk ke dalam care economy

    ReplyDelete
  15. IMO, ibu rumah tangga itu kalau ada gajinya kayaknya bakalan tak terhingga nominalnya. Dan baru tau kalau jenis pekerjaan ibu rumah tangga ini care economy, ya karena bisa dibilang ibu rumah tangga ini serba bisa. Ibuku pun day care nih tiap hari, tapi buat penitipan cucunya sendiri hahaha.

    ReplyDelete
  16. Ibu rumah tangga tidak digaji pun bahagianya bukan main jika beliau-beliau ini dihargai oleh pasangan dan anak-anaknya. Diberi waktu me time dan tentu saja mendapat perhatian dan cinta dari seisi rumah.

    ReplyDelete
  17. Penghargaan tertinggi seorang Ibu adaalah ketika apa yang ditata sejak awal memperlihatkan hasil yang baik. Bagaikan menanam tanaman, akan disemai kemudian. Jadi, jangan ada Ibu yang merasa pekerjaan ini gak bermanfaat. Karena dari rumahlah, peradaban kelak terbentuk.

    ReplyDelete
  18. Aku jadi teringat juga pas ngurus KTP trus jawab kerjaan ibu rumah tangga, eh, diomelin ma bapak2 kelurahan katanya itu bukan pekerjaan. Kasiaaan wkwk. Akhirnya aku jawab aja wiraswasta karena waktu itu aku jualan online huhu.
    Status ibu rumah tangga kerap disepelekan, padahal kalau perannya hilang di rumah pada bingung juga kan huhu. Makanya oarng2 kudu dikasi paham pentingnya ibu rumah tangga sbg care economy. Walaupun mungkin butuh lama, tapi alon2 dikenalkan.

    ReplyDelete
  19. Jadi ibu rumah tangga pekerjaannya malah lebih banyak dari pegawai kantoran. Ngurus rumah, anak, bahkan merawat orang tua juga pekerjaan. Pekerjaan ini seharusnya dilakukan bersama dengan anggota keluarga, tidak melibatkan ibu saja, ya.

    ReplyDelete
  20. 4 kakakku PNS dan wanita karir, aku sendiri IRT, mereka kaget motorku cuma 1, fasilitas di rumah seadanya, tapi aku bersyukur aja deh apa yang ada. Sepatu orang tidak sama dengan ukuran kita, jadi kalau posisi IRT ini membawa berkah, semoga dimudahkan dalam menjalani hidup ini. Selamat mbk masih bisa mengurus ortu, aku ortu udah meninggal keduanya, jadi sepi di perantauan. Pulang pun jarang, semoga kita semua dikuatkan dalam kesabaran.

    ReplyDelete
  21. Ibu Rumah Tangga yang dibilang tidak bekerja itu kok miris banget. Saya bangga ketika ditanya pekerjaan dan jawab saya Ibu Rumah Tangga karena seharian gak akan habis loh pekerjaan itu. Meskipun yaaa bayarannya cuma 2M (makasih mama) hehehe. Tapi alhamdulillah saya gak mau dong kerja sendirian kalau di rumah, suami saya libatkan karena memang begitulah seharusnya ^_^

    ReplyDelete
  22. Saya pernah mengalami betapa besarnya nominal yang harus dibayarkan utk pekerja care economy ini saat kedua mertua bed rest selama sekitar satu tahun. Tentu saja saya tidak bisa merawat mereka sendirian sehingga butuh asisten yg membantu terkait perawatan 2 lansia yg sudah demensia. Dari situ saya melihat, luar biasa effort yg harus dilakukan oleh si pramurukti (pekerja perawat lansia) ini. Jadi emang bener, misal IRT punya tarif, ga kebayang nerapa banyak yg hars dibayarkan kepadanya karena melakukan beberapa tugas sekaligus.

    ReplyDelete
  23. Iya, dalam Islam pun, sebenarnya pekerjaan rumah tangga kan bukan pekerjaan istri. Justru pekerjaan suami. Istri hanya wajib taat, termasuk membantu pekerjaan suami dalam mengurus keluarganya.
    Duh aku pernah denger kajian yang mana ya lupa.
    Kalau mau dinominalkan, gaji ibu rumah tangga banyak banget deh.. Hehe.

    ReplyDelete
  24. kalo menurut aku Ibu Rumah Tangga itu memang sebuah profesi, karena di KTP aja diakui ya profesi "Mengurus rumah tangga" hihi. Tenyata di ILO, memang tugas-tugas ibu rumah tangga tuh diakui juga sebagai pekerjaan yaaa

    ReplyDelete
  25. Wow, baru tahun bahwa menurut ILO ... standar statistik ketenagakerjaan internasional menetapkan bahwa perawatan yang tidak dibayar adalah pekerjaan. Pada kenyataannya, memang ibu rumah tangga sepanjang hari melakukan banyak "kata kerja".

    ReplyDelete
  26. Di 2022 lalu waktu ikut Konferensi Ibu Profesional (sekarang jadi Konferensi Perempuan Indonesia) dibuat Deklarasi bahwa IRT juga bekerja, jangan dianggap tidak produktif.

    Membaca programnya ILO tentang IRT maupun yang merawat keluarga juga termasuk bekerja dan berhak dapat reward itu senang banget. Semoga yaah makin melek masyarakat bahwa tugas rumah tangga itu dilakukan bersama dan tidak memandang IRT sebelah mata.

    ReplyDelete
  27. kejam banget sih ya kalau masih ada aja yang bilang pekerjaan rumah tangga itu tidak bernilai, apalagi seputaran perawatan, karena jelas banget deh kalau kita mendelegasikan ke orang lain, pekerjaan itu semua ada cuannya, kiita harus merogok budget yang tidak sedikit untuk 'menitipkan anak-anak ataupun lansia' pada orang yang memberikan jasa perawatan tersebut.

    ReplyDelete
  28. Jadi pengen segera berumah tangan. Mau praktekin 5Rnya ...heheh. tetapi pasangan juga perlu tahu ya, kalau pekerjaan ibu RT itu dihargai.

    ReplyDelete
  29. Aku tuh suka geregetan klo ada oknum yg ga menghargai atau menyepelekan ibu rumah tangga.
    Padahal tugas2 mereka jg ya ga sedikit dan melelahkan klo diukur dgn standarisasi ekonomi lumayan biayanya

    ReplyDelete
  30. Setelah tahu job desc-nya IRT itu bernilai ekonomi, jadi lebih percaya diri dong karena bisa dilakuin semuanya. Kalau dihitung gaji pasti berjuta-juta ya. Bakal banyak yg resign kantoran sih kalau emang beneran dikasih upah.

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini, silakan tinggalkan komentar yang baik dan positif ya :D