Menyapih anak ketiga, ternyata sama sulitnya dengan menyapih anak pertama. Banyak kendala dan juga ‘drama’ tersendiri ketika akan melakukannnya.
Dulu, ketika anak pertama, karena belum adanya pengalaman, saya ‘takut’ untuk menyapih bayi, takut gagal maksudnya, dan takut payudara bengkak karena harus mengehentikan produksi ASI.
Ternyata, walaupun sudah berbekal pengalaman menyapih pada anak pertama dan kedua, ketakutan akan kegagalan itu masih ada lho. Apalagi si bungsu ini sedang lucu-lucunya, sedang sayang-sayangnya. Duh, kasian kalau harus disapih diusianya yang sudah menginjak 2 tahun.
Menyapih Dengan Metode Tradisional
Tentunya, dengan keterbatasan pengalaman dan ilmu, anak pertama saya, Kifah, saya sapih dengan cara tradisional. Yaitu dengan menggunakan cara ‘menakutnakuti’ supaya dia tidak mau menyusu lagi.
Pertama-tama, saya mencoba dengan menggunakan kayu putih. Ternyata Kifah masih mau menyusu walau sudah pakai kayu putih. Kedua, saya pakai Brotowali (saran dari ibu mertua) karena Brotowali itu pahit, dan pahitnya nempel lama di lidah. Eh beneran gusti, itu si Kifah ga mau nyusu lagi, nangis kejer karena lidahnya pahit.
Rewel kah?
Iya, dengan cara tradisional begitu, anak jadi rewel karena marah dan kecewa. Tiba-tiba rasa ASInya jadi pahit dan gak enak lagi. Sebelum tidur malam, saya sudah menyiapkan banyak sekali susu UHT kesukaan Kifah, supaya ketika dia bangun, ada susu atau minuman yang dia suka sebagai pengganti ASI.
Besoknya, alhamdulillah Kifah gak rewel lagi, jadi total nangisnya hanya semalam saja. Cuma memang, cara menyapihnya membuat dia kaget dan marah. Duh, maaf ya Kifah.
Baca juga: Tips Menghindari Ruam Popok Pada Bayi
Menyapih Aldebaran, Anak Kedua.
Apakah saya menyapih dengan cara tradisional lagi?
Untuk Aldebaran, proses menyapihnya ini cukup membuatnya sedih. Kenapa? Karena ASI saya berhenti tidak berproduksi lagi karena saya hamil Aksara (anak ketiga). Karena tidak ada ASInya, Aldebaran rewel dan harus disapih secara mendadak, waktu itu usianya baru 20 bulan.
Karena waktu itu saya sedang ‘mabok’ karena hamil. Aldebaran sering menginap di rumah neneknya, Jadi, sambil menginap ya sambil disapih. Kira-kira satu minggu dia menginap, ketika pulang ke rumah, dia sudah gak rewel nanyain ASI lagi.
Menyapih Aksara dengan Cinta
Sounding kalau Aksa sudah besar , memakan waktu yang cukup lumayan |
Terkadang saya masih sangsi, apakah benar anak yang disounding dan diajak ngobrol bahwa harus lepas ASI karena sudah berusia 2 tahun akan mengerti? Mengerti apa yang kita ‘minta’ dan ‘merelakan’ tidak menyusu lagi.
Karena saya penasaran, maka saya coba.
Pertama, sounding beberapa bulan sebelumnya.
Saya bilang ke Aksara, kalau bulan depan dia udah gak boleh menyusu lagi, karena sudah besar. Tentu Aksara cuek-cuek saja, gak merespon apapun, wkwkwkw. Dia tetep minta ASI terutama kalau mau tidur malam atau lagi di dalam mobil/di perjalanan.
Bulan berikutnya, saya sounding lebih intens lagi. Tapi tetep aja anaknya cuek bebek dengan watados-nya. Dia tetep mau ASI setiap mau tidur malam.
Sampai usianya sudah 2 tahun lebih 2 bulan, saya membulatkan tekad untuk menyapih Aksara.
Malam pertama, saya sudah siapkan susu kesukaannya untuk mengganti ASI. Tapi GAGAL. Aksara menangis meraungraung. Gak berhenti nangisnya, mana tengah malam, duh malu sama tetangga.
Dan beneran, tetangga ngomong gini, “Saya paling gak tega deh denger anak nangis.”
Ya ampun, Bapak Ibu, namanya anak lagi disapih, harusnya maklum dong ya. Sebagai orang tua, saya selalu maklum kalau ada anak yang menangis, tantrum, dll. Saya menaruh empati pada orang tua yang sedang berjuang mendidik anakanak mereka. Toh, berasa banget, mendidik anak sangat tidak mudah.
Malam berikutnya.
Malam berikutnya saya coba lagi, sebelum tidur, Aksara minum susu dulu. Nyanyi-nyanyi dulu, dibikin happy dulu deh pokoknya.
Tapi, ternyata beberapa menit kemudian, dia nangis minta ASI supaya bisa tidur. Dan selanjutnya Aksara nangis lagi meraung-raung. Karena sudah bertekad mau menyapih, ya udah saya usahakan tetap tenang dan tersenyum, walau sebenernya udah ga tahan juga mau menyerah.
Lama-lama, Aksara tidur, saya kasih susu lagi beberapa teguk sambil bilang, “Aksara sudah gede, sekarang minumnya susu di gelas dinosaurus, ya.”
Akhirnya malam itu berlalu juga. Besoknya, Aksara ga minta ASI lagi. Walau kadang dia keceplosan mau minta ASI, sambil minta dipangku atau tiduran di kasur. Kalau udah gitu, harus segera kita alihkan deh, bisa sambil nyanyi, mainan, atau jalan-jalan ke luar rumah.
Beberapa hari sih ya masih gitu, masih minta ASI secara gak sengaja. Tapi lambat laun dia mulai terbiasa minum susu di gelas Dinosaurus kesayangannya.
Baca juga: Membuat Udara di Rumah Bersih dan Sejuk
Kenapa Saya Menyapih di Usia 2 tahun?
Ini waktu Aksara tepat 2 tahun usianya, habis ultah diajak kepantai deh |
Tentu karena perintah di Al Qur’an sudah ada ya. Menyapih anak dimulai ketika usianya sudah menginjak 2 tahun. Di dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 233 berbunyi:
“Dan ibu iu hendaklah menyusui anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
Sudah jelas di dalam ayat Al Qur’an, jika anak sudah berusia 2 tahun, maka bisa dilakukan penyapihan, tentunya dengan cara cara yang baik. Bahkan ada pertimbangan terhadap ibunya, ada penekanan pada ayat “Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya.” Saya rasakan sendiri, semakin besar usia anak, memang ada rasa ketidaknyamanan ketika memberikan ASI, tidak sama ketika anak masih dibawah usia 1 tahun.
Selain itu, WHO juga menyarankan agar anak disusui hingga usia 2 tahun lho. Memberikan ASI selama 2 tahun atau lebih banyak memberikan manfaat bagi ibu dan anak, menjaga kesehatan ibu dan anak, memberikan kenyamanan bagi ibu dan juga anak. Bahkan ada ibu yang lebih lama menyusui (lebih dari 2 tahun) karena merasakan banyak manfaat dan kenyamanan tersebut.
Namun, kalau saya memang memilih untuk menyapih anak ketika usia 2 tahun karena faktor dari diri saya sendiri yang merasa sudah kurang nyaman, dan produksi ASI yang semakin berkurang.
Saya Merasa Tidak Nyaman
Karena Aksara sudah besar, tentu sudah sangat tidak nyaman dalam prose menyusui. Selain itu, saya sering sakit bahu dan punggung, karena ketika menyusu, Aksara selalu ingin sambil tidur miring. Jadi, otomatis semalaman, saya tidur dengan posisi tidur miring sepanjang malam.
Sakit bahu dan punggung itu beneran gak enak, mau diurut pun sedang covid gini, gak berani minta urut sama tukang urut langganan.
Baca juga: 5 Kebiasaan Sehat yang Harus Diajarkan Pada Anak
Aksara Suka Pelampiasan Gak Mau Makan Karena Ada ASI
Sebelum disapih, Aksara susah banget disuruh ngemil. Ini foto sama nenek, makan donat di pinggir pantai, sambil menikmati angin sepoi-sepoi |
Ketika masih ASI, duh, Aksara kadang susah makan, karena maunya menyusu aja sampai ketiduran. Makanya BB-nya susah untuk naik. Berbeda setelah disapih, dia jadi mau banyak makan makanan dan juga camilan. Minum air putih, minum susu pun jadi lebih banyak. Aksara gak mau makan kalau lagi sakit atau gak enak badan aja.
Menyapih Tradisional VS Menyapih Dengan Cinta, Mana yang Lebih Baik?
Tetap semangat, konsisten, dan bermental baja ya Mak, menghadapi anak yang lagi masa-masa aduhai 😂 |
Menurut pengalaman pribadi, dua-duanya memiliki tantangan masing masing. Proses menyapih dengan cara tradisional memang bisa jadi ‘jalur cepat’ namun anak nampak marah dan kecewa. Sementara menyapih dengan cinta, membutuhkan waktu yang lebih lama. Karena proses sounding-nya memakan waktu yang tidak sebentar.
Namun yang pasti sama adalah, rewelnya. Hihihi. Ini sulit untuk ditawar dan dari tiga anak saya, semuanya rewel dengan caranya masing masing. Memang kita sebagai ibu yang dituntut harus sabar dan konsisten tidak mudah menyerah, ketika akan menyapih anak dari ASI. Tapi Insya Alloh, usia 2 tahun adalah usia yang sudah cukup pas untuk menyapih, karena daya berpikir anak pun sudah semakin tinggi. Mereka bisa kita aja ‘berdamai’ meski dengan cara yang berbeda beda.
Nah, itu dia sekelumit pengalaman saya ketika menyapih Aksara. Apakah Buibu punya pengalaman tak terlupakan ketika menyapih anak? Yuk berbagi cerita di kolom komentar :D