“Halo, bisa bicara dengan Kang Ijang
Permana Sidik?”
seseorang bersuara maskulin berbicara
dari sebrang telepon.
“Ya, saya sendiri” jawab suami saya.
“Bisakah besok kita bertemu? Saya
wartawan Pikiran Rakyat, ingin wawancara dengan Kang Ijang”
Obrolan singkat
di telepon memecah suasana. Musik degung yang sedang mengalun di aula Mesjid Al
Furqon Universitas Pendidikan Indonesia mendadak tak terdengar di telinga kami
saking kagetnya. Kebetulan hari itu kami sedang melaksanakan walimatul ursy Kakak kedua. Saya dan
suami baru saja menerima telepon dari seorang wartawan Pikiran Rakyat,tepatnya
dari rubrik Kampus yang meminta waktu untuk wawancara.
“Mau
wawancara apa, Bi?” tanya Saya.
“Katanya
tentang nikah sambil kuliah” Jawab Abbiy.
Antara norak sama seneng, koran dipigurain. |
Menurut pengakuan sang wartawan, ada seorang teman yang
merekomendasikan kami untuk diwawancarai ketika Koran Pikiran Rakyat sedang
mencari narasumber untuk mengisi rubrik ‘kampus’ yang temanya mengenai “menikah saat kuliah”
Singkat cerita, kisah “nikah muda” kami berhasil mengisi rubrik
kampus Koran Pikiran Rakyat bersama dengan cerita kang Surya Kresnanda (yang
saat ini berprofesi menjadi trainner) dan istri, yang sama sama menikah saat
kuliah juga dong pastinya.
Dalam kutipan wawancara, salah satu yang disoroti adalah
mengenai “tanggungan nafkah keluarga” mengingat kami ini masih kuliah semua.
Jangankan punya pemasukan, yang ada malah pengeluaran terus terusan, ya namanya
juga kuliah, butuh biaya banyak.