Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.
Showing posts with label Mommy Diary. Show all posts

Menjadi Ibu Rumah Tangga itu Tidak Bekerja? Yuk, Baca dulu Fakta bahwa Merawat juga Bekerja!

 


“Ibu rumah tangga itu ngga bekerja, karena memang ya di rumah aja. Kalau pun digaji, paling bayarannya 2M, Makasih Mama”


Walaupun memiliki pekerjaan ‘Mengurus Rumah Tangga’ pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) terkadang ibu rumah tangga dianggap tidak bekerja atau menganggur karena tidak bekerja di sektor publik atau memiliki kantor yang harus didatangi setiap hari.


Padahal pekerjaan ibu rumah tangga di rumah begitu banyak, semenjak membuka mata di pagi hari hingga malam hari tiba. Bahkan jika memiliki bayi, balita atau lansia, ibu rumah tangga bekerja hampir 24 JAM, karena harus menyusui bayi di malam hari atau merawat lansia yang sudah berkurang kemampuan kemandiriannya.

Ini Dia Produk Mustela yang Ampuh Mengatasi Ruam Popok dan Biang Keringat pada Bayi

 

Ini Dia Produk Mustela yang Ampuh Mengatasi Ruam Popok dan Biang Keringat pada Bayi


“Duh, kok, anakku sering banget kena biang keringet, ya?” Tanya seorang teman.

“Lagi aktif-aktifnya ya, sekarang?” Saya balik bertanya.

“Iya, banget.” Jawabnya lagi.


Salah satu ‘nightmare-nya’ seorang ibu adalah ketika bayi terkena biang keringat dan ruam popok. Saya pernah mengalaminya ketika Kifah berusia sekitar 2-3 bulan. Muncul bintik-bintik merah di sekitar paha dan bagian belakangnya. 


Semenjak muncul ruam merah di bagian paha, nappy area, dan disela-sela lipatan, Kifah kecil selalu menangis setiap malam. Waktu itu saya belum paham itu adalah ruam popok yang membuat bayi tidak nyaman, bahkan kesakitan.


Ruam popok yang terjadi kepada Kifah juga disusul oleh biang keringat ketika ia berusia 6 bulan ke atas dimana ia sudah mulai aktif bergerak. Sebagai seorang ibu ‘amatir’ saya cukup stress menghadapi DUA MIMPI BURUK pada bayi ini, yakni ruam popok dan biang keringat.



Kifah selalu rewel dan menangis, dan saya pun kelelahan dan kewalahan karena hampir setiap malam menjaganya hingga dini hari. Maka dari itu, pengalaman berharga menghadapi ruam popok dan biang keringat selalu saya ingat baik-baik sehingga saya mampu mengantisipasi dua masalah tersebut untuk bayi-bayi selanjutnya.

Begini Rasanya Setelah Tidak punya Bayi



“Wah, enaknya udah ngga punya bayi, pasti sekarang udah bebas nih, gak capek lagi.” Seloroh seorang teman.



“Hmmm, iya.” Jawabku pelan.



Hari ini Si bungsu Aksara sudah berusia 5 tahun, dia sudah bukan balita lagi apalagi bayi mungil dengan aroma khas minyak telon yang sangat menenangkan. Padahal rasanya baru kemarin saya rajin membeli skincare aman untuk ibu hamil dan menyusui.


Kini Aksara sudah tumbuh menjadi anak laki-laki yang hobi bersepeda dan bermain bola, sudah bisa berangkat ngaji sendiri dan sebentar lagi akan masuk taman kanak-kanak pada Juli mendatang. 



Kalau orang lain mengatakan “Enak ya, udah ngga punya bayi.” Memang ada benarnya. Tidur saya sudah mulai teratur dan nyenyak tanpa terganggu tangisan ingin bayi di malam hari yang terbangun beberapa jam sekali. Berat badan juga sudah mulai stabil karena ada waktu untuk berolah raga, lemak dan strecth mark pasca melahirkan berangsur menghilang.


Homeschooling, Sekedar Tren atau Kebutuhan Pendidikan Anak?

 




Homeschooling atau sekolah di rumah tanpa mengikuti sekolah formal pada umumnya di sekolah menjadi salah satu pilihan pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Namun pertanyaannya, apakah homeschooling ini hanyalah sebuah ‘tren’ belaka? Atau benar-benar menjadi kebutuhan anak?

 

10 tahun yang lalu, homeschooling menjadi salah satu cara belajar yang menjadi buah bibir karena masih jarang sekali orang tua yang memilih homeschooling sebagai salah satu sarana belajar bagi anak-anak mereka.

 

Anak homeschooling dinilai tidak sama dengan anak yang sekolah formal pada umumnya, bahkan bisa jadi anak homeschooling dinilai ‘berbeda’ karena bersekolah dari rumahnya sendiri, tidak memiliki guru atau pun teman-teman sebaya seperti sekolah formal lainnya di Indonesia.

 

10 tahun berselang, homeschooling kini menjadi suatu hal yang lumrah dan menjadi alternatif pendidikan yang bisa memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Apalagi dengan terjadinya kasus Pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, percepatan pendidikan era digital dan pembelajaran mandiri menjadi titik tolak perkembangan pendidikan masa depan, salah satunya homeschooling.

 

Bahkan pasca pandemi Covid-19 lembaga pendidikan yang memang menjadi penyedia layanan homeschooling makin ‘menjamur’ dan cukup diminati oleh para orang tua.

 

Cara Mudah Menghindari Kepala Bayi Peyang yang Wajib New Mom Ketahui

 



“Bu, kok  kepala bayi ibu peyang sebelah?”

 

Begitulah tanggapan julid tetangga dan beberapa kerabat ketika melihat adik laki-laki saya waktu kecil. Rambutnya yang selalu dibuat botak atau cepak ala tentara membuat bentuk kepalanya yang peyang atau tidak bulat merata nampak jelas di mata setiap orang. Dan tentunya membuat orang ‘gatal’ ingin berkomentar.

 

Saat itu usia saya masih sekitar 12 tahun, tentunya belum paham kenapa bentuk kepala adik laki-laki saya miring di satu sisi atau dikenal dengan istilah ‘peyang’. Dan sayangnya bentuk kepala yang tidak bulat merata tersebut terbawa hingga dewasa dan sulit untuk ‘diperbaiki’ kembali.

 

Ketika saya sudah dewasa, menikah, hamil dan akan melahirkan, saya teringat akan kejadian ini. Bahwa ibu saya dulu sering dikomentari oleh orang lain terkait kepala bayi (adik saya) yang peyang ke satu sisi, sehingga bentuknya tidak bulat sempurna. Seketika itu pula saya segera mencari tahu, apa penyebab dan bagaimana mengatasi kepala bayi peyang, agar hal ini tentunya tidak terjadi kepada anak saya ketika lahir.

 

Pertama tentunya untuk menghindari bullying kepada ibu pasca melahirkan, dan yang kedua tentunya saya mencari tahu apakah ada efek kesehatan yang akan timbul jika kepala bayi peyang seperti itu.

 

5 Skill yang Harus dimiliki Anak agar Tak Jadi Generasi Strawberry

 


 

“Dasar generasi strawberry!” Keluh seorang guru yang mengajar di bangku sekolah dasar.


Setelah membaca resume buku Strawberry Generation dan membaca motivasi Helmy Yahya yang syarat akan perjuangan hidupnya yang berliku, saya menyadari satu hal, yakni hari ini kita sedang menciptakan Generasi Strawberry.


Bukan hanya saya sebagai orang tua, guru pun merasakan hal yang sama. Semenjak mulai mengajar anak-anak di kelas rendah, guru menemukan banyak ‘keganjilan’ yang terjadi. Seperti anak yang cenderung kreatif namun mudah menyerah, anak yang tidak mampu berkomunikasi untuk menyelesaikan masalahnya, ditambah orang tua murid yang selalu ‘berpesan’ ini dan itu kepada sang guru setiap harinya.

 

Fix! Ini sih, Namanya generasi strawberry, yakni generasi yang terlihat cantik dan indah diluar namun ternyata mudah rapuh di dalam.

 

Tidak ada definisi pasti tentang Generasi Strawberry ini, namun beberapa kali Prof. Rhenald Kasali berkomentar tentang Generasi Strawberry yang memiliki ciri-ciri kreatif, kritis, penuh rasa ingin tahu, namun mudah menyerah, lemah akan tanggung jawab, tidak berorientasi pada solusi ketika menghadapi masalah  (menyalahkan faktor lain) dan cenderung tidak mau mengandalkan dirinya sendiri.

 

Anak Kinestetik Baiknya diarahkan untuk Jadi Apa, ya?

 

culinary schools games kuliner untuk anak

 

Saya pernah bercerita di blog ini kalau saya adalah seorang yang memiliki dominasi gaya belajar secara kinestetik. Ya, seorang anak yang kinestetik biasanya terlihat sebagai anak aktif dan tidak bisa diam, hehehe.


Memang benar adanya, saya anak yang aktif secara fisik sejak kecil. Saya senang naik sepeda, berlarian, main kasti, badminton, jago lompat tali, bermain bola basket, bahkan pandai memanjat pohon. Sehingga sering disebut sebagai anak Perempuan yang tomboy atau bertingkah/berpakaian seperti anak laki-laki.

 

Awalnya saya pun kaget dan tidak percaya, karena saya kira gaya belajar adalah visual, karena saya sangat menyukai gambar, foto, desain, warna, dan hal-hal yang berbau visual. Namun ternyata itu bukan merupakan gaya belajar saya, ketertarikan tentang hal visual merupakan salah satu kecerdasan (minat/bakat) saya, sedangkan gaya belajar saya adalah kinestetik.


Duh, kenapa ngga tahu dari dulu, ya?

5 Cara Menghadapi Cuaca Panas: Review Nadi Skincare, Local Brand Skincare yang Wajib Kamu Coba!

 

review nadi skin care brand skin care lokal

“Waaah, wajahku merah! Tanganku belang!”

 

Teriak saya ketika bercermin, wajah saya sekarang sedang ngga karu-karuan bentuknya, merah, dan suka timbul jerawat. Tanganku belang, karena kepanasan, fiuh!

 

Kebayang sih, saya keluar rumah jam 06.00 sampai dengan 06.45 WIB setiap pagi untuk mengantar si sulung Kifah berangkat ke Madrasah Tsanawiyah, dan si tengah Aldebaran ke Madrasah Ibtidaiyah. Ketika siang hari, saya juga harus menjemput mereka pukul 14.00 dan 14.30 siang, dimana matahari sedang terik-teriknya. Dan setiap hari, saya bisa PP (pulang pergi) antar jemput anak-anak sejauah 16 km.

 

Begitulah kira-kira rutinitas saya ‘menantang matahari’ setiap hari, demi anak-anak saya harus melakukan antar jemput sekolah menggunakan motor sejauh 16 km sehari. Dan sejak tahun ajaran baru ini lah (Adik kakak berbeda sekolah), kulit wajah dan tubuh saya tidak baik-baik saja, ditambah lagi cuaca panas yang sedang melanda Indonesia di musim kemarau ini.

 

*Mama-mama yang senasib dengan saya (harus antar jemput anak) boleh sharing di kolom komentar yaa.

Mengatasi Hambatan Belajar pada Anak dengan Online Learning Sinotif

 

bimbel online matematika fisika dan kimia hanya di sinotif


Assalamu’alaikum Mama semua, alhamdulillah anak-anak sudah hampir satu bulan ya, Ma belajar kembali di sekolah. Bagaimana nih, kabar anak-anak di kelas atau sekolah barunya? Apakah sangat bersemangat? Atau menghadapi beberapa tantangan?

 

Apapun tantangannya, semoga Mama tetap optimis dan segera menemukan solusi atas berbagai tantangan yang terkait dengan dunia sekolah anak-anak, ya.

 

Anak sulung saya, Kifah, alhamdulillah masuk ke Sekolah Menengah Pertama tahun ini, sedangkan adiknya, Aldebaran, masuk ke kelas 2 Sekolah Dasar. Mereka berdua masih beradaptasi dengan berbagai pembelajaran yang ada di sekolah masing-masing. Karena memang sedang terjadi perubahan kurikulum nasional ya, Ma. Sebelumnya, anak-anak menggunakan kurikulum tematik sedangkan sekarang beralih ke kurikulum Merdeka yang mengusung tema besar yaitu MERDEKA BELAJAR.

 

Bicara soal Merdeka belajar, memang banyak hal yang harus kita perhatikan, ya, Ma, menyoal pembelajaran anak di sekolah. Yakni bagaimana menyiapkan lingkungan dan atmosfer pembelajaran bagi anak yang bisa mendukung bakat dan minat mereka secara individual, memberikan kenyamanan lingkungan pembelajaran yang anti bullying/kekerasan mental dan fisik, serta memberikan akses atau kebebasan anak-anak dalam mengeksplor berbagai ilmu pengetahuan tanpa batasan ruang-ruang kelas.


Belajar Matematika Semakin Menyenangkan dengan Bimbel Online Interaktif

 



Assalamu’alaikum, apa kabar Mama semua? Semoga sehat selalu ya. Apa kabar PPDB sekolah anak-anak, Ma? Apakah lancar dan baik-baik saja? Atau ada kendala? Hehehe, yuk curhat di sini, kalau ada pengalaman PPDB yang kurang menyenangkan, jangan lupa menenangkan pikiran karana tahun ajaran baru sudah tiba.

 

Beberapa teman saya pun bercerita masalah PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru di berbagai sekolah negeri di Indonesia. Banyak pula yang kecewa karena tidak bisa masuk ke sekolah tujuan yang diinginkan dan terpaksa banting stir mencari sekolah lainnya.


Ketika Suami Bekerja secara WFA (Work From Anywhere)

 Ketika Suami Bekerja secara WFA (Work From Anywhere)

 

Assalamu’alaikum Mama semua, bagaimana kabarnya hari ini? Semoga sehat selalu ya menyambut tahun ajaran baru sekolah anak-anak.

 

Beberapa waktu lalu, saya melihat Instagram Bapak Gubernur Ridwan Kamil, bahwa sebentar lagi, pemerintah provinsi Jawa Barat akan menerapkan sistem kerja WFA atau Work From Anywhere untuk para pegawainya.

 

Gubernur Ridwan Kamil mengatakan bahwa, Work from Home atau Work from Anywhere ini dianggap lebih efektif untuk beberapa bidang pekerjaan. Menurut beliau, “Provinsi Jawa Barat, provinsi pertama yang akan mempermanenkan Work from Anywhere.” Ujar Gubernur Jawa barat, Ridwan Kamil.

 

“Karena hasil kajiannya selama Covid-19, ada kerja-kerja PNS yang tidak bertemu masyarakat bisa diselesaikan tanpa harus ke kantor, sehingga keuntungannya adalah mengurangi stress, mengurangi anggaran dan biaya yang sebenarnya tidak perlu dibelanjakan pada saat kerjanya terpenuhi tanpa harus ke kantor” tambahnya lagi.

 


Hmmm, saya tergelitik menulis ini karena memang memiliki pengalaman selama hampir 3 tahun ini suami saya yang bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja secara WFA. Saya ingin sekali menulis dan sharing di blog ini, mengenai serba-serbi Work From Anywhere yang dilakukan oleh suami saya dan tentu dampaknya terhadap saya sebagai istri dan juga anak-anak di rumah.

 

Setiap kebijkan tentunya memiliki dampak positif dan negatif, ya. Mungkin suatu saat, Work From Anywhere ini akan diteliti oleh para peneliti sosial karena memang di Indonesia sendiri, WFA merupakan hal yang baru dan belum lazim dilakukan oleh para pekerja kantoran.

 

Sebelumnya, saya juga pernah menulis soal Work from Anywhere di sini, ya.

7 Cara Sederhana untuk Mengisi Liburan Anak

 

games online edukatif untuk anak

 

Alhamdulilah, akhirnya saya bisa menarik nafas lebih lega, setelah perjuangan yang cukup Panjang menjalani ujian sekolah anak-anak. Kifah yang melakukan ujian Assasement Madrasah, Ujian Sekolah, Ujian Praktek, dll untuk persyaratan lulus Sekolah Dasar dan Aldebaran juga ujian Penilaian Akhir Tahun dan praktek untuk syarat kenaikan kelas (ke kelas 2).

 

Jujur sekali, sebagai ibu rasanya saya lelah dan ‘stres’ jika anak-anak mulai ujian sekolah. Kalau saya bandingkan, dulu kok Mama saya ngga stress dan bahkan ngga tau ya kalau saya mau ujian, wkwkwk. Mama santai dan gak ada beban, ya paling mikirin uang sekolah aja.

 

Kalau sekarang?

 

Hmmm, beda ya. Selain mikirin uang sekolahnya, ibunya ikutan riweuh ngurusin ujian anak. Bahkan rekan-rekan wali murid mengatakan serasa ibunya yang ujian, bukan anaknya, hahaha.

 

Ngerasa gitu juga, ngga?

 

Memang ya, beda tuntutan zaman mungkin membedakan treatment setiap orang tua kepada anaknya, tapi jangan lupa juga, anak-anak adalah anak-anak, bukan orang dewasa mini yang bisa kita push terlalu keras. Tetap semua kita berikan sesuai porsinya, dan apapun hasil dari kerja keras mereka harus selalu kita apresiasi.


Setuju?

Mencoba Serum Retinol dan Niacinamide dari Scarlett untuk Kulit Wajah Berminyak dan Cenderung Berjerawat

 

Mencoba Serum Retinol dan Niacinamide dari Scarlett untuk Kulit Wajah Berminyak dan Cenderung Berjerawat

  

Alhamdulillah, 30 Mei 2023 lalu saya genap berusia 33 tahun. Usia yang saya rasa sudah cukup ‘tua’ namun kata teman dan orang disekitar saya, sih, katanya masih muda!

 

Walau begitu, di ulang tahun saya yang ke-33 kemarin, saya merasa bahwa tanggung jawab saya akan semakin besar, khususnya kepada anak-anak. Apalagi anak-anak sudah makin dewasa, si sulung sudah masuk ke Madrasah Tsanawiyah tahun ini. Artinya saya sudah punya anak remaja di rumah.

 

Sebenarnya, tanggung jawab kita sebagai manusia, apalagi semakin bertambahnya usia biologis, bukan hanya tanggung jawab secara moral atau psikologis yang jadi prioritas. Namun juga tanggung jawab kita kepada diri sendiri harus lebih meningkat. Tanggung jawab kepada fisik atau lahir kita, yang kalau pakai logika, nih. Semakin bertambah usia kita, tentu semakin ‘tidak sehat’

 

Saya sudah menulis di blog ini beberapa waktu lalu kalau saya sedang menurunkan berat badan sejaka Desember 2022 kemarin. Alhamdulillah sampai di bulan Juni 2023 ini, berat badan saya sudah turun hampir 10 kg.


Kelebihan berat badan yang saya rasakan tentunya membuat saya cemas dan tidak nyaman. Karena berdampak langsung kepada Kesehatan saya, dan jika dibiarkan tentu akan semakin buruk.


Me Time di Rumah Bersama Dr. Teal’s: Wajib Coba Scrubnya yang Bikin Kulit Halus dan Lembut!

 

review produk dr teals di Indonesia

 

 

“Awas, Ummi lagi, galak!” Celetuk Pak Suami

 

Anak-anak tentunya sudah paham ‘Kode’ ini, ketika Ummi-nya ini mendadak sering uring-uringan, ‘senggol bacok’, suaranya udah naik beberapa oktaf dan suasana rumah sudah mulai horror, tandanya saya sedang kelelahan (Burn out) atau akan segera datang bulan (PMS).


Beberapa hari lalu, saya merasa sangat lelah, bukan hanya lelah fisik, tapi nampaknya lelah secara psikis atau mental. Sejak bangun tidur, saya merasa ‘melayang’, tidak fokus dan konsentrasi melakukan sesuatu, tidak mood untuk melakukan pekerjaan rumah, memasak, dan lain sebagainya.


Bahkan tidur pun tidak cukup merasakan perasaan lelah yang sangat ‘aneh’ ini. Kemudian saya berfikir dan menarik kesimpulan, bahwa saya bukan hanya lelah secara fisik, melainkan lelah secara psikis atau mental.


Sepertinya saya lelah pasca Ramadan dan mudik lebaran kemarin. Sebagai ibu, kita pasti tau rasanya lelah selama sebulan berpuasa Ramadan, pola tidur yang berubah dan persiapan lebaran yang sungguh melelahkan.

Bagaimana Memilih Suplemen Probiotik yang Tepat untuk Seluruh Keluarga?

 Bagaimana Memilih Suplemen Probiotik yang Tepat untuk Seluruh Keluarga?


“Mayoritas bakteri itu baik dan dapat melindungi manusia. Manusia bahkan tidak bisa lepas dari bakteri. Bakteri ada di tangan kita, rambut kita, kulit kita, semuanya. Bakteri-bakteri ini mengganggap badan kita adalah rumah mereka, rumah yang harus dijaga dari gangguan asing. Di sinilah bakteri melindungi kita,” Dr. Sir Richard J. Roberts, penerima nobel bidang kedokteran

 

Alhamdulillah, badai Pandemi Covid 19 sudah berlalu, bersyukur kita sekeluarga bisa bertahan melawan ujian tersebut selama kurang lebih 2 tahun, ya, Ma. Namun ketika era new normal kembali kita lalui, ternyata gaya hidup sehat yang selama pandemi kita jaga, kembali ‘melonggar’

 

Makanan, minuman, dan jajanan kita mulai kembali ‘sembarangan’ sehingga kembali mempengaruhi gaya hidup dan Kesehatan kita lagi. Penyakit-penyakit seperti kegemukan/obesitas, flu, paparan polusi, hingga sakit pencernaan, dll mulai menjangkit kembali. Belum lagi tingkat stress meningkat karena kita sudah bekerja kembali.

 

Cimory Yogurt Squeeze: Camilan Sehat untuk Menurunkan Berat Badan

 
Cimory Yogurt Squeeze: Camilan Sehat untuk Menurunkan Berat Badan

“Sebenar-benarnya rumah di dunia ini adalah tubuh kita sendiri, karena di sini lah kita tinggal hingga akhir usia kelak. Maka dari itu, tubuh yang hanya satu-satunya ini wajib kita jaga dengan sebaik-baiknya.”
 
Sudah hampir satu tahun ibu mertua menderita stroke untuk kedua kalinya. Namun serangan kali ini tidak ringan, ibu hampir tidak bisa melakukan semua aktivitas sehari-hari seperti biasa. Untuk pergi ke kamar mandi, ke tempat tidur, memerlukan bantuan orang lain karena tangan dan kakinya sulit digerakkan akibat terserang stroke.
 
Sebenarnya, ibu adalah orang yang cukup aktif dan tidak bisa duduk diam. Ibu senang bersih-bersih rumah, menata barang-barang di rumah, menanam tanaman, dll. Bisa dibilang, karena serangan stroke ini, ibu tidak bisa beraktivitas normal seperti yang biasa ibu lakukan.

Apakah Obat Sirop Sudah Aman untuk Anak?

 

Apakah Obat Sirop Sudah Aman untuk Anak?

"Bi, Aksara demam, nih!" keluh saya kepada suami.

"Kan, ada persediaan parasetamol cair?" Jawab pak suami santai.

"Udah lihat berita, belum?" tanya saya.

"Berita apa?"

"Sirop cair katanya bikin gagal ginjal anak."

"Waduh." Pak suami ikutan panik.

"Sekarang, di apotek juga ngga boleh beli obat sirop, lho."

"Terus kalau anak demam, gimana,dong?"


Saat itu kita hanya bisa saling berpandangan sambil kebingungan, stok obat sirop yang ada di rumah pun terpaksa kami buang, karena pemberitaan kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak. Padahal ada beberapa merek sirop obat yang menjadi andalan kami ketika anak demam atau flu. 


Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak (terutama pemberitaan kasus di Gambia, Afrika Barat) membuat kami panik, resah, gusar dan kebingungan. Pasalnya kami khawatir, apakah obat sirop yang selama ini dikonsumsi oleh anak-anak, berbahaya atau tidak. 

 

Bersiap, Yuk! Ikutan Lomba Blog dan Vlog dengan Total Hadiah 20 Juta Rupiah dalam Kemeriahan Voyages to the Middle East Bersama Cibinong City Mall

 


Assalamu’alaikum warga Cibinong dan sekitarnya! Apa kabar puasanya hari ini? Semoga tetap sehat dan semangat dalam menjalankan ibadah puasa tahun ini, ya.


Kali ini saya ingin memberikan kabar gembira, nih! Dari mana lagi kalau bukan dari Mall kesayangan kita semua, Cibinong City Mall. Seperti ‘ritual wajib’ setiap tahunnya, Cibinong City Mall kembali menggelar perhelatan lomba Blog dan Vlog untuk para Blogger dan Vlogger, baik itu para GenZ dan Milenilal yang hobi bermedia sosial, atau pun para Mama Blogger dan Vlogger yang memang suka banget menulis blog dan mengabadikan moment kebersamaan keluarga, hobi, passion via saluran Youtube.

 

Sebelum ke informasi lengkap mengenai lomba blog yang diselenggarakan Cibinong City Mall atau CCM tahun ini, saya mau memberikan informasi mengenai Event Voyages to the Middle East yang diselenggarakan oleh Cibinong City Mall.


Wah, event apa, tuh?

Jalan Kaki Bisa Menurunkan Berat Badan? Ini Dia 5 Rekomendasi Tempat Jalan Kaki Sekaligus Wisata di Jabodetabek

 



“Hah!? 65 Kg?” teriak saya ketika melihat angka timbangan Desember kemarin.


It was a nightmare! Saya belum pernah mencapai angka 65 kg seumur hidup, paling berat itu di angka 60 kg, angka 65 kg membuat saya frustasi dan kebingungan bagaimana harus menurunkan berat badan.


Akhirnya saya berusaha untuk menurunkan berat badan, mencari cara yang tepat untuk mengurangi berat badan sebelum makin melonjak naik. Karena sekarang eranya internet tentunya saya mencari informasi seputar menurunkan berat badan di mesin mencari Google dan Youtube.


Kemudian saya menemukan Youtube Mas Ade Rai, dan mempelajari bagaimana cara diet sehat ala Ade Rai yakni Intermittent Fasting. Saya mencoba mempelajari ‘logika diet’ tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Sebulan menjalankan Intermittent Fasting (selanjutnya saya singkat IF) berat badan saya berkurang 2 kg di bulan Januari 2023, yakni 63kg. Angka ini tentunya masih besar bagi saya, sehingga saya melakukan konsultasi kepada sahabat saya yang sudah menerapkan pola hidup sehat dan mengkonsumsi makanan pengganti yang sehat untuk menjaga berat badan. Selain itu, bersama sahabat saya itu, saya dapat berkomunitas dengan orang-orang yang juga menerapkan pola hidup sehat.


Akhirnya pada bulan Februari, berat badan saya menyusut ke angka 58 kg, dan kini ada di 57kg (total susut 8 kg). Alhamdulillah setelah perjuangan dan mengubah mindset tentang pola makan. Jujur saya, pola makan saya sangat buruk karena Pandemi Covid 19, saya terus menerus makan karena takut akan terinfeksi virus yang kala itu mewabah di seluruh dunia.

Anak Membuat Kita Tidak Bahagia?

 


"Punya anak bikin gak bahagia?"

"Siapa yang bilang?"

"Siapa lagi kalau bukan yang paling Child Free? Gita Savitri."


Hadeuh, dia again dia again yang 'berulah' di media sosial, seakan-akan terus menerus memaksakan bahwa pemikirannya itu  benar, lagi nyari validasi bahwa pemikiran dia paling rasional dan open minded.

*Asli, sih udah males nulis tentang ini, makin terkena aja entar dia enak bener, wkwkwk


Saya sampe pernah bikin live IG tentang Childfree di Instagram, mengundang ustadzah supaya bisa clear membahas tentang masalah ini.


Kamu bisa nonton di tautan berikut ini:

https://www.instagram.com/p/CS1TA34lvvQ/


Sebenernya, silakan saja kalau mau Child Free, tapi tolong JANGAN DIKAMPANYEKAN KE GENERASI MUDA, yang akhirnya mereka jadi TAKUT MENIKAH DAN TAKUT PUNYA ANAK.

Sekarang, kamu kembali lagi bikin statement yang bikin sakit hati ibu-ibu sedunia, yang bilang kalau punya anak itu BEBAN dan bikin TUA.