Hari ini kita lagi ‘digegerkan’ oleh kasus cerai mudanya
seorang ‘seleb’ yang dinikahi oleh seorang hafidz qur’an. Bukannya mau Ghibahin
kasusnya ya, saya cuma mau ngasih opini kasus ini dari sisi saya, yang dulu
nikahnya gak beda jauh dari Kakak S dan Mas T ini.
Sebelumnya, udah baca tulisan saya tentang Menikah Saat Kuliah belum di blog ini?
Kalau belum baca dulu gih, soalnya itu artikel selalu jadi
TOP TEN haha.
Mungkin banyak mahasiwa yang kepikiran nikah muda atau nikah
sambil kuliah kali ya. Apalagi di social media ada juga selebgram, dan anak
para pemuka agama, anak pejabat, yang juga menikah muda, dan pastinya
menginspirasi para followersnya di jagad maya.
Tapi yakin nih? Emang beneran nih mau nikah muda?
Emang enak? Emang sebahagia yang dibayangkan? Emang gampang?
Emang gak akan ada masalah? Kalau liat para ‘idol’ sih kayaknya gak ada masalah
ya, kayaknya hepi-hepi aja tuh.
*Laahh sendirinya kan juga nikah muda, gimana sih, kok jadi
kontradiktif begini*
Tuh kan kalo nikah muda itu bisa gampang banget cerai? Pasti
labil deh mereka, pasti belum dewasa deh.
Ah gak juga, ada kok artis atau public figur yang nikahnya
udah belasan tahun, malah udah punya cucu, mereka juga akhirnya bercerai.
So, no one really knows kenapa setiap pasangan mudah atau
susah untuk bercerai berai.
Tapi, spesial untuk kasus nikah muda ini, karena memang
isunya lagi hotssss, saya kasih komentar saya aja deh, sebagai senior dan tentunya
pengalaman sendiri, yelaaah seniorrr.
Kenapa begini dan kenapa gitu. Kenapa mau nikah muda, dan
kenapa juga harus lekas bercerai.
Baca: Menikah dan Berpisah
***
Impian Menikah
Impian menikah bagi perempuan itu pasti kayak mimpi dapet
pangeran terus tinggal di kerajaan. Ada orang yang sayang sama kita, ada yang
perhatian sama kita, ada yang jagain kita, ada yang mau ngebela kita, dan
tentunya kita punya orang yang bisa kita sayang, kita cinta dengan sepenuh
hati.
Seneng kan ya bayanginnya.
Apalagi liat para ‘pendahulu’ eeea pendahulu, nikah, punya
anak, punya tempat tinggal sendiri, suami kerja, kita ngurus anak dengan
sepenuh hati di rumah, suami pulang kerja, masakan udah ready, dinner bareng,
weekend jalan bareng, anak sehat ceria, fotonya bisa kita upload di sosmed.
Maka nikmat Tuhan yang manakah yang bisa kita dustakan?
Bagi perempuan, punya suami itu pasti menyenangkan, yang dibayangin tentang pernikahan adalah keseruan bersama. Karena sudah saling memiliki satu
sama lain, gak ada batasan lagi. Kau milikku, kumilikmu.
Gitu kan ya?
Dan lebih seneng lagi kalau moment kayak gitu gak mesti
nunggu lama. Usia belasan udah bisa ngerasain, pasti bahagianya juga akan jauh
lebih lama.
Tapi faktanya. Kok ada yang baru beberapa bulan malah
memutuskan untuk berpisah?
Banyak orang yang judge pasti nih anak labil deh, pasti belum
dewasa deh.
Dan muncul banyak celetukan.
“Tuh kan, apa gue bilang, nikah muda itu buat gaya-gayaan
doang, buktinya cerai kan karena mereka belum sama-sama dewasa.”
Emang bener ya kalau
nikah muda itu pasti belum dewasa?
Saya dari dulu selalu percaya dengan kalimat bijak:
“Tua itu pasti, dewasa itu pilihan.”
Yaps, dewasa itu pilihan gaes.
Pernah nonton berita anak usia 5 tahun yang bisa ngurus
orang tuanya yang sakit-sakitan, bisa mandiri di rumah, bantuin kerjaan rumah
yang biasanya dilakuin sama ibunya, kek nyuci piring, cuci baju, dan kerjaan
rumah tangga lainnya?
Sementara ada temen kuliah saya yang usianya 18 tahun di DO
sama kampus karena bolos kuliah terus dan ternyata dia ketauan kecanduan game
online.
Jadi, yang dewasa yang mana ini? Yang tua yang mana?
Hahaha. Dari situ saya yakin betul memang yang namanya usia
gak jadi tolak ukur kedewasaan seseorang. Dan sedikit banyak, keadaan dan
mental lah yang jadi faktor penentu kedewasaan berfikir seseorang.
Dan di dunia pernikahan pun saya anggap sama.
Kalau ada pemuda atau pemudi yang usianya muda tapi
pemikirannya jauh melanglang buana bahkan melampaui pemikiran orang yang
usianya jauh diatasnya, why not dia
menikah.
Anak muda gak semuaya galauers dan kekanakan, ada juga yang
pikirannya dewasa banget, bisa menentukan sikap, dan bisa menentukan pilihan
untuk dirinya sendiri.
Masalahnya adalah
perbedaan setelah pernikahan
Banyak yang bilang kalau udah nikah itu gak bebas, yaps
emang bener banget. Saya akui. Makanya ada orang yang ngomong kalau sebelum
nikah itu saatnya kita puas-puasin main dulu, soalnya entar kalau udah nikah
udah ga bisa.
Memang betul, yang namanya pernikahan membuat dua insan yang
saling diikat oleh janji suci pernikahan udah gak bebas dalam bersikap. Bebas
dalam artian, kita harus saling meminta pendapat satu sama lain.
Wabil khusus seorang istri, semua gerak-geriknya harus
seizin suami. Kalau suami gak ngizinin, ya mau apa lagi. Istri harus nurut.
Selama suami punya argumentasi syar’i untuk gak memberikan restu buat istri.
Dan udah pasti, kalau masih sama-sama muda, ini bisa jadi
masalah besar.
Istri yang tadinya bebas bergerak kemanapun, saat ini mau
main ke rumah teman pun dilarang suami. Begitu juga suami sebenernya, gak boleh
membiarkan istri merana karena ulah dirinya. Karena suami pun harus menggauli
istri dan keluarganya selembut dan sebaik mungkin.
Memang minusnya nikah muda, menikah dengan seseorang yang
sesama muda, adalah penerimaan disisi ini.
MASIH TERIKAT DENGAN GAYA LAMA.
Ya, gaya bebas semau gue, pulang ke rumah seenaknya, bangun
siang, makan gak teratur, gaya berpakaian dan semua kebiasaan lama yang mau gak
mau harus disesuaikan ketika kita memutuskan hidup bersama orang lain, yang
pastinya memiliki banyak perbedaan sama diri kita ini.
Walau terlihat sepele, gaya bawaan ini bisa jadi sumber
masalah loh, dan ujungnya berakhir dengan perpisahan kalau masing-masing gak
saling menyesuaikan.
Anak muda masih butuh
teman sepermainan.
Jujur aja, semenjak nikah, teman sepermainan saya itu makin
menipis. Ya paling temen deket kuliah aja, seluruh waktu hampir dihabiskan ya
sama pasangan.
Dulu sih ngebayanginnya asik aja 24 jam bareng, tapi ya gitu
deh. Kalau kata Tulus, kita ini masih butuh ‘Ruang Sendiri’ untuk hidup.
Tapi ya tetep, semua ada batasannya, dan kita harus
menyesuaikan dengan batasan itu. Semua harus sesuai persetujuan pasangan kita.
Kalau istilah ibu-ibu sih ‘Me Time’, tapi Me Timenya awas aja jangan sampai
kebablasan.
Gak sedikit loh ada yang nikah muda, tapi ternyata lebih
sering spent time sama temen
se-gengnya. Istri atau suaminya dicuekin di rumah.
***
Kira-kira kalau kamu diminta nikah muda, siap gak? Gak bebas
main, gak bebas pergi-pergi, dan harus taat sama aturan suami?
Kalau memang berniat nikah muda, hal yang harus dipikirin
adalah kesiapan kita untuk berpindah kebiasaan dan menyesuaikan karakter kita
dengan karakter pasangan.
Menikah muda itu sama sekali beda dengan pacaran. Kalau yang
berniat melegalisasi pacaran dengan nikah muda kayaknya niatnya harus dilurusin
dulu deh. Karena kalau salah niat, bisa berabe dibelakang.
Dan pada akhirnya, karena emosi yang masih belum matang,
kesiapan untuk menyesuaikan dengan karakter pasangan, akhirnya melayanglah
gugatan untuk bercerai.
Buat yang lagi ngekhayal nikah muda itu asik, ya emang bener
sih asik banget. Tapi jangan sampai lupa sama konsekuensi syariat yang harus
kita jalankan sebagai istri atau sebagai suami.
Apalagi sebagai muslim, yang namanya kewajiban suami istri
itu ya tetap berlaku meski nikah di usia muda. Gak ada pengecualian kecuali
alasan yang memang diperbolehkan oleh syariat.
Yah, berarti gak enak dong? Katanya pacaran halal alias
nikah itu asik?
Istilah ‘Pacaran Halal’ ini memang harus dikaji ulang deh.
Kalau orang pacaran, mana ada ikatan sah? Mana ada kewajiban
sang pacar? Mana ada sifat jelek yang keliatan?
Nikah itu bedaaa woiiii, anduk basah disimpen di atas kasur
aja bisa bikin sewot dan manyun 3 hari loh.
Saran saya buat yang mau nikah muda. Ceileh pake ngasih
saran segala.
Pelajari baik-baik hak dan kewajiban suami istri dalam
Islam. Urusan teknis gaya pacaran halal, dan lainnya sih bisa diatur kemudian. Suami
harus romantis, istri harus bisa masak enak bisa dikompromiin selanjutnya. Semua
itu bisa dilatih seiring dengan berjalannya waktu, hahaha.
Tapi yang paling penting yaitu tadi, mematuhi ‘rules’ menjadi
suami istri, melatih mental dan kedewasaan pemikiran, and then siap menerima segala perubahan kehidupan yang terjadi
pasca pernikahan.
Gimana? Kamu siap?
Kalau udah, yaudah sana cari calon pasangannya.
*ehhh
*Minta diselepet
***
Bogor, 23 Desember 2017
Dari mantan manten nikah muda, yang masih terus belajar dan
remedial.