Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.
Showing posts with label Poligami. Show all posts

Kata Suamiku Tentang Poligami



Jadi sebenernya saya minta Abbiy buat nulis tentang poligami di blognya, soalnya topiknya lagi rame lagi kan. Tapi Abbiy gak mau, tulis aja di blog Ummi kek lagi diwawancara.

Oke lah kalau begitu, and then saya namain tulisan ini dengan label #FamilySharing

Ngomongin tentang poligami, topik yang ga ada abisnya buat jadi bahan debat, bahan kritikan, apalagi poligami menyangkut perasaan perempuan yang cencitip. Poligami jadi sesuatu yang menakutkan buat perempuan, apalagi sekarang banyak laki-laki yang tiba-tiba nyodorin madu ke istri pertama. Tanpa basa-basi, ga ada hujan, ga ada angin.

Laaah.

*mungkin karena prinsip, lebih baik minta maaf, dari pada minta izin*

Untuk itu, saya tergelitik buat bahas soal poligami ini, tapi dari sudut pandang suami saya sendiri. Ya laki-laki, yang selalu dituduh sebagai pelaku kejahatan ketika memutuskan untuk beristri lagi.

U for Ummi
A for Abbiy

U: Bi, coba dong, pandangannya tentang poligami? Banyak yang lagi baper nih kayaknya perempuan, liat kasus poligami di medsos.

A:  Hehehe. Sebelumnya disclaimer dulu ah, Abbiy kan bukan ustadz, jadi jawabnya sepemahaman Abbiy aja yaa.

Sebenernya, poligami itu bukan datang dari agama Islam. Jauh sebelum Islam datang, peradaban dahulu kala pun sudah mengenal poligami. Seperti para raja, itu kan selain punya istri, tetep punya selir yang jumlahnya banyak. Dan statusnya lebih rendah dari pada istri pertamanya.

Perlakuan seperti ini kan justru merugikan perempuan, derajatnya jadi rendah. Begitupun laki-laki, bisa sepuasanya menikah dengan beberapa orang perempuan sekaligus.

Islam datang justru untuk menjadi penyelamat “fenomena” tersebut. Kebudayaan yang dulu memperbolehkan laki-laki menikah dengan banyak perempuan oleh Islam dibatasi menjadi 4 orang istri aja, maksimal, tidak boleh lebih dari itu.

Tapi, masalahnya, bolehnya laki-laki punya istri 4 itu jadi salah kaprah. Banyak yang salah memaknai.

Islam itu membatasi, tadinya laki-laki boleh menikah dengan belasan atau puluhan perempuan, sekarang hanya boleh maksimal 4 orang saja. Tapi hari ini, logikanya jadi terbalik, udah punya 1 malah jadi pengen  punya 4. Hehehe.

Jadi, sesungguhnya, Islam memberi solusi untuk membatasi yang berlebihan itu. Bukan bermaksud untuk menambah yang kekurangan. Kan diayat Qur’an pun jelas, sesungguhnya lelaki boleh menikah maksimal dengan 4 orang perempuan dengan catatan harus berlaku adil, seadil-adilnya.

U: Lah tapi banyak yang poligami mengaku untuk “menyelamatkan diri” dari Zina. Itu gimana?

A: Islam itu agama yang paling mengerti fitrah manusia, termasuk fitrahnya laki-laki. Ada laki-laki yang “hasratnya” lebih besar dari laki-laki lain. Jadi, memungkinkan istrinya tidak menyanggupi kebutuhan suaminya itu.

Nah, untuk kasus seperti ini, hukum poligami kan jadi diperbolehkan. Tapi tetep, maksimal ya 4 orang istri itu tadi, gak boleh lebih. Lah masa iya 4 orang masih kurang juga?

Kasus poligami juga bisa dilakukan saat terjadi “Force Major” misalkan pengen punya anak tapi gak mau adopsi. Atau istrinya sakit menahun, gak bisa melayani suami, tapi karena suami masih sangat cinta dengan istrinya, dan gak mau cerai, maka dipilihlah jalan poligami.

U: Tapi kan Bi, istri itu sakit hati kalau di poligami tiba-tiba apalagi diam-diam gak izin istrinya dulu.

A: Ya sebenernya sih, kalau rukun nikahnya terpenuhi mah, gak ada yang salah. Tetep sah status perkawinannya. Tapi yang jadi masalah, lelaki seperti ini sudah pasti menyakiti hati istrinya dan juga keluarganya.

Kalau memang berniat poligami karena ibadah, karena niat yang baik, buat apa ditutup-tutupi? Bukannya hal yang buruk itu adalah sesuatu yang malu ketika diketahui banyak orang. Nah, kalau sampe ada perasaan malu ketahuan orang, berarti ada sesuatu yang buruk telah terjadi.

U: Akhirnya Islam malah dipandang ‘negatif’ karena suami boleh menikahi lebih dari satu perempuan. Dibilang menyakiti hati istri.

A: Ya sebenernya kembali kepada personal masing-masing itu mah. Poligami itu diperbolehkan, tapi praktek oleh individunya yang kurang baik. Dan akhirnya malah menyakiti hati pasangannya sendiri. Berpoligami itu tetep harus dijaga niatnya, bahkan niatnya itu ya dikomunikasikan ke istri dong, bukan malah ditutup-tutupi. Jika ditutup-tutupi seperti itu, berarti ada yang salah dengan pola komunikasi antara pasangan suami istri.

U: Lah kan biasanya suami itu takut Bi kalau minta izin buat poligami ke istri?

A: Nah ini justru salah, harusnya poligami itu bisa dibicarain berdua sama istri. Suami istri dua-duanya pikirannya harus saling terbuka. Jangan tabu, jangan keburu sensi, siapa tau memang ada masalah yang harus diselesaikan. Bisa dengan jalan poligami, atau bisa menemukan solusi lain.

Makanya harus saling terbuka, jangan ada dusta diantara kita.

U: Biasanya, gimana sih benih poligami itu bisa muncul. Hehe, penasaran dong sebagai perempuan. Ihh kenapa sih suami pake pengen poligami segala.

A: Hmmmm. Biasanya karena suami suka liat orang lain.

Nah ini mah buka-bukaan aja yaa.

Suami itu kan bekerja di luar rumah hampir setiap hari, liat perempuan lain yang bersih, rapi, cantik, wangi, cerdas, wah pokoknya oke banget lah. Suami juga makin lama makin sukses, pergaulan udah makin luas, pengen dong punya gandengan yang juga gak kalah kece dari dia.

Dan pas liat ke rumah, ternyata istrinya itu “jauh ketinggalan” saking sibuknya ngurus anak dan rumah, istrinya lupa bahwa dia harus memperindah penampilannya. Gak mesti berlebihan kok.

Intinya, laki-laki itu pengen punya istri kayak Miss Universe, yang Beauty, Brain, Behaviournya OKE.

Kalau komponen ini bisa tercukupi, insya alloh deh, gak kepikiran buat poligami. Hehehe.

U: Ihhh itu mah suaminya aja gak tau diri, udah istrinya capek ngurusin anaknya di rumah, eh malah dibandingin sama perempuan lain! *sewooottt

A: Justru itu, suami istri harus saling terbuka. Kalau udah merasa istrinya “gak sekufu” lagi dengan suami, ya diupgrade dong. Suami juga harus sadar, kalau istri punya hak untuk mendapatkan ilmu, perawatan tubuh dan psikologis, hak untuk mengembangkan dirinya juga.

Tapi tetep, jangan lupa sama tugas utama, yaitu jadi Manajer Rumah Tangga dan mendidik anak-anak.

***

Di sini saya mau ngucapin terima kasih dulu ke Abbiy, karena udah ngijinin istrinya ngeblog, ikut kegiatan di luar rumah, dan ngelakuin banyak hobby dan juga me time.

Makaassiiiihh Abbiyyy.


***

U: Misalkan udah terlanjur poligami, gimana?

A: Hmmm, hahaha gak kebayang itu mah. Tapi intinya kalau udah begini, dari awal itu ada yang salah sama komunikasi antara suami istri. Ada masalah yang gak terpecahkan oleh keduabelah pihak.

A: Jadi, Abbiy boleh poligami gak?

U: MENURRUTTT LOOOOOO!!!

Mwahahaha.

U: Ada saran gak buat istri-istri yang takut buat dipoligami?

A: Ya intinya itu, diperbolehkannya poligami awalnya adalah untuk membatasi laki-laki yang memiliki hasrat berlebih, maksimal 4 orang istri. Bukan untuk yang udah punya 1 jadi ada alesan untuk nambah lagi apalagi dengan alasan nyunnah. Jadi perempuan jangan negatif thinking dulu terhadap hukum Islam.

Komunikasi penting sama suami, ya bahas aja tentang poligami bareng-bareng, jangan tabu, jangan sensi, gak usah sewot duluan. Kan bisa ngobrol sambil santai minum kopi atau teh bareng. Kalau ada masalah jangan lupa diutarakan, jangan sampai suami memendam masalah dan akhirnya memilih poligami sebagai solusi atas masalahnya selama ini.

Intinya, gak akan ada asap kalau gak ada api. Tapi yang namanya menyelesaikan masalah, suami istri harus duduk berdua dan ngobrolin win win solution.

***

Oke deh, itu tadi sudut pandang suamiku sendiri tentang poligami. Kalau saya sih, ya gak jauh beda juga pendapatnya, haha. Tapi yang jelas, kalau gak ada masalah keluarga, atau kalaupun ada masalah tapi masih bisa duduk berdua untuk diomongin, ya gak usah lah NAMBAH MASALAH BARU DENGAN PUNYA ISTRI LAGI/BERPOLIGAMI.

Karena ini ibarat kata, poligami tanpa izin istri itu kek semacam mengatasi masalah dengan musibah. Walau Islam memperbolehkan, tapi ya gak serta merta dilaksanakan tanpa ilmu. Bisa hancur justru rumah tangga yang sudah dibangun sekian lama.

Kalau katanya ingin meniru Rasulullah dengan berpoligami, silakan ikuti pula jejaknya dalam mengemban dakwah Islam dalam pernikahan-pernikahan beliau. Dan Rasulullah pun mencontohkan monogami yaitu dengan Khadijah. 

Bahkan Rasulullah masih sering menyebut namanya karena saking cinta kepada Khadijah meski ia telah meninggal dunia.

Duh, jadi merinding sendiri pas nulis bagian ini.


***

Tulisan ini adalah murni opini pribadi dari saya dan suami ya, kalau ada yang berseberangan please berkomentar yang baik di comment section blog ini.


Terima kasihhhhh.