Tahun Baru. Kamu punya resolusi
apa nih di tahun baru ini? Apa masih berusaha menunaikan beberapa resolusi
tahun-tahun kemarin?
Kalau iya, tenang, kamu gak
sendirian. Saya sendiri gak punya resolusi khusus di tahun ini. Karena toh banyak resolusi yang tertunda karena
banyak hal. Makanya, tahun ini, kalau bisa ada sebuah satu resolusi, gak perlu
banyak, yang penting bisa dijalani.
Salah satunya adalah resolusi berwirausaha (kembali).
Yaps, dulu, di tahun 2012-2013
saya sempat berwirausaha pakaian muslimah, yaitu hijab. Awalnya saya ragu,
coba-coba dan akhirnya jualan saya ternyata laris manis, banyak yang suka
dengan produknya. Sebenernya sih, sebelum bisnis hijab, saya dan suami juga
berjualan jus buah dan burger di
salah satu kantin perguruan tinggi negeri di Bandung. Namun, karena satu dan
lain hal. Kami harus melepaskan bisnis tersebut, tapi alhamdulillah-nya bisnis
itu gak berhenti begitu saja. Masih ada Bibi yang melanjutkannya hingga
sekarang.
Setelah bisnis kuliner itu
diteruskan oleh saudara saya sendiri, kemudian saya beralih ke bisnis fashion, yaitu hijab. Lebih tepatnya
menjual pashmina dengan ukuran yang lebih lebar dari biasanya. Karena pada saat
itu, di tahun 2012, bisnis hijab sedang meroket sekali. Desainer seperti Dian
Pelangi, Ria Miranda, benar-benar sedang naik daun. Semua produknya laris manis
di pasaran.
Ternyata, lahirnya tren hijab
muslimah yang modern, membawa dampak yang cukup positif untuk iklim wirausaha.
Apalagi waktu itu saya masih tinggal di Bandung yang terkenal sebagai kota yang
kreatif, apalagi untuk berbisnis.
Waktu itu, saya sama sekali tidak
kesulitan memperoleh bahan baku maupun konveksi untuk memproses produk hijab
saya. Di Bandung memang sangat terasa sekali semangat untuk berwirausaha, beda
ketika saya tinggal di kawasan Jabodetabek seperti sekarang, karena mayoritas
penduduknya (terutama di lingkungan saya) bekerja sebagai karyawan di
perusahaan atau negara.
Kembali ke proses wirausaha waktu
itu ya.
Sebenernya, sudah lama saya ingin
kembali memulai kembali wirausaha yang sudah tertunda 6 tahun lamanya itu, hoho
lama juga ternyata. Karena banyak kendala seperti hamil dan melahirkan, dan
juga sulitnya menemukan bahan baku di sini, keinginan saya itu terus-terusan pending. Maka dari itu, saya bertekad di
tahun 2019 saya ingin kembali merintis usaha saya sendiri.
Ujian Keuangan di 2018
Satu lagi sih sesungguhnya alasan
saya ingin berwirausaha, yaitu agar tidak
collaps ketika keuangan sedang menurun. Karena saya hanya mengandalkan
pemasukan dari suami, maka ketika pendapatan suami terganggu, maka terganggu
pula lah kondisi keuangan keluarga.
Di tahun 2018 kemarin, kondisi
keuangan keluarga saya mengalami ujian ke titik terendah yang sempat membuat
kami mengelus dada dan berdo’a agar segera diberikan jalan keluar.
Alhamdulillah, di penghujung tahun 2018 semua sudah berangsur normal dan
kembali kepada sedia kala.
Nah, ujian keuangan seperti itu
sangat ingin saya hindari di tahun-tahun mendatang. Gak enak kan kalau kondisi
keuangan gak stabil? Rasanya bingung dan galau, bagaimana caranya memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan beberapa keperluan lainnya yang tidak bisa ditunda
pemenuhannya.
Syukur-syukur kita masih punya
harta yang bisa dijual atau digadaikan, kalau nggak, bagaimana? Haruskah kita
berhutang sana-sini? Apalagi hutang yang mengandung riba. Yang ada bukan tambah
tenang, tapi hati tambah gelisah dan pikiran pun pasti gak akan tenang.
Membantu Sesama
Yesss. Menurut saya, berwirausaha
akan membuka peluang untuk membantu sesama, minimal tetangga atau saudara dekat
yang memang sedang kesulitan secara finansial.
Bukannya sok-sok jadi pahlawan
atau merasa berlebihan yah. Saya selalu berfikir, bahwa berwirausaha bisa
menjadi ladang amal dan pahala untuk membantu orang terdekat kita menuju
kesejahteraan finansial.
Karena apa? Karena kesejahteraan
finansial itu sangat penting. Ekonomi rumah tangga yang bergejolak, sangat
mungkin memicu terjadinya KDRT, pengabaian terhadap anak, bahkan memicu
terjadinya kriminalitas.
Saya gak muluk deh beneran. Di
lingkungan tempat tinggal saya demikian. Banyak para suami yang tidak bekerja,
akhirnya istrinya yang harus banting tulang mencari nafkah. Jangan ditanya
tentang Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah
sama mereka. Urusan perut hari ini pun masih jadi bahan pertengkaran rumah
tangga.
Oleh karena itu, dengan
berwirausaha, saya sangat bercita-cita untuk membuka peluang
sebanyak-banyaknya. Terutama bagi kaum perempuan (istri dan ibu) memiliki
tambahan penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Resolusi Wirasusaha yang Gak Muluk-Muluk
Buat apa punya resolusi tapi gak
dikerjain? Ya itu mah sih saya ngomong sama diri sendiri sih. Buat apa nulis
banyak banget harapan, tapi ga ada yang dikerjain sama sekali.
Makanya resolusi wirausaha di
tahun ini saya bikin gak muluk-muluk.
Pertama. Gak usah nunggu modal banyak.
Kalau kita mau wirausaha pasti
deh yang dipikirin pertama kali adalah modal. Setelah pengalaman usaha kuliner
dan fashion hijab beberapa tahun lalu, saya berkesimpulan bahwa modal secara
materi atau uang bukanlah hal utama.
Dulu pernah saya mau bisnis
kuliner juga. Modal ada banyak di tangan. Eh tapi malah jadi bingung loh, kita
mau beli apa dan bagaimana memulai bisnisnya. Kita malah jadi pusing ketika
modal di tangan cukup banyak. Yang ada malah boros, barang yang seharusnya gak
perlu malah dibeli. Ujung-ujungnya gak terpakai dan mubadzir.
Modal bisa dicari dengan koneksi
atau kepercayaan dari orang lain. Banyak kok bisnis reseller dan dropshiper
yang sukses meraup banyak keuntungan. Dan saat ini pun saya sedang melakukan
hal demikian.
Berbekal modal kepercayaan dari
salah seorang teman, saya menjual pakaian rumahan bagi perempuan atau ibu di
rumah. Harga barang cukup kompetitif sehingga laris manis di pasaran. Beberapa
kali repeat order dan testimoni kalau pakaian yang saya jual itu berkualitas
dengan harga yang ramah kantong.
Apakah saya perlu modal banyak?
Jawabnya nggak, berbekal kepercayaan itu lah saya bisa melakukan penjualan.
Karena inti dari bisnis itu ya memang penjualan, ada barang yang terjual, dan
ada cash yang selalu berputar.
Sebagai bocoran saya jual apaan,
boleh deh save kontak Whatsapp 085887062489 namain aja kontaknya ‘Tetty Jualan’ nanti bakal tau deh apa
yang saya jual, mau jualan bareng juga boleh.
Hehehe sekalian promosi dong ah.
Kedua. Jangan Malu Mempromosikan Barang Dagangan Kita.
Kalau niat wirausaha sudah bulat,
urat malu emang harus segera diputusin deh. Masa giliran nawarin dagangan
malu-malu, giliran dapet untungnya senyum-senyum sendiri.
Saya sendiri udah merasa
gak perlu malu lagi sama yang namanya dagang selagi barang dagangan kita ini
baik dan menjadi solusi masalah bagi orang lain. Insya Alloh, kalau memang baik
dan jadi solusi barang kita akan laku di pasaran, tinggal pinter-pinternya kita
promosi.
Dulu ketika bisnis fashion hijab, saya sering buka lapak
dagangan di acara-acara kemuslimahan atau pun acara wirausaha. Tujuannya,
selain buat jualan, kita juga sekaligus melakukan branding dan promosi kepada orang lain.
Makanya waktu itu saya siapkan kartu nama supaya bisa dibagi-bagi ke peserta acara. Dan
alhamdulillah, ada yang nyantol
beberapa orang lah setelah acara itu selesai.
Dan kalau mau lebih serius lagi,
bukan hanya nyebar kartu nama aja sih. Kita juga harus berani jemput bola.
Bikin kartu pos dan melakukan penawaran kepada beberapa orang
misalnya?
Takut ditolak?
Ish, kan namanya wirausaha mah gitu, harus berani, gak boleh malu.
Kalau dibully woles aja. Kan kata
beberapa pakar wirausaha juga gitu. Kalau sekarang kita dibully, suatu saat kita butuh mereka buat nonton dan kasih tepuk
tangan saat kita sudah sukses, hehehe.
Ketiga. Gak Selalu Manis, Tapi Gak Usah Takut Berujung Pahit.
Guru saya dulu pernah bikin quotes di buku tahunan sekolah, “Manis
jangan langsung ditelan, pahit jangan langsung dimuntahkan” Saya kira ini relevan banget sama niat resolusi
wirausaha saya di tahun ini.
Berbekal pengalaman yang lalu pun
saya jadi belajar bahwa memang tahun-tahun pertama membangun bisnis memang
jatuh bangun dulu. Jangankan nyari untung, udah BEP alias balik modal pun udah
bagus. Kuncinya emang sabar, sabar, dan sabar. Kalau jatuh, bangun dan bangun
lagi.
Wah, udah panjang aja nih.
Itulah resolusi wirausaha saya di
tahun 2019. Dan saya merasa gak muluk-muluk untuk mencoba memulainya lagi.
Karena memang bisnis yang sukses adalah bisnis yang dijalankan. Dimulai dari
langkah kecil yang pertama. Bukan bisnis yang cuma jadi ide semata ya gaesss.
Dan jujur aja sih, dengan memulai
beriwirausaha begini, saya mencoba keluar dari zona nyaman yang katanya suatu
saat bisa melenakkan.
Yaps bener banget, zona nyaman
itu melenakkan sekali. Buktinya, ujian keuangan di 2018 kemarin membuat saya
mendapatkan pukulan telak. Bahwa selama ini saya hanya mengandalkan sesuatu
yang kurang pasti juga sebenernya, gak mau berusaha membangun dan mendidik diri
menjadi pribadi yang lebih tangguh dan lebih produktif.
Tahun ini, saya juga akan mulai
merintis bisnis kuliner seperti yang dulu pernah lakukan. Do’akan terlaksana
ya, dan semoga hasilnya pun sesuai dengan yang saya harapkan. “Kalau orang lain
bisa, kenapa harus saya?” Mwahaha itu mah #Nurhadi yaaks.
Maksudnya kalau orang lain bisa
sukses berwirausaha, kenapa saya gak bisa. Sabisa-bisa kudu bisa, Insya Alloh
Pasti Bisa. Amiinn.
Kalau kamu, tahun ini punya
resolusi apa? Apa punya niat berwirausaha juga? Kalau iya, mau wirausaha dibidang apa nih? Sharing yuk di kolom komentar.