Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.
Showing posts with label Resolusi. Show all posts

Resolusi Wirausaha (Gak Muluk-Muluk) di Tahun 2019



Tahun Baru. Kamu punya resolusi apa nih di tahun baru ini? Apa masih berusaha menunaikan beberapa resolusi tahun-tahun kemarin?

Kalau iya, tenang, kamu gak sendirian. Saya sendiri gak punya resolusi khusus di tahun ini. Karena toh banyak resolusi yang tertunda karena banyak hal. Makanya, tahun ini, kalau bisa ada sebuah satu resolusi, gak perlu banyak, yang penting bisa dijalani.

Salah satunya adalah resolusi berwirausaha (kembali).

Yaps, dulu, di tahun 2012-2013 saya sempat berwirausaha pakaian muslimah, yaitu hijab. Awalnya saya ragu, coba-coba dan akhirnya jualan saya ternyata laris manis, banyak yang suka dengan produknya. Sebenernya sih, sebelum bisnis hijab, saya dan suami juga berjualan jus buah dan burger di salah satu kantin perguruan tinggi negeri di Bandung. Namun, karena satu dan lain hal. Kami harus melepaskan bisnis tersebut, tapi alhamdulillah-nya bisnis itu gak berhenti begitu saja. Masih ada Bibi yang melanjutkannya hingga sekarang.

Setelah bisnis kuliner itu diteruskan oleh saudara saya sendiri, kemudian saya beralih ke bisnis fashion, yaitu hijab. Lebih tepatnya menjual pashmina dengan ukuran yang lebih lebar dari biasanya. Karena pada saat itu, di tahun 2012, bisnis hijab sedang meroket sekali. Desainer seperti Dian Pelangi, Ria Miranda, benar-benar sedang naik daun. Semua produknya laris manis di pasaran.

Ternyata, lahirnya tren hijab muslimah yang modern, membawa dampak yang cukup positif untuk iklim wirausaha. Apalagi waktu itu saya masih tinggal di Bandung yang terkenal sebagai kota yang kreatif, apalagi untuk berbisnis.

Waktu itu, saya sama sekali tidak kesulitan memperoleh bahan baku maupun konveksi untuk memproses produk hijab saya. Di Bandung memang sangat terasa sekali semangat untuk berwirausaha, beda ketika saya tinggal di kawasan Jabodetabek seperti sekarang, karena mayoritas penduduknya (terutama di lingkungan saya) bekerja sebagai karyawan di perusahaan atau negara.

Kembali ke proses wirausaha waktu itu ya.


Sebenernya, sudah lama saya ingin kembali memulai kembali wirausaha yang sudah tertunda 6 tahun lamanya itu, hoho lama juga ternyata. Karena banyak kendala seperti hamil dan melahirkan, dan juga sulitnya menemukan bahan baku di sini, keinginan saya itu terus-terusan pending. Maka dari itu, saya bertekad di tahun 2019 saya ingin kembali merintis usaha saya sendiri.

Ujian Keuangan di 2018




Satu lagi sih sesungguhnya alasan saya ingin berwirausaha, yaitu agar tidak collaps ketika keuangan sedang menurun. Karena saya hanya mengandalkan pemasukan dari suami, maka ketika pendapatan suami terganggu, maka terganggu pula lah kondisi keuangan keluarga.

Di tahun 2018 kemarin, kondisi keuangan keluarga saya mengalami ujian ke titik terendah yang sempat membuat kami mengelus dada dan berdo’a agar segera diberikan jalan keluar. Alhamdulillah, di penghujung tahun 2018 semua sudah berangsur normal dan kembali kepada sedia kala.

Nah, ujian keuangan seperti itu sangat ingin saya hindari di tahun-tahun mendatang. Gak enak kan kalau kondisi keuangan gak stabil? Rasanya bingung dan galau, bagaimana caranya memenuhi kebutuhan sehari-hari dan beberapa keperluan lainnya yang tidak bisa ditunda pemenuhannya.


Syukur-syukur kita masih punya harta yang bisa dijual atau digadaikan, kalau nggak, bagaimana? Haruskah kita berhutang sana-sini? Apalagi hutang yang mengandung riba. Yang ada bukan tambah tenang, tapi hati tambah gelisah dan pikiran pun pasti gak akan tenang.

Membantu Sesama



Yesss. Menurut saya, berwirausaha akan membuka peluang untuk membantu sesama, minimal tetangga atau saudara dekat yang memang sedang kesulitan secara finansial.

Bukannya sok-sok jadi pahlawan atau merasa berlebihan yah. Saya selalu berfikir, bahwa berwirausaha bisa menjadi ladang amal dan pahala untuk membantu orang terdekat kita menuju kesejahteraan finansial.

Karena apa? Karena kesejahteraan finansial itu sangat penting. Ekonomi rumah tangga yang bergejolak, sangat mungkin memicu terjadinya KDRT, pengabaian terhadap anak, bahkan memicu terjadinya kriminalitas.

Saya gak muluk deh beneran. Di lingkungan tempat tinggal saya demikian. Banyak para suami yang tidak bekerja, akhirnya istrinya yang harus banting tulang mencari nafkah. Jangan ditanya tentang Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah sama mereka. Urusan perut hari ini pun masih jadi bahan pertengkaran rumah tangga.

Oleh karena itu, dengan berwirausaha, saya sangat bercita-cita untuk membuka peluang sebanyak-banyaknya. Terutama bagi kaum perempuan (istri dan ibu) memiliki tambahan penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Resolusi Wirasusaha yang Gak Muluk-Muluk

Buat apa punya resolusi tapi gak dikerjain? Ya itu mah sih saya ngomong sama diri sendiri sih. Buat apa nulis banyak banget harapan, tapi ga ada yang dikerjain sama sekali.
Makanya resolusi wirausaha di tahun ini saya bikin gak muluk-muluk.

Pertama. Gak usah nunggu modal banyak.


Kalau kita mau wirausaha pasti deh yang dipikirin pertama kali adalah modal. Setelah pengalaman usaha kuliner dan fashion hijab beberapa tahun lalu, saya berkesimpulan bahwa modal secara materi atau uang bukanlah hal utama.

Dulu pernah saya mau bisnis kuliner juga. Modal ada banyak di tangan. Eh tapi malah jadi bingung loh, kita mau beli apa dan bagaimana memulai bisnisnya. Kita malah jadi pusing ketika modal di tangan cukup banyak. Yang ada malah boros, barang yang seharusnya gak perlu malah dibeli. Ujung-ujungnya gak terpakai dan mubadzir.

Modal bisa dicari dengan koneksi atau kepercayaan dari orang lain. Banyak kok bisnis reseller dan dropshiper yang sukses meraup banyak keuntungan. Dan saat ini pun saya sedang melakukan hal demikian.

Berbekal modal kepercayaan dari salah seorang teman, saya menjual pakaian rumahan bagi perempuan atau ibu di rumah. Harga barang cukup kompetitif sehingga laris manis di pasaran. Beberapa kali repeat order dan testimoni kalau pakaian yang saya jual itu berkualitas dengan harga yang ramah kantong.


Apakah saya perlu modal banyak? Jawabnya nggak, berbekal kepercayaan itu lah saya bisa melakukan penjualan. Karena inti dari bisnis itu ya memang penjualan, ada barang yang terjual, dan ada cash yang selalu berputar.

Sebagai bocoran saya jual apaan, boleh deh save kontak Whatsapp 085887062489 namain aja kontaknya ‘Tetty Jualan’ nanti bakal tau deh apa yang saya jual, mau jualan bareng juga boleh.

Hehehe sekalian promosi dong ah.

Kedua. Jangan Malu Mempromosikan Barang Dagangan Kita.



Kalau niat wirausaha sudah bulat, urat malu emang harus segera diputusin deh. Masa giliran nawarin dagangan malu-malu, giliran dapet untungnya senyum-senyum sendiri.

Saya sendiri udah merasa gak perlu malu lagi sama yang namanya dagang selagi barang dagangan kita ini baik dan menjadi solusi masalah bagi orang lain. Insya Alloh, kalau memang baik dan jadi solusi barang kita akan laku di pasaran, tinggal pinter-pinternya kita promosi.

Dulu ketika bisnis fashion hijab, saya sering buka lapak dagangan di acara-acara kemuslimahan atau pun acara wirausaha. Tujuannya, selain buat jualan, kita juga sekaligus melakukan branding dan promosi kepada orang lain.

Makanya waktu itu saya siapkan kartu nama supaya bisa dibagi-bagi ke peserta acara. Dan alhamdulillah, ada yang nyantol beberapa orang lah setelah acara itu selesai.


Dan kalau mau lebih serius lagi, bukan hanya nyebar kartu nama aja sih. Kita juga harus berani jemput bola. Bikin kartu pos dan melakukan penawaran kepada beberapa orang misalnya?

Takut ditolak?

Ish, kan namanya wirausaha mah gitu, harus berani, gak boleh malu. Kalau dibully woles aja. Kan kata beberapa pakar wirausaha juga gitu. Kalau sekarang kita dibully, suatu saat kita butuh mereka buat nonton dan kasih tepuk tangan saat kita sudah sukses, hehehe.

Ketiga. Gak Selalu Manis, Tapi Gak Usah Takut Berujung Pahit.



Guru saya dulu pernah bikin quotes di buku tahunan sekolah, “Manis jangan langsung ditelan, pahit jangan langsung dimuntahkan” Saya kira ini relevan banget sama niat resolusi wirausaha saya di tahun ini.

Berbekal pengalaman yang lalu pun saya jadi belajar bahwa memang tahun-tahun pertama membangun bisnis memang jatuh bangun dulu. Jangankan nyari untung, udah BEP alias balik modal pun udah bagus. Kuncinya emang sabar, sabar, dan sabar. Kalau jatuh, bangun dan bangun lagi.

Wah, udah panjang aja nih.

Itulah resolusi wirausaha saya di tahun 2019. Dan saya merasa gak muluk-muluk untuk mencoba memulainya lagi. Karena memang bisnis yang sukses adalah bisnis yang dijalankan. Dimulai dari langkah kecil yang pertama. Bukan bisnis yang cuma jadi ide semata ya gaesss.



Dan jujur aja sih, dengan memulai beriwirausaha begini, saya mencoba keluar dari zona nyaman yang katanya suatu saat bisa melenakkan.

Yaps bener banget, zona nyaman itu melenakkan sekali. Buktinya, ujian keuangan di 2018 kemarin membuat saya mendapatkan pukulan telak. Bahwa selama ini saya hanya mengandalkan sesuatu yang kurang pasti juga sebenernya, gak mau berusaha membangun dan mendidik diri menjadi pribadi yang lebih tangguh dan lebih produktif.




Tahun ini, saya juga akan mulai merintis bisnis kuliner seperti yang dulu pernah lakukan. Do’akan terlaksana ya, dan semoga hasilnya pun sesuai dengan yang saya harapkan. “Kalau orang lain bisa, kenapa harus saya?” Mwahaha itu mah #Nurhadi yaaks.

Maksudnya kalau orang lain bisa sukses berwirausaha, kenapa saya gak bisa. Sabisa-bisa kudu bisa, Insya Alloh Pasti Bisa. Amiinn.

Kalau kamu, tahun ini punya resolusi apa? Apa punya niat berwirausaha juga? Kalau iya, mau wirausaha dibidang apa nih? Sharing yuk di kolom komentar.


Resolusi Keuangan 2018 #SemangatMenabung



Baca-baca postingan Teh Icha Annisast.com yang kemarenan bahas tentang resolusi menabung di tahun ini sebenernya gak jauh beda sama diriku.

Udah lama mau nulis cuman kepending lagi sama yang lain, dan akhirnya mau nulis karena tadi abis dari tukang sayur.


Lah apaaa hubungannyaaa.


Ada dong hubungannya. Hubungannya adalah sekarang tanggal tua, hahahah. Biasanya beli makan sekarang karena pengiritan, yaudah beli ke tukang sayur aja. Masak sendiri.

Padahal tadi di motor Kifah bilang:

"Yaelah Ummi pake ke tukang sayur segala, beli aja nasi padang." Katanye santei.

KALO LAGI GAK TANGGAL TUA SIH GAK APA KIFAH. 

Tapi ini kan, ini kan.

Gajiannya seminggu lagiiiihhh.

***

Sebenernya ngatur-ngatur uang disaat lagi cekak itu emang menantang gimana gitu ya. Dan sebelnya kalau lagi uang menipis itu justru barang kebutuhan di rumah malah pas lagi abis semua.

Napa bisa gitu ya? Bisa barengan abisnya? #KUSTRESSS

Dan yang paling sebel kalau diapers juga ikutan abis, padahal belum bulan baru buat borong diapers bulanan. Dan biasanya saya ke warung sih ngakalin ini, buat beli diapers sachet.


DAN TADI WARUNGNYA TUTUP. 

Melipir lah ke mini market nyari diskonan. Untung ada yang lagi diskon harganya, lumayan deh buat nyambung sampe akhir bulan yang tinggal seminggu ini, yesss alhamdulillah.

Back to tukang sayur.

Iya aku ke tukang sayur dan beli sayuran dan juga telor sebagai sumber protein. Tadinya mau beli tempe, tapi udah lah ah irit, dan gak usah double protein, dan beli lah kerupuk, supaya ada rada gurih-gurih gimana gitu entar pas makan.

*ngemil micin*


Dan emang sebenernya pengiritan ini dilakukan bukan karena tanggal tua juga sih. Aku emang punya resolusi irit di tahun 2018 ini biar bisa rajin nabung.

Hmmm, iya tahun lalu dan tahun-tahun lalu berasanya super boros. Kadang kalau lagi ada uang yang nominalnya lumayan, malah dipake jajan gak karuan. Tau-tau uang habissss lenyap tak bersisa, gak ada bekasnya. Hiks.

Makanya tahun ini kuharus rajin menabung, supaya bisa punya simpanan, dana darurat, dan bisa beli sesuatu yang dipengenin banget, dan tentunya buat sekolah Kifah dan Aldebaran.

Karena menabung jadi prioritas mulai bulan ini, ada beberapa cara yang aku pakai buat nabung.


1. Beli logam mulia

Yessss, kalau ada uang cash di rumah atau di rekening, bawaanya pengen belanjaaaa mulu. Gak tahan godaan sih anaknya. Gak belanja ke luar, belanja online. Atau belanja ke temen, yah sama aja jadinya, uang abis.

Pengennya punya sebanyak ini
Makanya, walau emang agak gimana, yang paling bener emang uangnya dipake buat beli emas atau logam mulia, seenggaknya gak akan keliatan berbentuk uang, gak pengen belanja, dan berasa gak punya uang karena cash cuman seadanya aja.

Sejauh ini, menabung dengan LM agak lumayan menekan pengeluaran yang gak penting. Dan bisa nahan diri dari segala macam godaan yang menyesatkan.

2. Siapkan Rekening Khusus Tabungan

Alhamdulillahnya sih udah ada rekening kosong satu nih, yang bisa dipake kayaknya buat nabung. Walau memang kadang tetep aja tergoda buat ngegesrek di atm kalau ada uang nganggur begini hahaha.

Tapi mending lah, gak kalap banget buat belanja, karena ini khusus rekening tabungan dan buat dana darurat aja.


3. Manfaatkan Voucher Belanja

Kadang ini bisa jadi andalan juga pas tanggal tua dan butuh penyambung dana. Dari pada ngambil tabungan, mending pake voucher kan ya.

Dan kemaren alhamdulillah banget aku dapet doorprize kontes IG dari AIR ASIA, jadi dapet BIG POINTS sebanyak 6.500+500 dari acara FWD yang katanya bisa dituker sama tiket pesawat. Dan emang pas bhettt, tahun ini aku punya rencana buat pergi ke salah dua negara ASEAN, mudah-mudahan bayar tiketnya bisa pakai BIG POINTS ini aja.

Gak sia-sia kan jadinya udah bikin paspor capek-capek.

Baca: Pengalaman Membuat Paspor di Kantor Imigrasi Bogor

4. Rajin Masak

Sebenernya masak itu bisa irit bisa nggak juga sih, kadang kalau udah masak banyak trus gak dimakan, ya itu jadi mubadzir dan boros. 

Kecuali kalau beli ayam trus diungkep atau makanan cepat saji yang makannya bisa diirit-irit. Sayurnya cukup kangkung atau sawi seiket aja sekali masak, gak usah banyak-banyak.

5. Cari Penghasilan Lain

Ngeblog udah jadi penghasilan tambahan sih alhamdulillah sekali. Tapi kalau mau lebih bisa saving, mungkin aku butuh untuk berwirausaha, dagang apa kek gitu.

Liat emak-emak OL Shop pamer saldo rekening kok kayakya bikin ngiri yaa. 

Dan memang salah satu impian tahun ini mau bikin usaha lagi kek dulu, mudah-mudahan bisa terealisasi.

*sambil mikir bisnis yang cocok buatku apaan ya, ada ide?


***

Mikirin keuangan emang pusing-pusing gimana gitu ya, makanya sekarang mau insaf dulu deh dari perilaku boros tahun-tahun kemarin. Soalnya suka nyesel banget kalau inget.


"Yaa ampun, uang segitu, kalau dikumpulin kan bisa buat beli ini, beli itu, yang lebih berfaedah."

Hmmm, menyesal kemudian tiada berguna, Kisanak.


Yaudah, gitu aja. Kalau kamu punya resolusi keuangan apa aja nih tahun ini? Mau investasi, asuransi, beli properti, atau apa? Ceritain dong.