Pernah mendengar istilah alergi?
Yaitu orang yang tiba-tiba gatal, bengkak mata dan bibirnya setelah makan atau mengkonsumsi makanan/minuman tertentu. Atau, Mama sendiri salah satu ‘penderita’ alergi? Mudah gatal, bengkak, biduran, diare, bahkan sesak nafas ketika ‘salah makan’?
Yaitu orang yang tiba-tiba gatal, bengkak mata dan bibirnya setelah makan atau mengkonsumsi makanan/minuman tertentu. Atau, Mama sendiri salah satu ‘penderita’ alergi? Mudah gatal, bengkak, biduran, diare, bahkan sesak nafas ketika ‘salah makan’?
Maka dari itu, Alergi adalah keadaan dimana respon tubuh
menjadi tidak normal terhadap bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh.
Bahan atau zat tidak berbahaya tersebut direspon berlebihan oleh tubuh menjadi
gatal, ruam, bengkak, sesak nafas, diare, dll. Oleh karena itu, alergi ini erat
kaitannya dengan sistem imunitas tubuh seseorang.
Kalau iya, kapan seseorang dikatakan alergi?
Apakah saat gatal atau bengkak setelah makan seafood? Atau ketika
masuk ke rumah dan kedinginan di malam hari?
Menurut Prof. Dr.dr.Budi Setiabudiawan, Sp. A (K) M. Kes Kita
tidak bisa asal menduga ketika seorang anak menderita alergi. Misalkan kita mengira
anak alergi terhadap udang, telur, udara dingin, dll, dan kita banyak sekali
melarang anak mengkonsumsi makanan yang dikira sebagai pencetus alergi sehingga
anak menjadi kesulitan makan makanan tertentu.
Alergi memang perlu observasi lebih lanjut, untuk mengetahui
zat atau bahan apa yang menjadi “biang keladi” pemicu alergi tersebut.
Pernah suatu hari dr. Budi mendapatkan pasien anak yang
menderita alergi. Orang tuanya mengatakan bahwa anak tersebut menderita alergi
terhadap makanan tertentu, namun setelah diobservasi, ternyata biang kerok
pencetus alergi pada anak tersebut bukanlah makanan melainkan tungau yang
terdapat pada kasur, karpet, bantal, guling, dan perabotan rumah yang rentan
dihinggapi oleh tungau.
WHO sendiri mencatat kasus alergi sekitar 30%-40% terhadap
penduduk dunia, 35 juta penduduk dunia dinyatakan alergi terhadap makanan.
Sedangkan di Indonesia sendiri tercatat 7,5% anak Indonesia alergi terhadap
susu sapi. RSCM pun mencatat bahwa 23,8 % anak Indonesia alergi terhadap susu
sapi dan 31% alergi terhadap telur.
Dan anak Saya pun termasuk dalam 7,5 % anak Indonesia yang
alergi terhadap protein susu sapi *SO SAD*
Cerita tentang anak pertama Saya Kifah yang terkena alergi
susu sapi sejak bayi hingga saat ini Kifah mengidap asma, sudah saya tulis di
sini secara detail dan lengkap di tulisan ini.
Apa saja faktor yang
menyebabkan anak beresiko terkena alergi?
1.Keturunan
Riwayat keluarga yang memiliki alergi tentunya akan
meningkatkan resiko seorang anak menderita alergi. Keluarga yang utama pembawa
alergi yang peru “diwaspadai” adalah ayah, ibu, dan saudara kandung.
Jika orang tua (ayah dan ibu) keduanya memiliki riwayat
alergi, maka kemungkinan anaknya menderita alergi sekitar 60%-80%.
Jika salah satu orang tua (ayah atau ibu) memiliki riwayat
alergi, maka kemungkinan anaknya menderita alergi adalah 20%-40%.
Jika saudara kandung memiliki riwayat alergi, maka
kemungkinan anak menderita alergi adalah 25%-30%.
Jika orang tua tidak memiliki riwayat alergi, maka
kemungkinan anak menderita alergi adalah 5%-15%. Kakek dan nenek tidak termasuk
keluarga yang menurunkan resiko alergi, hanya ayah, ibu dan saudara kandung
saja ya.
Dan, sedihnya Saya,
Kifah masuk ke dalam faktor resiko 5%-15% yaitu orang tua tidak memiliki
riwayat alergi, tapi ternyata Kifah malah terkena alergi protein susu sapi.
2.Melahirkan dengan
Cesar
Nah ini adalah fakta yang baru Saya dapatkan dari dr.Budi di
acara Blogger dan Media Gathering dengan SGM Eksplor Advance+ Soya kemasan baru,
Rabu, 28 Agustus 2019 kemarin.
Ternyata, anak yang dilahirkan secara Cesar pun sangat
beresiko terhadap alergi. Salah satu penyebabnya adalah tertundanya
perkembangan bakteri baik di dalam usus dan terjadinya perubahan sistem imun si
kecil ketika lahir.
Maka dari itu, dr. Budi menyarankan, jika tidak ada hal
darurat yang menyebabkan seorang Ibu harus melahirkan secara Cesar, melahirkan
normal atau pervaginam lebih disarankan. Karena melahirkan melalui operasi
Cesar akan meningkatkan resiko alergi pada anak.
Apa Saja Gejala
Alergi yang Bisa Diamati?
Nah, salah satu cara untuk mengetahui anak alergi adalah
dengan mengamati gejalanya. Biasanya seperti ruam merah, gatal, bengkak pada
mata atau bibir, asma, diare, dll.
Ketika Kifah bayi, ada satu titik merah seperti gigitan
nyamuk di pipinya, Saya kira itu hanya digigit nyamuk biasa, tapi itu merupakan
gejala alergi.
Alergi sendiri tidak disertai dengan demam, dan biasanya
gejala alergi akan timbul ketika malam hari.
Apa Saja Dampak Alergi
terhadap Anak?
1.Gangguan Kesehatan
Anak yang menderita alergi tentunya mudah sekali terkena
gangguan kesehatan. Anak saya sendiri, Kifah, seringkali menderita Asma dan
dermatitis pada kulitnya.
2.Gangguan tumbuh
kembang
Ini yang paling Saya khawatirkan, gangguan tumbuh kembang
terhadap anak. Anak alergi beresiko mengalami gangguan tumbuh kembang.
3.Ekonomi
Mahalnya biaya pengobatan, keluar masuk rumah sakit,
tentunya membutuhkan biaya yang tidak murah. Maka dari itu, anak alergi juga
bisa menjadi salah satu faktor yang membuat keuangan keluarga menjadi tidak
stabil/banyak pengeluaran pada pos kesehatan, karena mahalnya biaya pengobatan
itu sendiri.
4.Psikologis
Ternyata, anak alergi juga bisa stres lho, Ma. Termasuk
orang tuanya. Ya Saya sendiri mengakui cukup stres menghadapi anak yang alergi,
dan berusaha menguatkan mental selalu.
Alergi juga bisa menyebabkan anak minder dalam pergaulan,
karena mungkin merasa “berbeda” Saya sendiri sedang mengalaminya sekarang ini,
Kifah sempat beberapa kali mendapatkan perundungan di sekolah dan semangat
belajarnya pun menurun.
Bagaimana Mencegah
Alergi pada Anak?
1.Pada masa kehamilan
Menurut dr.Budi. ini sangat penting. Di masa kehamilan,
JANGAN PERNAH MELAKUKAN PANTANGAN TERHADAP MAKANAN TERTENTU.
Banyak sekali mitos ketika perempuan sedang hamil yang erat
kaitannya dengan makanan, apalagi orang tua atau mertua yang masih menganggap
saat hamil itu tidak boleh makan ini makan itu takut bayinya akan begini atau
begitu.
Hal ini justru sangat salah. Saat hamil, makanlah semua
varian makanan yang baik dan halal tentunya. Bahkan zat atau bahan yang bisa
memicu alergi seperti seafood, susu sapi, harus dikonsumsi pada masa kehamilan.
2.Sesudah melahirkan
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI tentunya mencegah
anak beresiko terkena alergi. Namun, jika memang ketika pemberian ASI pun anak
tetap mengalami alergi, maka Ibu harus berhenti mengkonsumi makanan yang bisa
membuat bayi alergi.
Sama seperti ketika masa kehamilan, pada saat memberikan
MPASI bayi di atas 6 bulan. JANGAN MEMBERIKAN PANTANGAN MAKANAN kepada bayi.
Berikan bayi varian makanan seperti udang, seafood, daging, ikan, telur, dan
semua makanan yang mungkin saja bisa menjadi pencetus alergi. Kenalkan makanan
tersebut sedini mungkin.
Bagaimana Memberikan
Nutrisi yang Tepat Bagi Anak yang Menderita Alergi?
Jika anak Kita positif menderita alergi protein susu sapi
dan produk turunan susu sapi seperti keju misalnya, hal yang pasti Kita
pikirkan sebagai Ibu, bagaimana cara memberikan nutrisi yang tepat dan baik
bagi anak?
Padahal susu adalah salah satu sumber protein, kalsium, yang
berguna untuk tumbuh kembang anak.
Menurut dr.Budi, bagi anak yang alergi protein susu sapi,
boleh mengkonsumsi atau mengganti asupan
susunya menggunakan susu formula hipoalergenik atau susu soya.
Pada acara Media dan Blogger Gathering bersama SGM Eksplor
kemarin, SGM Eksplor dari Sarihusada, meluncurkan Susu SGM Eksplor Advance+Soya kemasan baru dengan 5 Kebaikan Complinutri Soy+ yang dipersembahkan bagi
anak yang tidak cocok mengkonsumsi susu sapi.
Apa saja 5 Kebaikan
SGM Eksplor Advance+ Soya?
1.) 100% Isolat protein
soya berkualitas.
2.)Mengandung Minyak Ikan dan Omega 3 & 6
3.)Bebas Laktosa
4.)Sumber Serat
Bersama Prof.Dr.dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A (K) M.Kes
sebagai dokter spesialis anak dan ahli imunologi, hadir pula Prof.Dr.dr. Rini
Sekartini, SpA (K) seorang Konsultan Tumbuh Kembang Anak.
![]() |
Dokter Rini (kiri) |
Beliau menjelaskan bahwa anak dengan alergi susu sapi tetap
memiliki kesempatan tumbuh bekembang sama dengan anak yang lainnya. Mereka
tetap bisa mendapatkan kebaikan protein dan nutrisi lainnya dari makanan dan
juga susu soya.
Menurut hasil penelitian di tahun 2012, susu soya terbukti
aman untuk dikonsumsi anak dan tidak berbeda dengan susu sapi. Anak tetap bisa
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya.
Sama seperti kasus Saya, Natasha Rizky juga memiliki anak
yang alergi protein susu sapi. Awalnya ia dan suami merasa sangat khawatir
terhadap tumbuh kembang anak keduanya tersebut. Hingga akhirnya mengetahui
adanya solusi alternatif untuk memenuhi protein dan nutrisi lainnya melalui
pemberian susu formula soya untuk mendukung tumbuh dan kembang buah hatinya.
![]() |
Natasha Rizky sharing mengenai anak keduanya yang alergi terhadap protein susu sapi |
Natasha Rizky juga memberikan tips bagi para ibu yang
memiliki anak dengan alergi susu sapi, yaitu:
1.Mintalah suami dan keluarga untuk selalu mendukung kita
dalam menjaga dan merawat anak yang alergi terhadap protein susu sapi.
2.Berikan edukasi terhadap keluarga, saudara, ataupun
kerabat yang memang belum mengerti terhadap kasus anak yang alergi terhadap
protein susu sapi.
3.Sebisa mungkin cuek terhadap orang yang memang nyinyir
terhadap Kita dan kondisi anak Kita, karena mereka gak pernah tau kondisi Kita
yang sebenarnya.
Bicara soal edukasi, SGM Eksplor pun memberikan edukasi
terhadap masyarakat melalui kampanye digital #BundaTanggaAlergi dengan 3K,
yaitu Kenali, Konsultasikan, Kendalikan. Juga melalui alergianak.com.
Edukasi tersebut, hingga saat ini berhasil mengedukasi 100
juta Bunda di Indonesia dan SGM berkomitmen untuk mendukung Bunda Indonesia
memberikan yang terbaik bagi si kecil.
***
Sampai di sini, apakah
Mama semua sudah faham, apa dan bagaimana mengatasi masalah alergi protesin susu sapi pada anak?
Intinya, memiliki anak alergi memang sebuah ujian dan
tantangan untuk Kita ya, Ma. Tapi jangan sampai patah semangat, karena di era
digital dan terbukanya akses informasi seperti sekarang ini, Kita bisa
banyaakkk sekali mendapatkan pengetahuan mengenai alergi anak dan solusinya.
Informasi seputar anak alergi bisa kita akses melalui
alergianak.com juga melalui #BundaTanggapAlergi dan #SoyaDukungGenerasiMaju di
media sosial.
Ada yang punya pengalaman dengan anak alergi protein susu
sapi juga? Sharing yuk di kolom komentar :D