Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.
Showing posts with label laderma. Show all posts

Tahapan Perkembangan Anak Usia 1-6 Tahun: Mengubah Cara Pandang Tentang Anak 'Nakal'


Assalamu'alaikum, temen-temen pembaca blogku yang setia. 

Apa kabarnya hari ini? Apa kabar cucian, setrikaan, cucian piring, masakan, dan sobat dapur lainnya? Hahahaha.

Hayo hayo, udah selesai semua belum pekerjaan rumahnya? Kalau saya alhamdulillah dari semalem udah beres, jadi pagi-pagi gak banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Paling tinggal ke tukang sayur, ngejemur pakaian, ngasih makan kelinci, masak makanan (yang sudah food/meal prep).

aldebaran ikut kasih makan kelinci

Jadi, yaaa, alhamdulillah lebih ringan pekerjaan saya di pagi-sore hari, karena sudah dikerjakan tadi malam, sebelum tidur.

Tahukah Emak-emak semua? Salah satu asyiknya pekerjaan yang sudah beres dikerjakan di malam hari, membuat pagi kita lebih good mood. Gak ada tumpukan cucian baju atau pun piring. Rumah bersih gak bikin bete. Aktivitas bisa dimulai lebih ceria kan jadinya.

Nah, karena saya sudah mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari. Saya jadi punya waktu lebih banyak bersama anak-anak.

Selain itu, saya juga punya waktu untuk membaca dan menulis blog. Tapi memang tetep ya, ngurus anak jadi yang utama, karena saya masih punya bayi 9 bulan dan balita berusia 3 tahun.

Waini pasti udah ketebak banget, kalau mereka ini sedang dalam periode emas pertumbuhan. Tapiiii, masih banyak orang tua yang salah menyikapi ketika anak-anak sedang bertumbuh dan berkembang.

main bedak sampe cemong 😂

Ada yang bilang anaknya nakal lah, gak bisa diem lah, terlalu aktif lah, dan labeling negatif lainnya. Padahal pada hakikatnya tidak seperti itu lho.

Nah, kali ini saya mau sharing sedikit tentang anak aktif dan proses tumbuh kembang yang sedang ia alami, terutama pada usia Aldebaran (3 tahun) yang memang selalu keliatan gak bisa diam itu.

Anak yang tidak bisa diam itu pada hakikatnya sedang belajar.

Seperti yang saya sebut di atas, bahwa masih banyak orang tua yang menganggap anak gak bisa diam, atau aktif itu adalah anak yang nakal, negatif, gak nurut, dan lain sebagainya. 

Padahal, itu semua totally wrong. Sesungguhnya, anak sedang belajar sesuai dengan tahapan usianya.

Tahapan Autonomy vs Doubt (Mandiri atau ragu).

Tahapan mandiri atau ragu dalam teori psikologi pendidikan Erikson dimulai saat usia 1-2 tahun. Dimana inilah masa-masa anak sudah tidak bisa diam, dan ingin melakukan atau mencoba banyak hal.

Menurut Erikson, tahapan ini adalah tahapan selanjutnya setelah masa infant/bayi (nanti saya bahas terpisah ya soal tahapan ini).  

Pada tahapan ini, anak mulai untuk melakukan self control dan self confidence. Anak usia 1-2 tahun, akan mulai melakukan hal-hal secara "mandiri" misalkan pengen nyuap makanannya sendiri, minum susunya sendiri, pokoknya melakukan banyak hal tanpa intervensi dari orang tuanya.

Dalam masa ini, apa yang harus orang tua lakukan?

Yang harus dilakukan oleh orang tua adalah protective tapi tidak over protective.

Erikson percaya bahwa ketika anak terlalu banyak ragu karena orang tua terlalu over protective, maka di masa depan dia akan menjadi anak yang kurang memiliki rasa percaya diri.



Masa depan ini gak usah jauh-jauh dia udah kuliah, kerja, atau punya anak ya, hehehe.

Efek dari banyaknya sifat ragu dalam dirinya akan tampak pada tahapan perkembangan yang selanjutnya. Seperti saat nanti belajar makan sendiri, pakai baju sendiri, ke toilet sendiri.

Jika anak kurang percaya diri, maka ia akan kesulitan dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan self care atau tanggung jawab terhadap diri sendiri.

Bagaimana peranan orang tua di tahap ini?

Dalam tahap ini, peran Ibu dan ayah menjadi penting. Berbeda dengan tahapan usia 0-1 tahun yang didominasi oleh peran ibu. Ditahapan ini peran ayah mulai muncul.

Bagi anak usia 1-2 tahun, anak melihat dua peran, yaitu ayah dan ibu. Ayah biasanya lebih suka mengajak anak untuk bermain secara fisik, sedangkan ibu lebih ke arah permainan tradisional seperti peek-a-boo, dan merawat anak-anak dengan penuh kasih sayang.

Menurut Lamb (1979) perbedaan peran pengasuhan ayah dan ibu ini akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan identitas gender anak. 

Karena kita semua belajar bagaimana menjadi perempuan atau laki-laki dengan melihat kedua orang tua di hari-hari pertama kehidupan kita.


Tahapan Preschool or Kindergarten: Initiative

inisiatif pengen ngasih makan kelinci, walau setelahnya, ya begitulaahh 😂

Menurut Teori Psikologi Erikson, inisiatif berarti kemauan untuk mengambil alih, merencanakan, dan melakukan tugas tertentu hingga akhirnya menjadi sebuah aktivitas. 

Periode inisiatif ini berlangsung sejak usia 2 tahun hingga 6 tahun, dimana anak-anak mulai merasakan tenaga untuk "bertumbuh".

Pada usia ini, biasanya anak akan banyak melakukan insiatif, misalnya kalau ayah atau ibunya lagi ngerjain sesuatu, tiba-tiba ia ikut "nimbrung".

Pada tahap ini biasanya anak akan mencoba mencari "konfirmasi" kepada orang tuanya, apakah boleh atau tidak melakukan sesuatu. 

Jika inisiatifnya diterima, maka anak akan menemukan rasa penerimaan dan penghargaan dari orang tuanya, dan ia pun akan belajar bertanggung jawab. Namun sebaliknya, jika orang tua lebih sering menolak inisiatif anak, maka anak akan menjadi orang yang merasa "selalu salah" di mata orang lain.

Jujur setelah baca ini saya langsung berkaca-kaca dan beristigfar juga, jangan-jangan saya selama ini salah, melihat mereka bukan sedang berkembang tapi memang "aktif" aja. Tapi ternyata semua ada teorinya.

Maaf ya, Nak. Kalau selama ini Ummi kurang ilmu.

Maka dari itu, semenjak mulai baca buku-buku mengenai psikologi pendidikan, teori belajar lagi, saya pun mulai mengubah mind set saya pelan-pelan.

Ketika Aldebaran main sesuatu yang belum pernah dia mainkan sebelumnya, berarti rasa ingin tahu dan inisiatifnya sedang muncul. Jadi jangan kebawa essmosii dulu, tarik nafas dan biarkan dia belajar.

*Sambil dievaluasi, besok-besok mending dia nyari inisiatif sendiri atau kita fasilitasi inisiatifnya itu.

Menjadi orang tua yang protektif.

Seperti yang dikatakan oleh Erikson, protektif boleh, over protektif jangan.

Aldebaran dan berikutnya Aksara, sedang jadi little explorer di rumah. Setiap sudut rumah mereka amati, setiap kejadian mereka amati, dan rasa ingin tau dan inisiatif mereka pun terus menggebu pastinya. 

Bagi saya, sebagai orang tua yang mudah-mudahan mind setnya udah berubah perlahan ini, hal ini justru positif. 

"Berarti anak saya memang tumbuh sesuai dengan perkembangannya"


Pada akhirnya, saya jadi belajar,

 "Oh jadi begini toh seharusnya"

Sekarang, kalau Aldebaran main dan bereksplorasi akan saya biarkan tapi tetap dalam pengawasan. Kalau tiba-tiba jatoh, atau ada insiden, ya sediakan aja obatnya.

Biasanya saya menyimpan obat demam, antiseptic, obat diare, jaga-jaga kalau mereka jatuh atau kecelakaan saat main. 


***

Alhamdulillah bisa ketemu buku zaman kuliah lagi, dan ternyata ilmunya relevan banget dengan apa yang hadapi sehari- hari di rumah.

Dan semenjak membaca kembali teori-teori perkembangan anak, saya jadi lebih "kuat mental" dalam menghadapi masa-masa tumbuh kembang anak.

Selain itu,  hal-hal yang bersifat protektif dan preventif buat anak juga udah banyak banget di sekitar kita sebagai orang tua, tinggal banyak baca aja. Seperti obat-obatan yang aman, mainan yang aman, peralatan bayi dan anak lainnya, pokoknya udah maju lah ya zaman sekarang.

Emang kudu ngelmu ya sebagai orang tua, biar ga salah arah dan ga salah konsep pas ngedidik anak. Anak juga berkembang dan bertumbuh dengan baik.


Selamat bereksplorasi sama anak-anak di rumah yaa, Mak.

***

Sumber: Educational Psychology for Teacher, Anita. E. Woolfolk/Lorraine McCune-Nicolich. Second Edition, 1984.