Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.
Showing posts with label wirausaha. Show all posts

Resolusi Wirausaha (Gak Muluk-Muluk) di Tahun 2019



Tahun Baru. Kamu punya resolusi apa nih di tahun baru ini? Apa masih berusaha menunaikan beberapa resolusi tahun-tahun kemarin?

Kalau iya, tenang, kamu gak sendirian. Saya sendiri gak punya resolusi khusus di tahun ini. Karena toh banyak resolusi yang tertunda karena banyak hal. Makanya, tahun ini, kalau bisa ada sebuah satu resolusi, gak perlu banyak, yang penting bisa dijalani.

Salah satunya adalah resolusi berwirausaha (kembali).

Yaps, dulu, di tahun 2012-2013 saya sempat berwirausaha pakaian muslimah, yaitu hijab. Awalnya saya ragu, coba-coba dan akhirnya jualan saya ternyata laris manis, banyak yang suka dengan produknya. Sebenernya sih, sebelum bisnis hijab, saya dan suami juga berjualan jus buah dan burger di salah satu kantin perguruan tinggi negeri di Bandung. Namun, karena satu dan lain hal. Kami harus melepaskan bisnis tersebut, tapi alhamdulillah-nya bisnis itu gak berhenti begitu saja. Masih ada Bibi yang melanjutkannya hingga sekarang.

Setelah bisnis kuliner itu diteruskan oleh saudara saya sendiri, kemudian saya beralih ke bisnis fashion, yaitu hijab. Lebih tepatnya menjual pashmina dengan ukuran yang lebih lebar dari biasanya. Karena pada saat itu, di tahun 2012, bisnis hijab sedang meroket sekali. Desainer seperti Dian Pelangi, Ria Miranda, benar-benar sedang naik daun. Semua produknya laris manis di pasaran.

Ternyata, lahirnya tren hijab muslimah yang modern, membawa dampak yang cukup positif untuk iklim wirausaha. Apalagi waktu itu saya masih tinggal di Bandung yang terkenal sebagai kota yang kreatif, apalagi untuk berbisnis.

Waktu itu, saya sama sekali tidak kesulitan memperoleh bahan baku maupun konveksi untuk memproses produk hijab saya. Di Bandung memang sangat terasa sekali semangat untuk berwirausaha, beda ketika saya tinggal di kawasan Jabodetabek seperti sekarang, karena mayoritas penduduknya (terutama di lingkungan saya) bekerja sebagai karyawan di perusahaan atau negara.

Kembali ke proses wirausaha waktu itu ya.


Sebenernya, sudah lama saya ingin kembali memulai kembali wirausaha yang sudah tertunda 6 tahun lamanya itu, hoho lama juga ternyata. Karena banyak kendala seperti hamil dan melahirkan, dan juga sulitnya menemukan bahan baku di sini, keinginan saya itu terus-terusan pending. Maka dari itu, saya bertekad di tahun 2019 saya ingin kembali merintis usaha saya sendiri.

Ujian Keuangan di 2018




Satu lagi sih sesungguhnya alasan saya ingin berwirausaha, yaitu agar tidak collaps ketika keuangan sedang menurun. Karena saya hanya mengandalkan pemasukan dari suami, maka ketika pendapatan suami terganggu, maka terganggu pula lah kondisi keuangan keluarga.

Di tahun 2018 kemarin, kondisi keuangan keluarga saya mengalami ujian ke titik terendah yang sempat membuat kami mengelus dada dan berdo’a agar segera diberikan jalan keluar. Alhamdulillah, di penghujung tahun 2018 semua sudah berangsur normal dan kembali kepada sedia kala.

Nah, ujian keuangan seperti itu sangat ingin saya hindari di tahun-tahun mendatang. Gak enak kan kalau kondisi keuangan gak stabil? Rasanya bingung dan galau, bagaimana caranya memenuhi kebutuhan sehari-hari dan beberapa keperluan lainnya yang tidak bisa ditunda pemenuhannya.


Syukur-syukur kita masih punya harta yang bisa dijual atau digadaikan, kalau nggak, bagaimana? Haruskah kita berhutang sana-sini? Apalagi hutang yang mengandung riba. Yang ada bukan tambah tenang, tapi hati tambah gelisah dan pikiran pun pasti gak akan tenang.

Membantu Sesama



Yesss. Menurut saya, berwirausaha akan membuka peluang untuk membantu sesama, minimal tetangga atau saudara dekat yang memang sedang kesulitan secara finansial.

Bukannya sok-sok jadi pahlawan atau merasa berlebihan yah. Saya selalu berfikir, bahwa berwirausaha bisa menjadi ladang amal dan pahala untuk membantu orang terdekat kita menuju kesejahteraan finansial.

Karena apa? Karena kesejahteraan finansial itu sangat penting. Ekonomi rumah tangga yang bergejolak, sangat mungkin memicu terjadinya KDRT, pengabaian terhadap anak, bahkan memicu terjadinya kriminalitas.

Saya gak muluk deh beneran. Di lingkungan tempat tinggal saya demikian. Banyak para suami yang tidak bekerja, akhirnya istrinya yang harus banting tulang mencari nafkah. Jangan ditanya tentang Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah sama mereka. Urusan perut hari ini pun masih jadi bahan pertengkaran rumah tangga.

Oleh karena itu, dengan berwirausaha, saya sangat bercita-cita untuk membuka peluang sebanyak-banyaknya. Terutama bagi kaum perempuan (istri dan ibu) memiliki tambahan penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Resolusi Wirasusaha yang Gak Muluk-Muluk

Buat apa punya resolusi tapi gak dikerjain? Ya itu mah sih saya ngomong sama diri sendiri sih. Buat apa nulis banyak banget harapan, tapi ga ada yang dikerjain sama sekali.
Makanya resolusi wirausaha di tahun ini saya bikin gak muluk-muluk.

Pertama. Gak usah nunggu modal banyak.


Kalau kita mau wirausaha pasti deh yang dipikirin pertama kali adalah modal. Setelah pengalaman usaha kuliner dan fashion hijab beberapa tahun lalu, saya berkesimpulan bahwa modal secara materi atau uang bukanlah hal utama.

Dulu pernah saya mau bisnis kuliner juga. Modal ada banyak di tangan. Eh tapi malah jadi bingung loh, kita mau beli apa dan bagaimana memulai bisnisnya. Kita malah jadi pusing ketika modal di tangan cukup banyak. Yang ada malah boros, barang yang seharusnya gak perlu malah dibeli. Ujung-ujungnya gak terpakai dan mubadzir.

Modal bisa dicari dengan koneksi atau kepercayaan dari orang lain. Banyak kok bisnis reseller dan dropshiper yang sukses meraup banyak keuntungan. Dan saat ini pun saya sedang melakukan hal demikian.

Berbekal modal kepercayaan dari salah seorang teman, saya menjual pakaian rumahan bagi perempuan atau ibu di rumah. Harga barang cukup kompetitif sehingga laris manis di pasaran. Beberapa kali repeat order dan testimoni kalau pakaian yang saya jual itu berkualitas dengan harga yang ramah kantong.


Apakah saya perlu modal banyak? Jawabnya nggak, berbekal kepercayaan itu lah saya bisa melakukan penjualan. Karena inti dari bisnis itu ya memang penjualan, ada barang yang terjual, dan ada cash yang selalu berputar.

Sebagai bocoran saya jual apaan, boleh deh save kontak Whatsapp 085887062489 namain aja kontaknya ‘Tetty Jualan’ nanti bakal tau deh apa yang saya jual, mau jualan bareng juga boleh.

Hehehe sekalian promosi dong ah.

Kedua. Jangan Malu Mempromosikan Barang Dagangan Kita.



Kalau niat wirausaha sudah bulat, urat malu emang harus segera diputusin deh. Masa giliran nawarin dagangan malu-malu, giliran dapet untungnya senyum-senyum sendiri.

Saya sendiri udah merasa gak perlu malu lagi sama yang namanya dagang selagi barang dagangan kita ini baik dan menjadi solusi masalah bagi orang lain. Insya Alloh, kalau memang baik dan jadi solusi barang kita akan laku di pasaran, tinggal pinter-pinternya kita promosi.

Dulu ketika bisnis fashion hijab, saya sering buka lapak dagangan di acara-acara kemuslimahan atau pun acara wirausaha. Tujuannya, selain buat jualan, kita juga sekaligus melakukan branding dan promosi kepada orang lain.

Makanya waktu itu saya siapkan kartu nama supaya bisa dibagi-bagi ke peserta acara. Dan alhamdulillah, ada yang nyantol beberapa orang lah setelah acara itu selesai.


Dan kalau mau lebih serius lagi, bukan hanya nyebar kartu nama aja sih. Kita juga harus berani jemput bola. Bikin kartu pos dan melakukan penawaran kepada beberapa orang misalnya?

Takut ditolak?

Ish, kan namanya wirausaha mah gitu, harus berani, gak boleh malu. Kalau dibully woles aja. Kan kata beberapa pakar wirausaha juga gitu. Kalau sekarang kita dibully, suatu saat kita butuh mereka buat nonton dan kasih tepuk tangan saat kita sudah sukses, hehehe.

Ketiga. Gak Selalu Manis, Tapi Gak Usah Takut Berujung Pahit.



Guru saya dulu pernah bikin quotes di buku tahunan sekolah, “Manis jangan langsung ditelan, pahit jangan langsung dimuntahkan” Saya kira ini relevan banget sama niat resolusi wirausaha saya di tahun ini.

Berbekal pengalaman yang lalu pun saya jadi belajar bahwa memang tahun-tahun pertama membangun bisnis memang jatuh bangun dulu. Jangankan nyari untung, udah BEP alias balik modal pun udah bagus. Kuncinya emang sabar, sabar, dan sabar. Kalau jatuh, bangun dan bangun lagi.

Wah, udah panjang aja nih.

Itulah resolusi wirausaha saya di tahun 2019. Dan saya merasa gak muluk-muluk untuk mencoba memulainya lagi. Karena memang bisnis yang sukses adalah bisnis yang dijalankan. Dimulai dari langkah kecil yang pertama. Bukan bisnis yang cuma jadi ide semata ya gaesss.



Dan jujur aja sih, dengan memulai beriwirausaha begini, saya mencoba keluar dari zona nyaman yang katanya suatu saat bisa melenakkan.

Yaps bener banget, zona nyaman itu melenakkan sekali. Buktinya, ujian keuangan di 2018 kemarin membuat saya mendapatkan pukulan telak. Bahwa selama ini saya hanya mengandalkan sesuatu yang kurang pasti juga sebenernya, gak mau berusaha membangun dan mendidik diri menjadi pribadi yang lebih tangguh dan lebih produktif.




Tahun ini, saya juga akan mulai merintis bisnis kuliner seperti yang dulu pernah lakukan. Do’akan terlaksana ya, dan semoga hasilnya pun sesuai dengan yang saya harapkan. “Kalau orang lain bisa, kenapa harus saya?” Mwahaha itu mah #Nurhadi yaaks.

Maksudnya kalau orang lain bisa sukses berwirausaha, kenapa saya gak bisa. Sabisa-bisa kudu bisa, Insya Alloh Pasti Bisa. Amiinn.

Kalau kamu, tahun ini punya resolusi apa? Apa punya niat berwirausaha juga? Kalau iya, mau wirausaha dibidang apa nih? Sharing yuk di kolom komentar.


5 Inspirasi Wirausaha Bagi Muslimah Dari Pemilik Brand Tas Kanvas HeeJou

review tas kanvas heejou bogor

"If opportunity doesn't knock, build a door." Minton Berle


Assalamu'alaikum 

Pernah denger brand atau merk tas kanvas HeeJou?

Sesungguhnya saya pun belum pernah mendengar merk tas ini sebelum diajak oleh rombongan Blogger Muslimah ke rumah produksi tas kanvas HeeJou yang berlokasi di dekat terminal Laladon Bogor, Kamis 5 Oktober 2017 kemarin.

Konon pemilik produk tas kanvas HeeJou ini adalah pemilik usaha boneka Horta beberapa tahun silam. Nah, kalau boneka Horta pasti familiar dong. Boneka warna coklat muda yang gundul dan tiba-tiba bisa numbuh rambut dikepalanya kalau disiram air setiap hari.

Boneka Horta ini dulu femes banget yes. Rajin banget wara-wiri beritanya di televisi. Iya lah ini idenya bagus banget ya, mengenalkan bercocok tanam, bertani, konsep pertumbuhan untuk anak dengan media tanam yang gak bikin anak takut, kotor, atau pun jijik.

review tas kanvas heejou bogor
Teh Nisa ini orangnya baik dan ramah banget, juga gak pelit ilmu sama sekali.
Mudah-mudahan ketularan jadi entrepreuner juga. Amiinn.
Dan gak nyangka juga ternyata kita satu daerah, dari Rancah. Mojang Ciamis dong.

Nah, Teh Nisa Rahmania, pemilik brand tas kanvas HeeJou ini dulunya adalah salah satu pendiri dan pemilik usaha boneka Horta bersama teman-temannya dari kampus Institut Pertanian Bogor atau IPB.

review tas kanvas heejou bogor
Rombongan Blogger Muslimah mengunjungi rumah produksi HeeJou.
Sedang berlangsung sesi perkenanalan anggota Blogger Muslimah bersama Teh Nisa Rahmania.


Dari Horta ke HeeJou

Sebelum membahas 5 inspirasi bisnis tas kanvas dari Teh Nisa Rahmania, saya boleh dong cerita sedikit asal muasal dari tas HeeJou ini.

Ehhmmm. Jadi begini ceritanya ya gaess.

Ketika boneka Horta naik daun, otomatis penjualan pun meningkat seiring terkenalnya boneka Horta di kalangan masyarakat Indonesia. Omset yang meningkat tentunya diiringi oleh laba yang meningkat pula kan sodara-sodara, jadi ya intinya Teh Nisa dan teman-teman berhasil meraup omset ratusan juta rupiah dari boneka Horta ini.

Padahal, awal mula usaha boneka Horta ini adalah keberhasilan Teh Nisa dan teman-temannya mengikuti ajang kompetisi wirausaha mahasiswa di kampus IPB. Dari kemenangan itu lah Teh Nisa mendapatkan modal senilai 4,7 juta rupiah untuk memulai usaha boneka Horta yang ternyata menuai sukses besar.

Suatu hari, Teh Nisa sedang mencari inspirasi bisnis apalagi yang bisa ia kerjakan bersama teman-temannya selain boneka Horta.

Karena pada saat itu, sekitar tahun 2009, isu Go Green sedang booming-boomingnya, sampai ada gerakan mengkonversi tas plastik ke tas belanja. Maka Teh Nisa mendapatkan ide untuk membuat tas belanja dari bahan kanvas.

Hohoho.

review tas kanvas heejou bogor
Awalnya memproduksi tas kanvas karena isu Go Green.

Jadi awalnya tas HeeJou ini adalah produk tas kanvas yang bisa digunakan untuk berbelanja untuk mengurangi konsumsi plastik rumah tangga. Dan modal untuk membuka usaha tas HeeJou ini adalah uang mengendap hasil berbisnis boneka Horta.

Uwow sekali yah.

Lalu, apa aja nih inspirasi yang saya dapatkan ketika berwisata ke rumah produksi tas kanvas HeeJou?

1.Peka Terhadap Isu Kekinian

Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, perjalanan Horta ke HeeJou ini karena Teh Nisa sendiri menangkap isu Go Green sedang booming dan tentunya bisa dimanfaatkan untuk berbisnis.

review tas kanvas heejou bogor
Cari tren yang sedang digemari oleh publik adalah salah satu koentji.

Walaupun Teh Nisa sempat mengatakan bahwa ia sempat sedih dan agak kurang percaya diri karena harus berpisah dengan teman-temannya dan memulai bisnis tas HeeJou ini sebagai single fighter tapi ia tetap berusaha untuk menjadi pemimpin yang baik di perusahannya sendiri.

Kembali ke isu Go Green, asal muasal kenapa tas HeeJou ini tercipta.

Awalnya, tas HeeJou ini memang didesain sebagai tas belanja yang ramah lingkungan karena bisa digunakan berkali-kali sehingga bisa mengurangi konsumsi kantong plastik yang bisa merusak lingkungan dan mengancam keselamatan bumi kita tercinta ini.

review tas kanvas heejou bogor
Berinovasi dengan desain tas anak yang lucu

Namun, lama kelamaan, tas HeeJou berangsur mengalami perubahan seiring tren pasar yang ikut bergeser. Kini tas HeeJou didesain dan diproduksi dengan lebih banyak varian, seperti tas laptop, totte bag, tas ransel, sling bag, pouch, dompet , tas anak, dan lainnya. Tas belanja sendiri yang awalnya menjadi ide dasar HeeJou menjadi “bonus” ketika kita membeli tas HeeJou.


review tas kanvas heejou bogor
Tas belanja sekarang di produksi sebagai souvenir gratis ketika membeli produk tas HeeJou.
Duh, gambar gajah kayak lagunya Tulus aja.
Baca juga: 5 Musisi Favorit

2.Jangan Takut Memulai

Memulai itu memang sesuatu yang sungguh sulit. Langkah pertama itu memang bikin gemetar dan dipenuhi keraguan.

review tas kanvas heejou bogor
Teh Nisa dan 'Harta Karunnya'
Ia hunting ke berbagai lokasi penjualan kain seperti Cigondewah, Tamim, Tanah Abang pada mulanya.

Saya sendiri pernah berbisnis hijab di tahun 2012 lalu, dan alhamdulillah diterima dengan baik oleh masyarkat. Namun, karena beberapa kendala, dengan berat hati saya harus menutup produksi hijab tersebut.

Baca juga: All About Hijabeez

Dan memang benar adanya, langkah pertama itu terasa berat dan ragu. Apakah akan untung atau buntung? Apakah akan laku atau malah jadi tumpukan barang di rumah.

Menurut Teh Nisa, rasa takut itu harus dibuang jauh-jauh. Keberanian kita dalam memulai adalah koentji untuk menjadi entrepreuner muda yang sukses di kemudian hari.

3.Selalu Ada Jalan, Percayalah Kepada-Nya 100%

Bisnis tas HeeJou ini bukannya tanpa halangan dan rintangan loh gaess. Dulu, karena saking semangatnya dan ditambah ada modal yang memadai, Teh Nisa sempat ‘kebablasan’ memproduksi tas HeeJou ini.

review tas kanvas heejou bogor
Saat itu Teh Nisa hanya fokus pada proses produksi

Setiap hari, ia terus menerus membuat tas HeeJou, tapi pada kenyataannya penjualan tak kunjung berbuah manis. Tumpukan tas justru memenuhi ruangan di rumah produksi HeeJou yang saat itu masih mengontrak di dekat kampus IPB.

Hingga akhirnya Teh Nisa tersadar bahwa ada yang salah dengan pola bisnisnya. Ia terus memproduksi barang sementara penjualan berjalan sangat lamban. Di titik ini, Teh Nisa merasa gamang dan kebingungan.

review tas kanvas heejou bogor
Nasib HeeJou hampir tak semanis Horta
review tas kanvas heejou bogor
Teh Nisa sempat dibuat gamang oleh kelebihan produksi tas HeeJou

Ia ditolak oleh banyak agen dan distributor yang ia hubungi untuk memasarkan produk tas HeeJounya.

Apakah nasib tas HeeJou ini tidak akan semulus Horta?


3.Terselamatkan Berkat Blog

Usut punya usut, ternyata Teh Nisa ini seorang blogger juga loh. Ia juga seringkali menuliskan mengenai usahanya yaitu Tas HeeJou dalam blog pribadinya di dunia maya.

review tas kanvas heejou bogor
Salah satu tas HeeJou yang sedang diproduksi

Sampai suatu hari, ketika ia merasa diambang kebangkrutan, seseorang meneleponnya dan memintanya untuk diwawancara untuk acara TV karena membaca tulisan di blog pribadinya.

Dan tahukah, acara TV itu adalah acara Bosan Jadi Pegawai yang pernah tayang Prime Time di Trans TV selama satu jam.


Seperti menemui malaikat penyelamat, dan mendapat durian runtuh.

Bisnis Tas HeeJou kebanjiran order setelah tayang di Trans TV. Distributor dan agen yang pada awalnya menolaknya, kini berbalik mengejar-ngejar karena berminat untuk memasarkan produk tas HeeJou ini.

Subhanalloh ya, begitu mudah bagi Allah SWT. Memutarbalikkan keadaan seseorang.


4.Berani Mengambil Langkah

Tas HeeJou mulai dikenal banyak orang dan kebanjiran order. Kini tas HeeJou yang memiliki omset yang lumayan sebagai sebuah bisnis rumahan.

review tas kanvas heejou bogor
Suasana rumah produksi HeeJou

Teh Nisa segera mengambil langkah untuk mengembangkan bisnis tas HeeJou. Ia mulai membuka rumah produksi sendiri.

Rumah yang berdiri di atas tanah 500 meter persegi di dekat Terminal Laladon Bogor ini adalah rumah yang digunakan untuk menampung 12 karyawannya setiap hari.

review tas kanvas heejou bogor
Salah satu karyawan yang bertugas untuk menterjemahkan ide-ide Teh Nisa

Bahan baku, alat, dan proses produksi langsung dibuat di rumah dengan bantuan 12 karyawannya (awalnya 17 orang, karena alasan produktifitas maka dirampingkan menjadi 12 orang saja) yang memang penduduk atau masyarakat yang berada di sekitar rumah produksi tas HeeJou.

review tas kanvas heejou bogor
Proses pengerjaan tas HeeJou
review tas kanvas heejou bogor
Proses pemotongan bahan dan pembuatan pola
review tas kanvas heejou bogor
Karyawan yang bertugas di bagian pemesanan barang.

Alhamdulillah ya, menjadi manfaat bagi orang lain dan membuka peluang usaha adalah nilai lebih dan kepuasan tersendiri ketika memutuskan untuk terjun menjadi seorang entrepreuner.

Setelah HeeJou terus berkembang, Teh Nisa memutuskan untuk menghire karyawan, menyewa jasa desain grafis dan fotografer untuk membuat katalog, dan juga membeli peralatan yang memadai untuk memproduksi tas kanvas HeeJou.

review tas kanvas heejou bogor
Katalog HeeJou didesain dengan sangat cantik dan menarik.

“Ketika bisnis kita berkembang, kita juga harus mengembangkan diri dengan memperbaiki produk dari berbagai elemen. Dan perbaikan-perbaikan tersebut memang pada kenyataanya berdampak pada bisnis tas HeeJou ini.” Ujar Teh Nisa.

5.Mimpilah yang Menuntun Segalanya

Ketika masuk ke dalam sesi diskusi, salah satu blogger menanyakan mengatakan apakah yang menjadi semangat Teh Nisa untuk terus menjadi pengusaha? Apalagi kadang berwirausaha itu bosan dan kurang bersemangat ketika banyak ujian menghadang.

review tas kanvas heejou bogor
Semua berasal dari mimpi.

Teh Nisa menjawab, “Beranilah bermimpi. Saya pun sebenarnya bermimpi ingin mendirikan sekolah, Karena kedua orang tua saya berprofesi sebagai guru. Itulah yang membuat saya tetap kuat dan semangat seperti sekarang ini.”

Selain itu, Teh Nisa juga mengatakan agar kita bisa tetap tegar, kuat, dan stay on the track sebagai wirausahawan. Ada baiknya kita membangun koneksi atau relasi dalam komunitas tertentu.

Teh Nisa sendiri merupakan bagian dari komunitas TDA atau Tangan Di Atas wilayah Bogor. Dan ia bersyukur mengenal banyak wirausahawan disana, yang sekarang sudah menjadi teman dan sahabatnya.

Bahkan Teh Nisa pun mendapatkan seorang mentor atau coach bisnis karena jaringan atau relasi yang ia bangun dalam berkomunitas.


***

Saat masuk ke rumah yang berukuran cukup besar dengan pintu gerbang berwarna hejo (hijau dalam bahasa sunda), saya takjub dengan kerja keras yang dilakukan oleh Teh Nisa dalam berbisnis.

Saya sangat mengapresiasi dan merasa banyak mendapatkan insight ketika berkunjung dalam rangka Program EduVisit blogger muslimah kemarin.

Seorang muslimah ternyata memiliki power ketika mereka benar-benar memanfaatkan dan memaksimalkan kekuatan tersebut. Muslimah bisa menjadi seorang creator dan menciptakan peluang baru bagi dirinya dan orang lain.

So, so inspiring!

Terima kasih Teh Nisa, Sukses terus untuk HeeJou.

Baca juga: Program Eduvisit Blogger Muslimah lainnya. Majalah Ummi: Rahasia Tetap Eksis di Era Media Digital.

Ps:

Sebelum pulang, para Blogger Muslimah belajar bikin kerajinan tangan dulu dari kain perca.

review tas kanvas heejou bogor
Sibuk nyari jarum, benang, gunting, kacamata nenek, dan sibuk selfie juga tentunya. Mwahaha.
review tas kanvas heejou bogor
Setengah jadi
review tas kanvas heejou bogor
Tadaaaa, ini dia hasilnya. Bunga Tulip alakadarnya.
review tas kanvas heejou bogor
Pas pulang dikasih pouch etnik ini sama Teh Nisa, dan tempat koin kecil warna ungu, cuma ga ikut kefoto maapkeun.

***

Yuk! Cintai produk dari negeri sendiri.


Follow Instagram HeeJou @HeeJouBags

Mau Kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia-Bandung? Baca Dulu Informasi Seputar Kost-kostan UPI Di sini!

informasi kostan universitas pendidikan indonesia bandung

Ketika tahu diterima kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI di Bandung, selain senang luar biasa, saya juga galau tiada terkira. 

Galau kenapa? 

Galau mau gimana nanti hidup di sana. Gimana soal hidup, ngekost, biaya kostnya, biaya makan sehari hari, dll. Soalnya saya baru pertama kalinya harus tinggal terpisah, sendirian, jauh dari orang tua. 

Apalagi kota Bandung, salah satu kota besar di Indonesia, saya mikirnya biaya hidup di Bandung itu pasti mahal. Pikiran tentang mahalnya biaya hidup di Bandung membuat saya rajin tanya tanya ke alumni atau temennya alumni yang kuliah di Bandung, khususon yang kuliah di UPI. 

Nanya soal harga kamar kost, dibayarkan setiap tahun atau bulan, saya juga nanya, apakah UPI sendiri punya asrama sendiri untuk mahasiswa atau nggak. Jawabannya, ada yang memuaskan ada juga yang nggak, dan akhirnya saya pasrah aja sih buat kuliah di Bandung, lillahita’ala dengan modal informasi seadanya dari alumni. 


... 

Kampus UPI utama yaitu Kampus Bumi Siliwangi terletak di Bandung Utara. Tepatnya di jalan Dr. Setia Budi No 229. Jalur utama ketika kita hendak pergi berwisata ke daerah Lembang, Gunung Tangkuban Parahu, atau ke Ciater Subang. 

Suhu udaranya cukup tiris alias dingin. Buat yang hidupnya di daerah panas, seperti saya dulu. Tinggal di Bandung perlu penyesuaian banget. Awal awal, saya selalu kemana mana pake jaket. 

Malah masih suka kebiasaan ketika udah kembali ke Bogor, padahal Bogor panas banget. Malahan suhu udara di Bandung pernah sampai 18-16 derajat celcius. Berasa di dalem kulkas.