Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

Our Facebook its Our Best Friend


sumber gambar

Sebagian orang pasti ada yang mengatakan "Thanks God, Kau telah menciptakan Mark Zuckerberg" Siapa lagi kalau bukan pencipta jejaring sosial Facebook. Facebook sekarang begitu digandrungi, bahkan kamu pasti dibilang "Gak Gahooll" kalau gak punya Facebook. Ya kan? Ya kan? Ya kan? 


Termasuk saya, hobi 'pasang status' di jejaring sosial tersebut. Waktu awal punya Facebook mungkin dalam sehari  bisa menghasilkan lebih dari tiga status Facebook (produktif sekali). Tapi lama kelamaan saya berfikir untuk tidak menghasilkan 'sampah' di timeline saya dan tentunya timeline orang lain. (jadi  ceritanya sekarang update statusnya dikit-dikit aja)

Salah satu status yang saya pasang di Facebook tanggal 12 Maret 2014 adalah:

"Kangen"


Kata 'kangen' tidak sengaja saya ketik di kolom"What's on your mind?" begitu saya lihat foto saya waktu Taman Kanak-Kanak, bercengkrama via WA group bersama teman-teman SD saya, dan curhat-curhatan via BBM dengan teman SMA. Haaaiiisshhhhh.... betapa jauh sudah kaki ini melangkah, rasanya baru kemarin saya jadi anak-anak, kemudian jadi ABG, dan beranjak dewasa, hingga sekarang saya sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Belasan tahun yang lalu. 

Andai saja ada mesin waktu (faktanya tak pernah ada) ingin sekali lagi memutar waktu kembali ke 'jaman dulu'. Ah, rasanya rindu sekali. Rindu bermain, rindu bernyanyi bersama teman-teman kecil, rindu jadi ABG yang lebih sering dengerin curhatan temen dibanding curhatin diri sendiri, rindu serindu-rindunya. Memori itu menari-nari, seakan memanggil lagi untuk kembali kesana. 


Seorang teman berkomentar dalam status saya:

"Anita: Kangen juga..."

Mungkin karena statusnya hanya kata 'kangen' jadinya setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda. Tapi yang jelas, rasa 'kangen' adalah rasa yang dimiliki oleh setiap orang. Kangen dengan benda, kangen dengan orang, kangen dengan tempat, kangen dengan waktu, dan berjuta kangen lainnya.

Rasa kangen akan membuat diri ini seketika melankolis, kangen bisa membuat mata berkaca-kaca, kangen juga bisa membuat kita menangis sejadinya. Rasa ini juga yang membuat Chairil Anwar jadi pujangga terkenal, rasa ini juga yang membuat Kahlil Gibran menjadi penulis besar.

Rasa kangen juga bisa membuat kita bersemangat. Contoh, kangen kampung halaman, kangen orang tua yang berada jauh dari tempat tinggal kita. Pastinya akan membuat kita lebih semangat dalam bekerja dan berusaha demi mengobati rasa kangen yang melanda, yakni bertemu orang tua dan kampung halaman. 
Begitupula orang yang baru pulang ibadah haji dan umrah, katanya akan merasa kangen sekali dengan Baitullah. dan tentunya akan berusaha lagi untuk pergi kesana.

Terima kasih Yaa Rabb.. Kau yang Maha Menciptakan, semoga hamba termasuk kedalam orang-orang yang "Kangen" akan Engkau. Aamiinn.



Kalau status yang pertama hanya satu kata, status yang kedua ini terdiri dari beberapa kata, nah ini dia statusnya: 

"Hidup itu pilihan, banyak pilihan yg sulit-sulit.. Banyak pilihan 'besar' yang juga beresiko 'besar'.. Udah sih jgn mempersulit pilihan orang lain dengan menggunjing apalagi menghina.. Nikmati saja jalan hidup kita masing-masing. Simple :) "


Status ini saya buat berdasarkan hasil pengamatan saya terhadap fenomena sosial yang terjadi *keselek buku metodologi penelitian* hehehe.. Banyak orang yang lebih senang menggunjing pilihan hidup seseorang. Apapun yang dilakukan oleh seseorang selalu saja jadi bahan omongan dan akhirnya nyaris jadi fitnah disana-sini. 

Setiap orang pasti mempunyai problematika hidup masing-masing. Mereka tentunya juga sibuk mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi. Tentunya solusi yang mereka ambil juga berkat pertimbangan dan juga analisis resiko yang rumit. Ditengah peliknya masalah seseorang, dengan senang hati ada sekelompok orang yang tega-teganya "ikut ambil bagian". Mereka menyindir, mencela, dan memojokkan keputusan yang orang lain lakukan. Tanpa belas kasih dan tanpa mempertimbangkan efek buruk yang ditimbulkan dari hasil pergunjingan tersebut.

Bahkan Al-Qur'an sendiri mengkiaskan "menggunjing itu bagaikan memakan bangkai manusia" betapa jijiknya bukan?

Menyindir dan mencela keputusan orang lain dalam menyikapi masalah hidupnya adalah sikap yang sangat tidak terpuji. Bukannya mengurangi beban penderitaan, menambah penderitaan dan beban pikiran orang lain dengan menggunjingnya adalah sikap yang sangat buruk.

Komentar dari salah seorang teman:

"Faiz: Syukron atas nasehatnya, izin share ya mbak" 

Sesunggunya status tersebut adalah nasehat untuk diri sendiri. Seringkali diri ini terpancing untuk membicarakan keburukan dan kekurangan orang lain, padahal boleh jadi apa yang mereka lakukan jauh lebih baik dari apa yang saya lakukan.

Apalagi perempuan, "ikut nimbrung" dalam masalah orang lain kadang kala menjadi sebuah hal yang biasa. Padahal belum tentu yang empunya masalah berkenan kita mengomentari apa yang ia lakukan. 

Menjaga lisan dari hal yang tidak terpuji merupakan suatu kewajiban, jangan sampai kata-kata yang keluar dari mulut kita merupakan duri tajam bagi orang lain. Ada waktunya kita TIDAK USAH mencampuri masalah hidup orang lain. Seorang bijak pernah berkata:

"Jika kita belum bisa membahagiakan orang lain, minimal kita tidak menyakiti hatinya"



Sekarang Facebook menjadi sahabat bagi sebagian orang, berbagai keluh kesah, pendapat, rasa, cinta kebahagiaan, kesedihan, dan apapun itu bisa kita bagi di situs ini dan membiarkan orang lain turut merasakannya. So, it called Our Facebook its Our Best Friend :)


Wallahu'alam :)

Semoga bermanfaat



"Artikel ini diikutkan dalam Giveaway Blogger Dengan Dua Status di BlogCamp"




#STOPBULLYING!!!

Jujur saya heran, sampai detik ini masih ada saja yang mengaku akifis dakwah Islam tapi sangat dangkal pemahaman Islamnya. Saya menyampaikan ini bukan saya merasa paling suci, paling benar, paling pintar, TIDAK saya katakan TIDAK.

Detik-detik pergantian pemimpin negara segera dimulai, beberapa kaum/golongan ada yang bersegera bersiap. Layaknya akan bertempur di medan perang mereka mempersiapkan berbagai persenjataan. Sebutlah para Parpol Islam, mereka sibuk berkampanye kesana-kesini meminta dukungan masyarakat. Salah satunya melalui sosial media, mass media, dan lain sebagainya. Sosial media digunakan karena dirasa ampuh untuk mendekati "sumber suara", media sosial seperti facebook, twitter, juga ampuh untuk mendapatkan quick response dari masyarakat. 


Media sosial memungkinkan masyarakat saling berkomunikasi, mengutarakan pendapat, dan menyuarakan aspirasi. Namun yang saya amati kampanye media sosial menjadi ajang Bullying satu golongan terhadap golongan lain. Saya ambil contoh, ketika sebuah partai islam berkampanye ada golongan lain yang berteriak bahwa partai tersebut mengajak masyarakat pada kehancuran bahkan kekafiran. Naudzubillah.

Dan yang paling mengecewakan, suara-suara miring, Bullying, tersebut datang dari golongan yang mengaku membela syariat. Syariat mana yang dibela? sejauh saya membaca Sirrah Nabawiyah, Rosulullah SAW selalu mengedepankan kasih sayangnya kepada orang yang berbeda pendapat bahkan pada musuhnya sekalipun. Saya benar-benar tak habis fikir, disimpan dimana akhlakul karimah sehingga mereka bebas berkata, mencaci, memaki, yang notabene saudara seiman, sesama muslim.

Adakah masuk ke dalam sebuah golongan harus menghina golongan lain dan merasa golongannya paling benar?

Saya tak membela siapapun, saya sebagai orang awam hanya menilai apa yang saya lihat. Apakah mungkin saya akan bersimpati dengan gerakan dakwah mereka? siapa sudi berteman dengan orang yang buruk budi. Menghina mencaci saudara sendiri.

Marilah sama-sama berfikir sejenak, adakah kebaikan dibawa dalam wadah keburukan? adakah dakwah dibawakan dengan fitnah dan cacian?

Rasulullah SAW pun berdakwah bil hikmah, ia raih hati manusia dengan lisan yang indah, dengan akhlak yang mulia, hingga semua hati berpadu dalam indahya Islam yang mulia. Wallahu'alam




Unforgettable Journey: Bandung.. Bandung.. Bandung..

"Sesuatu itu akan sangat terasa berarti setelah kehilangan"



Well.. kurang lebih itulah yang saya rasakan beberapa bulan ke belakang. Kehilangan sesuatu memang sangat tidak menyenangkan. Lebih tepatnya kehilangan "domisili", hehe. Sudah kurang lebih tiga bulan saya sekeluarga hijrah dari kota kembang Bandung ke kota (apa ya) Depok.

Buat sebagian orang, apa serunya sih datang ke Bandung? ada yang setiap pekan, bahkan ada yang setiap hari bulak-balik ke Bandung

Sebelumnya saya mengira tidak akan se-kangen ini dengan kota Bandung, tapi ternyata Bandung itu memangan NGANGENIN, SERIUSSS. Mulai dari suasana, kuliner, tempat rekreasi, orang-orangnya, dan masih buanyyaakk lagi. Pantesan banyak yang bilang kalo Bandung itu bukan sekedar about the City, tetapi about the story and history.

Alhamdulillah, dapet kesempatan beberapa hari ke Bandung, Saya, Misua, dan Bocil (Bocah kecil) Kifah langsung tancap gas keliling Bandung sambil momotoran. Yeah, lumayan terbayar rasa kangennya. Dari pada cerita panjang-panjang mending langsung kita cekidot secuil foto-foto disana. Yuk!


Berangkat sekitar jam 10 pagi dari daerah Geger Kalong, kukurilingan Bandung dan akhirnya mendarat pertama di BIP Jl. Merdeka sambil makan cemilan. 

Ummi dan Kifah 'nangkring' di BIP 



Ini Kifah idungnya di kembang kempis deh..


Tadinya mau ke Gramedia Jl. Merdeka tapi berhubung parkir penuh jadi belok ke BIP. Oh ya, tadinya juga mau ke Ciwalk (Cihampelas) berhubung hujan dan posisi lagi deket BEC (Bandung Electronic Centre) jadi aja nyimpang ke BIP.


Waktu keliling naik motor kita sempet lihat Taman Lalu Lintas, jadi aja terinspirasi untuk main kesana. Murah kok tiketnya cuma Rp. 5,000,- (anak diatas 2 tahun wajib bayar tiket). 


Abi dan Kifah di Taman Lalu Lintas



Nyoba naik ayunan



Di Taman Lalu Lintas kita bisa naik kereta api mini, harga tiketnya Rp.5,000,- per orang



Di Taman Lalu Lintas juga ada Tank Baja sumbangan dari TNI 



Nah, itu tadi di Taman Lalu Lintas. Sebenernya waktu hari itu (tepatnya hari sabtu) kita lebih banyak keliling-keliling naik motor, jadi jarang ambil foto karena lagi di jalan. Masih banyak taman lain di Bandung. Ada taman jomblo, taman skate board, taman musik, taman lansia, dll.


Keesokan harinya...

Seperti biasa, pada hari minggu di Bandung pasti selalu ada yang namanya PASAR GASIBU. Alias pasar dadakan yang ada di lapangan gasibu (depan gedung sate). Waktu awal saya tinggal di Bandung, pasar Gasibu bener-bener bagaikan lautan manusia. Setiap sudut jalan penuh sama orang yang sedang bertransaksi jual beli. Pasar Gasibu ramai dikunjungi warga Bandung dan para pelancong karena semua SERBA ADA. Mulai dari kebutuhan rumah tangga, kuliner, furniture, mainan anak, dan lain sebagainya, Dan harganya jauh lebih murah dari harga pada hari-hari biasa.


Sekarang pasar gasibu tidak seramai dulu, jalan-jalan sudah ditertibkan (bebas PKL) 

Begitupun dengan lapangan Gasibu sendiri, sekarang sudah sesuai dengan fungsinya yaitu menjadi lapangan tempat untuk berolahraga.

Masyarakat sekarang lebih menikmati suasana gasibu sebagai sarana olah raga dan rekreasi keluarga. Memang beberapa PKL yang ditertibkan banyak yang mengeluh karena adanya penertiban ini.


Komunitas sepeda ontel juga melakukan aktivitas di halaman lapangan gasibu Bandung

Kifah beli "burung-burungan" sejenis mainan tradisional


Karena waktu yang sempit, dan jadinya buru-buru, gak banyak juga tempat-tempat yang disinggahi. 


Buat kuliner sendiri, saya hanya berkesempatan makan mie ramen di daerah geger kalong. Tepatnya di Jalan Geger Kalong Girang. Kedai Nobu Ramen (depan Guest House Daarut Tauhid). Kalau menurut saya sih ini ramen yang cukup "memuaskan" diseantero geger kalong. Saya paling suka pake kuah nobu yang asem manis pedes, yummmmiiiwwww...



Nah, ini penampakan dari Nobu Ramen 


Mwaaa.. mungkin itu sekilas reportase waktu saya ke Bandung pekan lalu. 

*Hikmah*

Kita gak akan pernah tahu ke kota atau negara apa kita akan berpetualang, tapi yang pasti syukurilah dimanapun kita tinggal sekarang. Dulu saya merasa biasa aja tinggal di Bandung, gak ada yang istimewa. Tapi ternyata setelah "berpisah" dari Bandung saya baru tersadar bahwa Bandung adalah kota yang nyaman dan penuh kenangan. Mungkin suatu saat kita akan sangat rindu ada di kota tempat kita tinggal sekarang, untuk itu mari kita nikmati dan syukuri dimana pun kita berada hari ini.




Thanks Bandung :)




Jangan Jadi Bunglon

Kita semua tahu bahwa bunglon adalah hewan yang bisa menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungan sekitar. Kemampuan ini Alloh desain dengan sedemikian rupa agar bunglon dapat menghindari diri dari pemangsa. Kemampuan ini tentu sangat bagus dimiliki oleh seekor bunglon, karena denganya ia bisa terlihat menyerupai warna lingkungannya. Warna tubuhnya melebur bersama warna lingkungan tempat ia berada.

Tapi tahukan kita bahwa hanya bunglon lah yang "pantas" memiliki kemampuan tersebut. Bagaimana jika manusia memiliki atau meniru kemampuan bunglon tersebut? saya rasa "tidak pantas". Mengapa? bunglon mengubah warna tubuhnya agar ia tidak terlihat oleh pemangsa sehingga ia terlihat sama dengan warna lingkungan. Namun bagaimana dengan manusia? haruskah ia memiliki kemampuan untuk "berkamuflase" dengan lingkungan sekitarnya? saya rasa jawabannya TIDAK.

Manusia adalah makhluk yang sempurna akal dan perasaan. Manusia mampu berfikir dan merasa, dengan kemampuan berfikir dan merasa manusia memiliki kecerdasan lebih diantara makhluk lain. Salah satunya kecerdasan dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebagian besar tingkah laku manusia tentu didapat dari cara berfikirnya, dan cara berfikirnya tentu dipengaruhi tentang keyakinannya tentang suatu hal. Salah satunya keyakinan dalam berketuhanan, yakni beragama. Manusia yang beragama tentu memiliki pedoman yang mengatur tingkah lakunya sehari-hari. Berbeda dengan manusia jahiliyah yang hidupnya penuh dengan kebodohan karena tidak beragama.

Seperti halnya perintah berhijab/menutup aurat bagi perempuan muslim. Perintah ini diturunkan dengan banyak manfaat, salah satunya adalah sebagai identitas diri. Kita akan sangat mudah mengenali perempuan muslim dengan perempuan kafir dilihat dari hijab yang ia gunakan. Sehingga kita juga dengan sangat mudah mengambil keputusan bagaimana tata cara memperlakukan perempuan muslim tersebut. 

Sama hal nya dengan tindakan bermuamalah, sebagai seorang muslim kita memiliki pedoman yang jelas yakni Al-Qur'an dan Al-Hadits. Kita memiliki rambu-rambu dalam bertindak tanduk di lingkungan masyarakat. Apa yang dilarang dan apa yang diperbolehkan. Saya fikir aturan semacam itu sebagai fungsi perlindungan dan juga menjaga nama baik dan kehormatan kaum muslimin itu sendiri.

Manusia bukan lah bunglon, karena manusia memiliki "warna" tersendiri yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Sehingga, sangat salah apabila manusia memperlakukan dirinya sebagai bunglon yang merubah-rubah warna kulitnya bergantung pada lingkungan sekitarnya. Manusia memiliki "warna" yang harus ditunjukkan, khususnya bagi seorang muslim. Warna tersebut digunakan untuk membedakan mana muslim dan mana yang bukan. Sehingga lingkungan pun tahu bagaimana caranya memperlakukan diri kita, bukan sebaliknya.



Wallahu'alam 



(jika) Rumahku (bukan) Syurgaku

Istilah rumahku syurgaku menurut saya bukan hanya sekedar slogan biasa. Banyak makna tersirat di dalam slogan tersebut. Banyak orang yang menafsirkan bahwasloga rumahku syurgaku adalah slogan yang bermakna bahwa rumah adalah tempat peristirahatan dan tempat berlindung paling indah. Sehingga disamakan dengan kenyamanan setingkat di syurga. 

Saya juga sepakat dengan penafsiran tersebut. Tapi saya memiliki penafsiran lainnya berkaitan dengan "rumahku syurgaku" ini. 

Setiap hari masing-masing anggota keluarga beraktifitas sesuai dengan peranannya masing-masing. Seorang ayah bekerja setiap hari karena memang tugasnya mencari nafkah yang halal bagi keluarganya. Seorang ibu bertugas sebagai manajer dalam rumah tangga, mengatur rumah secara fisik (membersihkan, menata, memperindah, dan lain sebagainya), mengatur rencana pengeluaran dan pemasukan keuangan, mengatur gizi keluarga, bahkan mengatur penampilan setiap anggota keluarga. Dan seorang anak berkewajiban mentaati perintah orang tua, selama tidak bertentangan dengan Qur'an dan Hadits. 

Setiap anggota keluarga berkolaborasi demi terwujudnya cita-cita atau visi rumah tangga mereka masing-masing. Terutama orang tua (ayah dan ibu) mereka adalah pilot dan co-pilot dalam penerbangan menuju cita-cita mulia ini. 

Dalam sebuah rumah-lah pribadi-pribadi (ayah, ibu, dan anak) ini berkolaborasi dan berkembang bersama. Sehingga rumah lah yang pertama kali membentuk karakter masing-masing anggota keluarga. Dan tentunya karakter ini akan di bawa baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Seringkali kita melihat anak atau bahkan seorang ayah /ibu yang penampilannya urakan atau tidak rapi. Ada juga anak atau seorang ayah/ibu yang gaya hidupnya sangat boros, tidak mampu mengendalikan keinginan untuk membelanjakan uang untuk hal yang tidak perlu. Dan ada seorang anak dan seorang ayah/ibu yang berprilaku jorok atau tidak bersih, sehingga perilaku hidupnya tidak sehat.

Hal-hal diatas merupakan karakter seseorang ketika berada di masyarakat, dan saya yakin karakter tersebut sangat dipengaruhi oleh karakter atau perilaku yang dibentuk di rumah. Misalnya ada seorang ayah yang suka bermalas-malasan ketika bekerja, atau anak yang malas mengerjakan tugas sekolah. Mungkin di rumah manajemen waktu yang diterapkan kurang  baik. Atau ada seorang ibu yang sangat boros, bisa jadi di rumah memang tidak ada pengaturan atau SOP sistem pengeluaran dan pemasukan keuangan yang disepakati bersama (sistem keuangan keluarga tidak jelas/buruk).

Menurut saya, fungsi-fungsi ini lah yang menjadikan keluarga disebut sebagai institusi terkecil dari pendidikan. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak, merupakan kumpulan karakter dan personal yang berinteraksi secara intens di dalam rumah. Karakter yang dibentuk di rumah inilah "pakaian" masing-masing anggota keluarga dalam bermasyarakat. Alangkah sedihnya apabila ada seorang ayah yang memiliki kedudukan atau prestasi tinggi di dalam bidang pekerjaan namun memiliki "pakaian" yang tidak baik. Pastinya kerugian bukan hanya timbul bagi dirinya dan keluarganya, tapi lebih jauh lagi kerugian ini akan ditanggung oleh masyarakat dan negara (contohnya koruptor).

"Rumahku syurgaku" memang kalimat yang sangat sederhana, Namun bagaimana caranya agar kalimat tersebut menjadi sebuah filosofi dalam membina sebuah institusi yang bernama keluarga. Bagaimana caranya agar seluruh anggota institusi tersebut 'berpakaian" seperti para penguhuni syurga, yang memberikan keindahan akhlak dan nilai manfaat yang besar bagi seluruh lapisan masyarakat. 

Titip Rindu Buat Ibu


"Tidak ada yang lebih hangat selain dekapan seorang ibunda"


Diah (kanan)

Namanya Diah, usianya belum genap 5 tahun ketika saya bertemu dengannya ketika Himpunan Mahasiswa jurusan tempat saya kuliah dulu melakukan program P2M singkatan dari Pengabdian Pada Masyarakat. 
P2M sendiri merupakan suatu program yang dilakukan secara swadaya oleh mahasiswa dalam rangka mengamalkan tri dharma perguruan tinggi, yakni pengabdian. 

Kala itu bulan Januari 2010 himpunan mahasiswa melakukan pengabdian pada masyarakat di kabupaten Subang Jawa Barat. Tepatnya di dusun Cibuluh, Parung Jaya. Kami melakukan pengabdian selama satu minggu di desa tersebut. Program kerja dan acara yang kami selenggarakan cukup beragam, sesuai dengan berbagai bidang kerja yang ada di himpunan itu sendiri. Misalnya bidang Agama, biasanya bidang agama melakukan pengajian atau ta'lim bagi warga sekitar dan menyelenggarakan Taman Pendidikan Al-Qur'an bagi anak-anak di lokasi P2M. Sedangkan bidang lain, seperti olah raga melakukan perlombaan-perlombaan olah raga antar warga. Sedangkan bidang pengembangan sumber daya organisasi biasanya akan berkolaborasi dengan karang taruna setempat untuk berdiskusi dan sharing pengalaman seputar organisasi.