Cover Kumpulan Dongeng Anak Karya Hastira Soekardi
Jujur saja, saya adalah anak yang lebih sering membaca sebuah dongeng dibanding mendengarkan dongeng secara langsung. Pertama kali saya mendengar dongeng itu saat saya sekolah di Sekolah Dasar. Biasanya guru Bahasa Indonesia yang mendongeng di depan kelas. Mulai dari dongeng tentang hewan, tentang budaya Indonesia, sejarah Islam, dan lain sebagainya.
Sebagian anak mungkin seringkali dibacakan dongeng oleh orang tua sebelum beranjak ke tempat tidur. Malahan ada anak yang katanya belum bisa tidur sebelum dibacakan dongeng oleh ayah atau ibunya. Wah kalau saya sih belum pernah tuh dibacakan sebuah dongeng pengantar tidur oleh ayah atau ibu. hehehe. Berhubung dan berhubung orang tua saya yang memang tidak terbiasa dan kurang mengerti tata cara mendongeng. Maka dari itu saya lebih sering membaca dongeng sendiri, berimajinasi mengenai tokoh dan suasana/latar cerita dongeng tersebut.
Pertama kali membaca sebuah dongeng
Saya ingat sekali pertama kalinya jalan-jalan ke toko buku. Saat itu saya masih berusia 5-6 tahun. Melihat jajaran buku khususnya buku cerita anak-anak membuat saya takjub. Sampai-sampai bingung mau beli buku yang mana, maunya sih dibawa pulang semua.
Buku dongeng yang pertama kali saya beli berjudul "Heidi" dan "Alice di Negeri Ajaib"
Sumber Gambar
Sumber Gambar
Jujur saya jadi berkaca-kaca setelah melihat kembali gambar buku dongeng "Heidi" dan "Alice di Negeri Ajaib". Tokoh dan cerita yang terkandung di dalam buku tersebut masih terekam jelas dalam ingatan. Pada saat kanak-kanak tentunya saya sangat "terobsesi" dengan tokoh dan cerita Heidi dan Alice. Mereka seakan-akan benar-benar ADA. Mereka ada di sebuah negeri yang bernama NEGERI DONGENG.
Dongeng itu membekas dalam hati dan ingatan
Sungguh saya benar-benar takjub, sebuah dongeng mempunyai kekuatan yang sangat besar. Nilai-nilai yang ada pada cerita dongeng Heidi dan Alice masih sangat saya ingat hingga sekarang. Heidi yang sederhana dan baik hati hingga bisa merubah angkuhnya perilaku seseorang, hingga Alice seorang gadis yang rela berpetualang demi menemukan apa yang ingin dia cari.
Mungkin sebagian orang, terutama orang dewasa dongeng hanyalah "sekedar" cerita khayalan atau bacaan biasa. Tetapi bagi saya (mantan anak-anak) hehehe, dongeng ternyata bisa membekas sedalam ini. Bahkan pada saat saya membaca dan berimajinasi, saya seperti terbawa dalam suasana cerita dan ingin mejadi tokoh di dalamnya.
Dongeng menumbuhkan keteladanan
Seperti yang saya katakan sebelumnya, setelah membaca sebuah dongeng saya langsung terobsesi menjadi tokoh yang ada di dalam dongeng tersebut. Ingin menjadi anak gadis yang baik hati, sederhana, penyayang, dan selalu gembira. Dongeng juga menumbuhkan jiwa yang riang, saya masih ingat banyak gambaran-gambaran/latar pada dongeng tersebut yang membuat saya benar-benar takjub.
Jika sebuah dongeng mampu menumbuhkan keteladanan, alangkah indahnya dunia anak-anak. Jiwanya terisi oleh tokoh-tokoh imaji yang selalu mengajak pada kebaikan. Dongeng mampu menumbuhkan rasa pada hati dan jiwa anak, dan tentunya Emotional Quotion anak semakin terasah.
Dongeng membuat kita mengenal budaya
Jikalau tadi sekilas mengenai dongeng pertama yang saya baca, dan setelah saya amati ternyata dongeng tersebut bukan berasal dari Indonesia, dan bukan berdasarkan cerita orang tua saya sendiri.
Lain lagi ceritanya ketika kakek dan nenek saya bercerita tentang sebuah dongeng sakadang monyet jeung sakadang kuya (seekor monyet dan seekor kera). Ini cerita dari tanah Sunda, karena memang saya lahir di Ciamis Jawa Barat. Sehingga kakek dan nenek saya otomatis hanya memiliki koleksi dongeng dari tanah pasundan.
Sumber Gambar
Sakadang monyet dan sakadang kuya ini adalah hewan yang sangat legendaris. Mereka katanya ada sejak jaman dulu. Mereka berteman satu sama lain, tetapi kadang sakadang monyet suka berbuat usil kepada sakadang kuya. Nenek saya bercerita katanya sakadang monyet pernah ditangkap dan diringkus oleh pak tani karena ketahuan mencuri di kebun miliknya. Namun, ketika sakadang kuya melihat sakadang monyet yang dikurung dalam kurungan, sakadang kuya malah kena tipu oleh sakadang monyet. Dan pada akhirnya sakadang monyet bebas dan sakadang kuya masuk kedalam kurungan pak Tani.
Dari cerita sakadang monyet dan sakadang kuya tersebut saya banyak belajar tentang nilai-nilai kejujuran dan etika dalam bersahabat. Dan lagi-lagi pada saat itu saya benar-benar merasa bahwa cerita tentang hewan tersebut benar adanya.
Senang sekali rasanya pernah membaca dan mendengar dongeng. Mudah-mudahan saya juga bisa membacakan dongeng-dongeng yang bagus untuk buah hati saya Kifah. Dan membuatnya menari-nari dalam imaji yang indah di sebuah negeri dongeng.
"Dongeng itu ternyata luar biasa, ada kekuatan disana, yang membuat imaji menari-nari hingga akhirnya teladan lah yang bisa kita bawa ke alam nyata"
Semoga Bermanfaat
"Tulisan ini diikut sertakan dalam GA Semua tentang dongeng anak"