Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

PPDB Seleksi Usia, Mengatasi Masalah dengan Masalah

 



PPDB Seleksi Usia, mengatasi masalah dengan masalah


***


Daftarin anak ke sekolah di usia lebih tua agar lebih siap (NO)

Daftarin anak ke sekolah di usia agar bisa masuk ke sekolah negeri (YES)

 

Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo mengakui bahwa ada sejumlah orangtua mempermasalahkan kriteria usia yang dijadikan pertimbangan dalam sistem PPDB. Kebijakan mengenai kriteria usia, lanjut Heru, merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia dalam Sustainable Development Goals (SDGs).

Heru menjelaskan, tujuan dari penambahan kriteria usia dalam PPDB DKI Jakarta yakni agar siswa dari kalangan tidak mampu dan tertinggal bisa menikmati fasilitas pendidikan yang lebih baik dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang di masa depan. “Gubernur memprioritaskan anak-anak yang berusia lebih tua yang tertinggal serta sekolah di pinggiran untuk bisa masuk di sekolah negeri dan menikmati fasilitas pendidikan,” imbuhnya.


Sumber: 
https://mediaindonesia.com/humaniora/322211/kriteria-usia-dalam-ppdb-demi-pemerataan

 

Setaip tahun, tepatnya di tahun ajaran baru, di timeline facebook maupun sosial media lainnya pasti terjadi kekisruhan soal PPDB online. Isinya rata-rata adalah bentuk protes orang tua yang anaknya tidak bisa masuk ke sekolah Negeri karena tidak masuk kriteria usia. Hal ini tentunya menjadi sebuah keresahan, bagi kami selaku orang tua. Walau pun saya belum merasakannya langsung, namun, 2 tahun lagi, saya harus mendaftarkan anak saya ke Sekolah Menengah Pertama.

 

Banyak orang tua yang mengeluh, karena anak-anak mereka tidak bisa masuk ke sekolah negeri karena usia yang masih muda. Sementara, para pendaftar lainnya berusia jauh lebih tua, dan diprioritaskan masuk ke sekolah negeri tersebut.

 

Contohnnya pada kasus pendaftaran usia SMA, batas maksimal usia yang diperbolehkan adalah 21 tahun untuk masuk ke Sekolah Menengah Atas. Ketika para pendaftar dengan usia mendekati 21 tahun jumlahnya lebih banyak, otomatis, anak yang berusia 14-16 tahun tidak bisa masuk, kerena kuotanya sudah habis!

 

Merujuk pada pernyataan Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, pendaftaran sekolah negeri, seleksi berdasarkan usia ini diharapkan bisa menjadi solusi atas masalah anak-anak yang putus sekolah atau kaummiskin, agar bisa menikmati fasilitas pendidikan yang berkualitas.

Namun, nyatanya, peraturan ini membuat anak-anak yang berusia lebih muda (14-16 tahun, usia normal anak masuk SMA) terancam putus sekolah juga! Kalau sudah begini, menurut saya, sama seperti mengatasi masalah dengan masalah baru.

 

Kalau saya mencoba berpikir sendiri, solusi yang bisa diambil adalah:

 

1.Menunggu tahun berikutnya,agar usianya nambah lagi satu tahun.

2.Sekolah di sekolah Swasta aja, karena kemungkinan besar akan diterima.

 

Akan tetapi, jika pemerintah ‘memberikan’ solusi seperti ini, tidak semua orang tua bisa melakukannya.

Pertama, menunda sekolah anak itu bukanlah hal yang mudah. Bagaimana dengan semangat dan motivasi belajarnya? Apa yang anak harus lakukan di masa menunggu? Dan masalah lain yang akan muncul kemudian.

 

Kedua, dari sisi ekonomi. Tidak semua orang tua mampu menyekolahkan anak ke sekolah swasta, mengingat biayanya yang tidak murah. Kalau sudah begini, bukankah bisa memicu anak menjadi putus sekolah?

 

Lalu, dimana letak keadilan bahwa pendidikan adalah hak semua anak, sesuai dengan Undang-undang:


Pada pasal 9 (1), UU 23/2002 dikatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya

 

Hmmm, sementara definisi anak menurut undang-undang adalah:


UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAKDalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: ... Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

 

Gimana dong yang usianya sudah 21 tahun???

 

Bagaimana Solusinya?

Saya sendiri memikirkan beberapa hal yang bisa dilakukan, agar akses pendidikan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.


1.Menambah jumlah sekolah, sesuai dengan data anak berusia sekolah di wilayah tertentu. Menambahkan kuota pendaftar peserta didik baru, tanpa menambah jumlah sekolah, sama seperti sebuah bis yang ingin mengangkut banyak penumpang, tapi kursinya gak ada penambahan, ya gak bisa ikut semua akhirnya.


Solusinya, menunggu bis gratis lain? Atau pakai bis lain yang pakai tiket/tarif lebih mahal.

 

2.Menurunkan range batasan usia anak, jangan sampai 21 tahun. Karena semakin besar range-nya tentu makin banyak jumlah pendaftarnya.

 

Lalu, bagaimana dong untuk pemerataan pendidikan anak-anak yang putus sekolah? Terutama yang sudah menginjak 17+ ?

 

3.Maksimalkan program kesetaraan atau paket C, dong!


Paket C (kejar paket C) adalah pelayanan pendidikan pada jenjang menengah kejuruan melalui jalur non formal. Program paket C merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat usia sekolah dan usia dewasa yang karena berbagai sebab tidak melanjutkan pendidikan.

 

Jadi, kalau dilihat dari definisi di atas, sebenernya, untuk usia yang sudah dewasa, bisa mendapatkan pendidikan pada program kejar paket C. Nah, program paket C ini bisa dikembangkan menjadi lebih baik tentunya.

 

Saya ingat, ketika SMA dulu, ada SMA kelas terbuka untuk anak lainnya. Sekolahnya hanya hari Jum’at dan Sabtu, namun nanti akan tetap sama mendapatkan Ijazah dari SMA. Menurut saya, program ini sangat bagus untuk mengentaskan masalah kesempatan belajar.

 

Nah ini, saya menemukan sebuah jurnal tentang Sekolah Terbuka dengan judul, SEKOLAH MENENGAH ATAS TERBUKA (SMA TERBUKA): SEBUAH MODEL PENDIDIKAN YANG FLEKSIBEL.

 

Berikut abstraksinya:

Data Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (BalitbangDepdiknas, 2000) mengungkapkan bahwa pada tahun ajaran 1999/2000 terdapat jumlah lulusan SMP/MTs sebanyak 2,66 juta orang. Dari jumlah lulusan ini, yang melanjutkan pendidikan ke tingkat pendidkan berikutnya hanya 1,78 juta anak (66,9%). Pada tahun yang sama, jumlah peserta didik yang putus sekolah pada pendidikan sekolah menengah berjumlah 243.100 peserta didik dari 5,6 juta peserta didik (9,03%). Apabila data ini dapat dianggap sebagai keadaan ratarata setiap tahun, maka akan terjadi akumulasi yang semakin besar dari tahun ke tahun mengenai jumlah peserta didik yang putus sekolah pada pendidikan menengah dan peserta didik yang tidak melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah; terlebih lagi jika tidak dilakukan intervensi. Menghadapi keadaan yang demikian ini, dibutuhkan suatu model/sistem pendidikan alternatif yang inovatif dan fleksibel yang dapat mengatasi masalah/kendala kesempatan belajar. Dalam kaitan ini, SMA Terbuka sebagai sebuah alternatif model/sistem pendidikan yang inovatif dan fleksibel telah dirintis di 7 lokasi di 6 provinsi sejak tahun 2001/2002. Tulisan ini akan membahas berbagai aspek tentang model/sistem pendidikan SMA Terbuka sebagai sebuah model pendidikan yang fleksibel.

 

 Sumber: Jurnal Teknodik Vol. 12 No. 2, Desember 2008

 

Di beberapa berita online yang saya baca, sekolah terbuka ini memang belum dioptimalisasi keberadaanya. Dan saya pun tidak tahu, apakah sekarang masih ada konsep sekolah terbuka seperti ini?


Padahal, dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, Pembelajaran Jarak Jauh dengan model Blended Learning (Online dan Offline) harusnya bisa dioptimalisasi dengan baik.


Helooo, ini udah tahun 2021 dimana seorang bayi pun sudah punya akun tik-tok dan Instagram.

 

Peraturan dan Realita


Menurut saya, sebagai orang awam, hanya seorang orang tua biasa, yang namanya peraturan adalah hal yang fleksibel, seperti halnya peraturan yang saya terapkan di rumah untuk anak-anak saya. Kalau ada masalah, ya saatnya monitoring dan evaluasi. Jika ada masalah, kita harus temukan solusi agar semuanya bisa berjalan seadil-adilnya. Solusi masih melahirkan masalah? Ya terus dicari akar permasalahannya sampai dapat dan buat solusi lagi yang lebih baik.


Karena bagaimana pun, kita tidak boleh bertindak tidak adil bagi sebagian orang. Apalagi jika konteksnya pemerintah atau negara, tentu harus memberikan win-win solution bagi masyarakatnya.

 

Baiklah, itu saja opini saya tentang PPDB yang menyeleksi anak berdasarkan usia, menurut saya hal ini justru mengatasi masalah dengan masalah baru. Menyelamatkan yang putus sekolah, namun membuat yang lain terancam putus sekolah.

 

Semoga pihak-pihak terkait bisa segera menyelesaikan masalah ini. Ada komentar atau solusi lain? Yuk sharing di kolom komentar.

 

*Biasakan diskusi yang membangun ya, bukan saling menjatuhkan. Terima kasih.


My Bigger Dream, Ikigai dan Connecting Mama

 

review laptop asus


 

“If You can Dream it, You can do it”


Salah satu hal yang saya pikirkan Ketika berada di dalam rumah menjadi ibu rumah tangga adalah, apa yang bisa saya lakukan untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya?


Karena yang saya rasakan, setelah menjadi ibu rumah tangga yang setiap hari di rumah saja, mimpi-mimpi yang saya jaga selama ini seperti berangsur-angsur meredup. Dalam hati selalu terucap:


 “Ah, udahlah, gak usah mimpi tinggi-tinggi, udah jadi ibu rumah tangga, udah ‘berumur’ juga”


review laptop asus



Jujur, terkadang, saya patah hati, ketika melihat teman-teman yang ‘karirnya’ melesat, misalkan bekerja untuk bisa mengabdi kepada negara dan masyarakat, atau bisa belajar dan mencari ilmu pengetahuan hingga jenjang yang tinggi. Tentu, rasa ingin bisa melakukan hal yang sama, kadang terbersit dan membuat diri ini menjadi ‘Insecure’.


Memang, hal yang paling sulit itu adalah menyemangati diri sendiri, setuju, gak? Mungkin kalau orang lain meminta semangat, kita bisa memberikannya, tapi ketika diri sendiri yang sedang down, hmmm butuh kerja keras untuk bangkit kembali.

 

Pertama Kali Ngeblog

 

Tahun 2014 adalah tahun pertama kalinya saya membuat blog dengan domain www.tettytanoyo.blogspot.com. Sebelumnya memang  saya sudah memiliki blog, namun hanya blog seorang mahasiswa yang isinya hanyalah sekumpulan tugas-tugas kuliah.


Ketika saya menjadi ibu rumah tangga yang setiap hari full time di rumah, saya baru ingat, kalau ada platform yang bisa saya gunakan untuk menulis dan menuangkan ide-ide saya, yaitu blogspot. Segera saya membuat akun blog, dan mulai mengisinya dengan konten-konten curhat, opini, ide, dan lain sebagainya. Dan waktu itu, saya hanya blogger yang sendirian saja, belum tau kalau ada orang lain yang juga hobi ngeblog, terutama ibu rumah tangga seperti saya ini.

 

Hingga pada suatu saat, saya menemukan sebuah Komunitas Emak Blogger, bergabung di dalamnya dan akhirnya menjadi bagian Emak-emak yang hobi menuangkan ide dan kreativitas lewat blognya. Pada saat itu, kami saling blogwalking atau saling berkunjung ke blog masing-masing, dan disanalah saya melihat blog-blog yang keren, baik dari segi tulisan maupun lay out blog itu sendiri.

 

The Ikigai

 

“Teteh suka seneng kalau habis ngerajut, walau tengah malam sedang lelah, dengan menjahit atau merajut, teteh senang dan bahagia.” Seorang kakak tingkat saya bercerita tentang hobi menjahit dan merajutnya.

“Kalau Tetty apa yang bikin Tetty bahagia?” Kemudian ia bertanya.

“Saya paling suka ngeblog, Teh. Kalau udah nulis blog, rasanya plong, walaupun dalam kondisi capek sekalipun, justru blog lah yang memberi energi baru.”

 

Sejak saat itu, hingga saat ini, saya benar-benar suka dunia blog dan media sosial. Kemudian saya bertanya-tanya, apa ngeblog dan sosial media ini menjadi ‘IKIGAI’ saya? Yang harus saya rawat dan tumbuhkan setiap harinya.


Setelah saya pahami, semakin lama terjun di dunia digital, ternyata memiliki sebuah blog, hampir sama seperti memiliki anak. Ia harus kita rawat dengan baik, diberikan sentuhan yang baik, dan kita jaga sebagaimana merawat seorang anak dengan penuh kasih sayang. Entahlah, bagi saya rasanya benar-benar seperti itu.


Pernah suatu saat, saya lama meninggalkan blog karena hamil dan melahirkan, namun perasaan ingin kembali terus hadir, saya rindu merawat dan berinteraksi dengan blog saya itu. Walau hanya menambahkan foto, mengganti header, atau membaca/membalas komentar pembaca.


Ya, ternyata memang sesayang itulah saya dengan dunia digital khususnya blog, dan saya merasa, menulis dan merawat blog adalah Ikigai saya selama ini.


Dalam tulisannya, The Book of Ikigai, Ken Mogi, Ph.D, menuliskan apa itu Ikigai dan bagaimana kita melihat sesuatu sebagai sebuah Ikigai atau Passion. Ikigai sendiri bisa dikatakan passion, atau hal yang membuat kita bahagia, dan dengan senang hati kita lakukan setiap hari tanpa keluhan. Konsep Ikigai ini lahir di Jepang, dan dituangkan ke dalam sebuah buku yang di tulis oleh Ken Mogi, Ph.D.


review laptop asus



Berikut adalah 5 Pilar Ikigai, buah pemikiran Ken Mogi, yakni:


1.    1. Diawali dari hal-hal kecil. Menemukan sebuah Ikigai atau Passion ternyata bukan hal yang rumit, cukup dengan mulai mengamati dan memulai hal kecil yang sering kita lakukan dan membuat kita bahagia. Kebahagiaan bukanlah sebuah kerumitan, kebahagiaan justru diawali dari hal yang kecil dan sederhana.

 

2.   2. Bebaskan dirimu. Banyak orang yang tidak mampu atau mau membebaskan diri. Banyak orang yang justru terkekang karena menjalani hidup atas pilihan, perkataan, atau pandangan orang lain. Mereka tidak mampu mengejar Ikigai atau Passion mereka sendiri karena terbelenggu oleh pikiran-pikiran mereka sendiri.

 

3. Keselarasan dan kesinambungan. Konsep Ikigai datang dari negeri matahari terbit, yakni Jepang. Masyarakat Jepang sangat menjunjung tinggi keselarasan kehidupan manusia dengan alam, atau lingkungan. Maka dari itu mereka sangat menghormati terbitnya Matahari setiap pagi, dan menjadi “Morning Person” yang siap bersinergi dengan alam. Dan kebiasaan baik yang mereka lakukan setiap hari, dilakukan secara berkesinambungan dan menjadikannya sebuah Ikigai atau passion

 

4.   4. Ikigai adalah kegembiraan dengan melakukan hal-hal kecil. Orang mampu mendapatkan kepuasan hidup dengan melakukan hal-hal yang dilihat orang lain merupakan hal yang kecil dan tak berarti. Dalam The Book of Ikigai, diceritakan bagaimana seseorang bisa bekerja, ‘hanya’ menjadi seorang koki, pesumo, namun memiliki kebahagiaan hidup yang sangat baik.

 

 

5.   5. Hadir di tempat dan waktu sekarang. Ikigai atau Passion ini hadir di waktu sekarang, dimana kita sedang menjalani hidup. Ikigai hadir untuk menjadikan hari-hari kita lebih bersemangat dan lebih bahagia.

 

Setelah membaca ‘Konsep Ikigai’ saya semakin yakin, bahwa dunia digital khususnya blog adalah salah satu Ikigai atau Passion yang membuat saya bersemangat dan lebih bahagia menjadi diri saya sendiri.

 

Menginisiasi Komunitas Mama Digital, Connecting Mama

 

review laptop asus


Ketika dunia digital ini telah memberi saya banyak hal yang sangat positif, saya ingin sekali memberikan atau berbagi perasaan yang sama kepada orang lain, terutama bagi ibu rumah tangga yang sekarang lebih senang saya sebut dengan sebutan ‘Mama Digital’. Karena Ibu rumah tangga saat ini, sudah sangat ‘melek’ dengan dunia digital dan pasti bisa memanfaatkannya dengan baik.


Mom War yang menyebalkan dan menjadi biang keladi kegaduhan yang terjadi antar Mama atau Ibu ini menjadi salah satu alasan saya berinisiasi membuat Komunitas Mama Digital Connecting Mama bersama rekan-rekan Blogger yang sama-sama mencintai dunia digital.


Mungkin kita sering mendengar, perdebatan antara Ibu bekerja dan Ibu yang memilih tidak bekerja/di rumah saja. Saya pikir, kenapa pertanyaannya tidak diubah saja, menjadi “Sekarang berkarya dimana?” bukan dengan pertanyaan “Sekarang bekerja dimana?”

 

Karena berkarya bisa dilakukan dimana saja, berkarya bisa melalui ranah publik atau pun dari dalam rumah. Berkarya itu tanpa batasan, sedangkan konteks bekerja, biasanya harus berkantor dan memiliki jam kerja tertentu.


Komunitas Mama Digital, Connecting Mama yang saya inisiasi bersama rekan-rekan blogger, saya harap menjadi sebuah jembatan akan itu semua. Tidak ada perbedaan antara ibu bekerja di kantor ataupun ibu dirumah. Karena dimanapun kita berada, karya kita lah yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Daripada berdebat dan bertengkar membela diri, lebih baik kita sama-sama bersinergi untuk saling menguatkan satu sama lain.

 

My Bigger Dream

 

Salah satu mimpi yang saya ingin wujudkan adalah membuat Connecting Mama ini menjadi Komunitas Mama Digital yang bisa bersinergi dengan banyak pihak. Agar para Mama Digital bisa terus produktif dan berkarya khususnya di ranah digital.


Saya pun berharap, Connecting Mama menjadi rumah yang nyaman untuk para Mama Digital saling memberdayakan dan saling mensupport satu sama lain. Karena tidak ada kesuksesan sebuah karya tanpa support dari orang lain.


Connecting Mama sendiri sudah menyelenggarakan beberapa pelatihan dan sharing session, diantaranya:


1.       Pelatihan menulis novel online

2.       Strategi membuat konten instagram

3.       Public Speaking

4.       Food Photography untuk pemula

5.       Podcast untuk pemula

6.       Sukses membangun personal branding

7.       Tips and Trick membuat foto flatlay

 

Wujudkan Bigger Dream jadi Nyata


Mimpi yang hanya didiamkan begitu saja ketika mata terpejam, hanya akan menjadi mimpi semata. Sedangkan mimpi yang diusahakan, diubah menjadi sebuah visi dan misi, insya alloh suatu saat akan menjadi kenyataan. Itulah prinsip yang saya pegang sejak dulu.

 

Punya mimpi? Jangan takut gagal! Wujudkan!

 

Mimpi saya untuk membesarkan Komunitas Mama Digital Connecting Mama membuat saya banyak mengubah gaya hidup, kebiasaan, bahkan ‘peralatan tempur’ saya sebagai blogger dan Mama Digital. Seperti kedisiplinan untuk membuat konten digital, personal branding, berkomunikasi dengan para member komunitas, upgrade ilmu pengetahuan, upgrade kamera, gadget, hingga laptop atau PC.

 

Kenapa?

 

Karena saya pikir, untuk Go Extra Miles mewujudkan My Bigger Dream, saya juga harus memiliki kebiasaan dan ‘peralatan tempur’ ekstra juga, dong.

 

review laptop asus


Bicara soal ‘alat tempurnya’ seorang Blogger atau Mama Digital, laptop, PC atau Personal Computer ini jadi alat tempur yang paling utama. Karena memang melalui kecanggihan laptop atau PC itulah, karya-karya akan lahir dari seorang Blogger atau Mama Digita. Setuju?


Salah satu laptop yang menurut saya pas untuk kebutuhan saya yaitu laptop ASUS VivoBook 15 A516. Keistimewaan laptop ini salah satunya adalah layar yang lebar dan luas yaitu 15.6 inci dengan 178 degree wide viewing angle.


review laptop asus



Kelebihan ASUS VivoBook 15 A516 lainnya adalah:


Menggunakan Windows 10 Home - ASUS recommends Windows 10 Pro for business.


Up to 10th gen Intel® Core™ i5 processor.


Up to NVIDIA® GeForce® MX330.


Up to 8 GB memory.


Up to 1 TB HDD + 256 GB SSD. Wow, ekstra besar juga untuk penyimpanannya, ya.


Up to 15.6” FHD NanoEdge display. Layar yang lebih luas, memungkinkan mata lebih nyaman ketika bekerja menggunakan ASUS VivoBook 15 A516.


Optional fingerprint sensor.


Stylish with multiple color options, yakni Transparent Silver dan Slate Grey yang mempesona.


review laptop asus



Beratnya hanya 1,8 Kg. Ringan dan mudah dibawa bepergian.


review laptop asus


Selain itu, layar yang lebih luas atau wider ini memang sedang menjadi tren tersendiri, karena memang sesuai dengan kebutuhan digital di masa kini, terutama di masa Pandemi Covid-19 diaman semua pekerjaan dilakukan secara digital atau daring/online.


“Komputer masa kini memiliki tampilan berbeda karena mereka memang berbeda. Dengan solid-state drive (SSD) dan teknologi terkini, Anda mendapatkan kecepatan, keamanan, ketahanan, dan desain yang cantik. Kami telah melakukan jajak pendapat, dan hasilnya, orang-orang lebih senang saat bepergian dengan PC modern.”


“Nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap –

PC sudah termasuk Office Home & Student 2019. Aplikasi Office versi lengkap

(Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan

diharapkan oleh penggunanya. Penggunaan aplikasi Office seumur hidup dapat

memastikan Anda untuk selalu memiliki akses ke fitur yang Anda kenal dan sukai.

Dilengkapi dengan 100% aplikasi Office asli, software juga akan terus

mendapatkan pembaruan keamanan yang rutin untuk melindungi perangkat, program

dan data Anda.”


“Laptop dengan prosesor Intel® Core™ 10th Gen

series ke atas didesain untuk performa dan mobilitas. Dengan efisiensi yang

tinggi serta dimensi thin and light, laptop menawarkan peningkatan performa dan

produktivitas untuk penggunanya. Konektivitas WiFi generasi terbaru juga

memungkinkan transfer data 3x lebih cepat dibanding generasi sebelumnya.”


Bigger Dream, Wider Screen

 

Memiliki mimpi besar tentu harus juga memiliki 'pandangan yang luas'. Bukan hanya soal layar gadget atau laptop yang harus luas agar kita semakin nyaman berkarya, tapi kita pun harus mampu memandang segala sesuatu lebih luas lagi. Untuk apa? Untuk memetakan strategi, mengembangkan jaringan, dan membuat step-step untuk mewujudkan segala mimpi-mimpi kita.


review laptop asus


 

Sekali lagi, mimpi saya adalah menjalani Ikigai dan Passion saya dalam dunia digital khsusunya Blogging. Kemudian, menjadikan Komunitas Mama Digital Connecting Mama menjadi sebuah komunitas atau rumah bagi para Mama Digital di seluruh Indonesia bahkan dunia, nyaman untuk berkarya, berdaya, dan bersinergi satu sama lain.

 

When I have a Bigger Dream, So I will have ‘a wider screen’ to see and found the biggest chance to get a better life for me and the others.

 

So, whats your Bigger Dream?

 

“Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS - 15 Inch Modern PC.     Bigger Dream, Wider Screen Writing Competition bersama dewirieka.com”.

 



Mengajak Anak Bermain Sambil Belajar di Rumah Bersama Seaventure




Assalamu’alaikum.

Alhamdulillah, hari ini saya masih bisa menyapa teman-teman on line dengan sehat waql ‘afiat. Semoga teman-teman on line dimanapun berada juga sehat dan bahagia selalu yaa.


Apa kabar juga nih, anak-anak dan keluarrga di rumah? Apakah masih beraktivitas di rumah? Atau sudah ada yang beraktivitas normal? Berangkat ke kantor atau ke sekolah? Semoga semuanya diberikan kesehatan dan kelancaran disetiap aktivitasnya ya, amiin.


Bicara soal aktivitas, selama setahun lebih Pandemi Covid-19. Kita semua pasti mengalami kejenuhan yang luar biasa, termasuk anak-anak.


Dilansir dari website pmpk.kemendikbud.go.id, pada masa Pandemi ini, banyak yang mengalami Culture Shock terhadap proses belajar keaksaraan. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, kendala banyak dialami oleh guru dan juga siswa.


Selain itu, orang tua juga kesulitan untuk memahami pelajaran dan memotivasi anak saat mendampingi belajar di rumah.


Yaps. Itu pun yang saya rasakan sebagai orang tua yang mendampingi Kifah sekolah daring semenjak kelas 3 semester kedua hingga sekarang sedang Ujian Akhir Semester kelas 4  (Akan naik ke kelas 5). Belajar daring itu sangat melelahkan, baik fisik dan juga mental. Baik untuk anak dan juga orang tua.


Tantangan Orang Tua di Masa Pandemi


Sekolah daring yang penuh lika-liku


Selain tantangan sekolah daring, tantangan lainnya sebagai orang tua di masa pandemi ini adalah memberikan aktivitas yang menyenangkan, bermanfaat, menghibur sekaligus juga memiliki nilai edukatif untuk anak.


Pada masa awal pandemi, semua orang tua mungkin masih semangat untuk memberikan aktivitas permainan atau pun pembelajaran bagi anak di rumah. Namun, seiring berjalannya waktu, banyaknya aktivitas domestik yang harus dikerjakan, banyaknya peran yang harus dimainkan (plus menjadi guru dan kepala sekolah, nih, di rumah), menjadi karyawan karrena harus WFH, membuat orang tua juga ikut kelelahan.


Biasanya, kalau orang tua sudah jenuh dan lelah, emosi juga lebih sukar dikontrol dan takutnya akan berimbas kepada kondisi psikologis anak-anak.


Tantangan Anak di Masa Pandemi


Selain orang tua, anak juga turut merasakan berbagai dampak di masa Pandemi. Beberapa tantangan yang dialami oleh anak adalah:


1. Hilangnya Akses Pendidikan

Belajar secara daring menjadi pilihan di saat pandemi covid-19 ini. Namun, rendahnya akses internet dan kepemilikan fasilitas pendukung sekolah online, membuat anak terancam putus sekolah.


2. Pembatasan Aktivitas di luar rumah


Anak-anak seharusnya memiliki aktivitas fisik yang cukup di luar rumah, karena anak masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan olah tubu atau kegiatan motorik untuk menstimulasi kecerdasannya. Akibat pandemi, frekuensi anak-anak beraktivitas di luar rumah seperti bersepeda, bermain bola, dll menjadi sangat berkurang.


Anak-anak menjadi kesulitan beraktivitas di luar rumah selama Pandemi


 3. Hilangnya Sosialisasi

Anak-anak menjadi kehilangan kesempatan bersosialisasi dengan teman-teman atau pun orang dewasa lainnya karena keterbatasan akses keluar rumah. Banyak sekali orang tua yang mencemaskan aspek sosialisasi tidak berkembang pada anak.


4. Anak Menjadi Stres


Karena tingkat kejenuhan yang makin memuncak, anak juga bisa mengalami stres. Karna tidak berkomunikasi dengan teman, tidak bermain dan melakukan aktivitas yang menyenangkan. Di rumah mungkin hanya belajar dan bermain dengan gadget.


5. Rawan Terjadi Tindak Kekerasan di dalam Rumah

Selain dampak di atas, anak juga dikhawatirkan mendapatkan kekerasan di dalam rumah, dan tidak diketahui oleh pihak sekolah atau lingkungan masyarakat.

 

Paddle Pop Main, Yuk! Seaventure!


Pada hari Jum’at, 28 Mei 2021 lalu, saya dan rekan-rekan Emak Blogger bersama Komunitas Kumpulan Emak Blogger, mengikuti Gathering On line via Zoom Meeting bersama Paddle Pop Main Yuk! yang bertema SEAVENTURE, yaitu mengenal dunia bawah laut secara virtual. SEAVENTURE ini juga bekerja sama dengan Jakarta Aquarium, yang b ertujuan untuk mengenalkan dunia bawah laut kepada anak-anak melalui kanal website www.paddlepopmainyuk.com


Para Narasumber


Memoria Dwi Prasita, Head of Marketing Ice Cream Unilever Indonesia mengatakan bahwa, munculnya ide bermain virtual bersama Paddle Pop ini karena Paddle Pop mendengar ‘keluhan’ para ibu yang sudah sangat jenuh dan kehilangan ide untuk bermain dengan anak di rumah saat pandemi Covid-19 ini.


“Paddle Pop sendiri memang merasa bahwa Paddle Pop harus menghadirkan value yang menjadi solusi untuk orang tua di masa pandemi seperti sekarang ini. Maka dari itu, Paddle Pop membuat arena bermain sambil belajar yaitu SEAVENTURE, yang bekerja sama dengan Jakarta Aquarium untuk mengenalkan dunia bawah laut kepada anak.”


Periode Seaventure sendiri adalah sejak bulan April-Juni, bisa diakses di www.paddlepopmainyuk.com dengan cara memasukkan kode unik pada website. Kode unik tersebut, didaptkan hanya dengan membeli 4 es krim Paddle Pop rasa apa saja. Mudah kan?

 

Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itibiliana Hariwidjojo, S.Psi Psikolog, pada Zoom Meeting bersama Paddle Pop kemarin mengatakan bahwa memang pandemi ini sangat berdampak pada anak dan keluarga. Banyak orang tua yang khawatir dengan kegiatan dan proses sosialisasi anak-anak nanti.


Banyak juga orang tua yang anaknya takut kecanduan gadget, karena tidak beraktivitas normal seperti biasanya.


“Tidak apa-apa gadget diberikan kepada anak, asalkan kontennya edukatif dan ada pengawasan dari orang tua. Karena kuncinya adalah pendampingan dan keterlibatan orang tua dalam setiap kegiatan atau aktivitas anak.” Jelas Bunda Vera.

 

Tips Bermain Bersama Anak di Masa Pandemi


Ada tips bermain bersama anak ala Bunda Vera, apa saja itu?




1. Varian Mainan


Varian mainan juga harus menjadi perhatian orang tua. Agar anak tidak mudah bosan, sediakan beragam permainan di rumah. Tidak usah yang terlalu wah, yang penting anak bisa bermain dengan aman dan nyaman. Dan ingat, bahkan tubuh orang tua adalah permainan yang sangat menyenangkan bagi anak-anak.


2. Manfaatkan Gadget, Jangan Dihindari


Menurut Bunda Vera, gadget sebaiknya dimanfaatkan untuk hal yang bermanfaat dan memiliki nilai edukatif. Jangan lupa pengaturan dan pendampingan orang tua saat anak bermain gadget, ya.


3. Perhatian dan Keterlibatan Orang Tua


Secanggih apapun mainannya, tanpa orang tua terlibat, tentu anak akan merasa kurang bahagia. Karena bagi anak, keterlibatan kita lah yang menjadi kunci agar aktivitas bermain dan belajar mereka menyenangkan.


Kenapa, sih, anak harus merasa senang dan bahagia? Karena menurut Bunda Vera, ketika anak senang dan bahagia, ketika kita memberikan pelajaran apapun maka akan mudah diterima dan diserap oleh anak-anak.


Selain itu, agar mampu menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas anak, maka tanyakan saja kepada anak setiap hari, “Mau main apa hari ini?” Pertanyaan ini akan membuat anak berpikir lebih kreatif untuk menciptakan aktivitas menyenangkan walau di rumah saja.

 

Cerita Bunda Diana Rikasari





Siapa yang tidak mengenal Diana Rikasari? Seorang Blogger dan Fashion Designer yang tekenal sangat kreatif. Bunda Diana Rikasari, kini memiliki anak-anak yang juga beraktivitas dari dalam rumah karena pandemi.


Ada tips nih, dari Bunda Diana, agar di rumah bisa menyenangkan dengan beraktivitas bersama anak:


1. Sediakan barang-barang yang merangsang kreativitas anak untuk membuat DIY atau Do it Yourself. Seperti gunting, kertas, lem, kain, dll.


2. Hati kita harus legowo kalau rumah berantakan, hehe. Turunkan ekspektasi rumah rapi dulu ya, Bund. Semuanya semata demi anak-anak yang sedang bereksplorasi dengan kreativitasnya.


3. Terlibat dengan aktivitas anak. Lagi-lagi tentang keterlibatan kita sebagai orang tua ya. Karena memang apapun aktivitasnya. Sesederhana apapun itu, keterlibatan orang tua lah yang menjadi kuncinya.

 

DIY Membuat Tabung Oksigen dan Kacamata Selam




Ngomongin soal DIY, kemarin, saat acara bersama Paddle Pop. Saya dan anak-anak membuat DIY tabung oksigen dan kacamata renang, lho.




Anak-anak sukaaaa, udah lama banget rasanya gak bikin mainan sendiri begini. Walaupun emaknya yang dominan ngerjain DIY-nya, mereka tetap suka melihat proses pembuatannya dan hasil akhirnya ternyata bagus dan menarik untuk jadi bahan permainan di rumah.

 

Ikutan Seaventure, Yuk!




Seperti yang sudah saya bahas di atas, Paddele Pop meluncurkan Paddle Pop Main Yuk! Seaventure. Anak-anak akan belajar mengenai dunia bawah laut secara virtual bersama Paddle Pop.


Ada informasi edukatif tentunya, kuis, dan aktivitas seru lainnya.


Bagaimana cara ikutan Seaventure?








1.Beli 4 es krim Paddle Pop varian apa saja

2. Foto dan kirim struk pembelian es krim ke whatspp 0858 1223 1223

3.Masukkan kode unik yang sudah didapatkan ke www.paddlepopmainyuk.com


Periode bermain Seaventure ini April-Juni yaaa.


Eits, ada bocoran nih, Mak. Akan ada petualangan baru dari Paddle Pop, yaitu Wisata Antariksa, Liburan ke Planet Mochi. Woooww, cann’t wait!

 

Siapa yang sudah coba ikutan Seaventure juga? Gimana nih respon anak-anak? Sharing yuk di kolom komentar.