Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

Penyerahan Bantuan Pengisian 1.100 Tabung Oksigen dari Ultra Voucher bagi Masyarakat Penyintas Covid-19 Melalui Relawan Siaga

 



Assalamu’laikum teman-teman on line, apa kabarnya hari ini? Sehat kah?

 

Pertanyaan seperti itu, sebelumnya nampak sekedar ‘basa-basi’. Naum, dikala Pandemi seperti ini, pertanyaan tersebut menjadi sangat berarti. Apakah kawan, saudara, atau bahkan keluarga kita, benar-benar sedang dalam keadaan sehat wal 'afiat atau tidak.


Karena setiap harinya, banyak sekali kabar teman atau keluarga kita yang terkena Covid-19 bahkan hingga meninggal dunia. Sungguh, keadaan Indonesia sedang sangat mencekam, karena adanya Pandemi Covid-19 ini.

Menjaga Kesehatan Wajah selama Pandemi. Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream

 

Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Selama Pandemi, transaksi pembelian skincare di beberapa E-Commerce mengalami kenaikan

 

Beberapa berita di media online yang saya baca kemarin, pembelian skin care di E-Commerce mengalami kenaikan. Setelah pembelian makanan, ternyata, selama Pandemi ini, banyak orang yang menjadikan skin care menjadi kebutuhan selanjutnya untuk menjaga kesehatan wajah dan juga menjadikan skin care routine sebagai aktivitas baru atau bisa juga untuk merelease stres karena Pandemi.

 

Begitu pun dengan saya, awalnya saya takut membelanjakan uang selain makanan dan kebutuhan pokok, karena memang kondisi ekonomi negara kita dalam masa Pandemi sedang tak menentu. Namun, nyatanya, membiarkan wajah tidak terawat karena gak pakai skin care juga bisa membuat stres. Lho!

 

Lihat jerawat di pagi hari ketika bangun tidur, atau liat wajah kusam ketika difoto itu juga malah bikin stres tersendiri. Karena walaupun kita tidak sering keluar rumah, pikiran kita, makanan yang kita konsumsi, dan juga faktor hormonal, juga bisa mempengaruhi kondisi kulit.

 

Menurut berita di Kompas.com, terjadi pergeseran gaya hidup diakibatkan karena Pandemi. Tren pembelian skin care menjadi melonjak ketimbang pembelian make up. Karena memang banyak orang yang melakukan Work from Home.

 

Bahkan, dari berita lainnya yang saya baca, kaum pria pun kini banyak membeli produk skin care, lho! Wah, pandemi ini memang sedikit banyak  mengubah gaya hidup kita ya, termasuk dalam urusan merawat wajah.

 

Bagaiamana cara menjaga kesehatan wajah selama Pandemi?

 

1.Tetap makan makanan yang bergizi seimbang


Jangan sampai karena stres, kemudian kita jadi banyak mengonsumsi makanan ‘sampah’ atau junk food, ya. Atau karena mager, setiap hari memesan makanan via ojek online. Untuk mendapatkan kulit yang tetap terjaga kesehatannya, tetap makan makanan yang bergizi seimbang. Buah dan sayur jangan sampai dilupakan.

 

2.Banyak minum air putih


Ini pun menjadi PR untuk saya pribadi. Minum banyak air putih. Karena memang kita seringkali lupa (karena banyaknya pekerjaan) konsumsi air putih pun menjadi berkurang. Padahal air putih ini sangat baik untuk menghidrasi kulit kita, termasuk kulit pada area wajah.

 

3.Tetap memakai tabir surya


Walaupun di rumah aja, tabir surya tetap diperlukan untuk menjaga wajah dari radikal bebas, debu, dan sengatan matahari. Apalagi sebagai ibu rumah tangga, saya tetap keluar untuk menjemur pakaian, atau untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari ke mini market, toko, atau ke tukang sayur langganan.

 

4.Membersihkan wajah


Duh, jangan lupa membersihkan wajah ya, walaupun banyak di rumah aja. Karena saat keringat ada di wajah, atau pun wajah berminyak, debu dan kotoran tetap bisa menempel dan membuat wajah menjadi kusam atau berjerawat.

 

5.Menggunakan skin care yang tepat


Banyak sekali varian skin care yang dijual di pasaran. Ada yang lokal, ada yang dari luar negeri, ada yang harganya menguras kantong, dan ada juga yang ramah (low budget). Tapi memang, yang penting dalam memilih skin care, jangan lupa dilihat kandungannya, bebas merkuri dan Hydroquinon,  jaminan keamanan dari BPOM ya. Supaya kita tetap aman dan nyaman dalam menggunakan skin care dalam merawat kesehatan wajah kita.

 

Review Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Mencoba pakai Scarlett lagi



Saya udah gak asing lagi dengan produk Scarlett ini. Karena saya sudah coba Body Care dan Serumnya juga. Keduanya produknya bagus-bagus. Paling suka sama Body Carenya, wajib coba pokoknya!

 

Dan sekarang saya mau review produk Brightly Ever After Day and Night Cream. Saya pilih produk ini, karena wajah saya alhamdulillah udah gak terlalu berjerawat, jadi saya fokus ke produk yang membuat wajah cerah aja. Males aja kan liat wajah kusam, hahaha.

 

Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Kali ini, coba Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Brightly Ever After ini ada dua macam, yaitu Day Cream dan Night Cream. Saya pakai rutin setiap hari, hampir dua minggu ini. Saya review satu-satu berdarkan wangi, tekstur, dll.

 

1.Aroma


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Creamnya  memiliki aroma lembut, tidak menyengat.


Selain Body Care-nya yang enak wanginya, ternyata wangi Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini enak banget. Kalau serumnya itu cenderung gak ada wanginya, nah, kalau Brightly Ever After Day and Night Cream ada wanginya, dan wanginya soft. Saya suka.

 

2.Kemasan


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Kemasannya cukup elegan


Isi Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini masing-masing 20 gram. Kemasannya cantik dan cukup eye catching kalau menurut saya. Walaupun produk lokal, Brightly Ever After Day and Night Cream ini sama sekali gak jauh beda dengan kemasan-kemasan skin care luar negeri.


Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini berawarna PINK, ya. Kalau untuk yang Acne series itu warnanya ungu.

 

3.Tekstur


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini pastinya bertekstur cream ya. Etapi, ada bedanya ini. Wajah saya kan berminyak, biasanya itu gak terlalu cocok dengan produk cream, karena akan membuat wajah semakin berminyak. Nah, Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini beda. Walaupun teksturnya cream, dia tetap bisa menyerap maksimal di kulit wajah dan gak menyisakan minyak-minyak berlebihan gitu di wajah. Karena saya pernah pakai produk skin care cream, kok malah jadi berminyak banget. Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini ngga ternyata, alhamdulillah.

 

4.Kandungan dan Manfaat


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream



Kandungan Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream adalah Niacinamide, Hexapeptide-8, Gluthatione, Rainbow Algae, Aqua Peptide Glow, Rosehip Oil, Poreaway, Triceramide, Natural Vit C dan Green Cavair.


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Manfaatnya adalah meningkatkan kelembapan dan elastisitas kulit, membantu mencerahkan kulit dan memudarkan bekas-bekas jerawat, menyamarkan pori-pori, garis halus, dan mengencangkan kulit wajah.

 

5.Progres Pemakaian


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Selama pemakaian, saya pakai pagi dan malam hari sebelum tidur. Selama dua minggu pemakaian, rasanya gak ada break out atau efek samping apapun, alhamdulillah berarti cocok di kulit wajah saya.  Yang paling saya rasakan adalah kulit menjadi lebih lembap, terutama ketika bangun tidur. Untuk kesan ‘bright’ atau mencerahkan sendiri, masih saya tunggu progresnya. Insya Alloh, akan saya pakai sampai produknya habis dalam beberapa pekan ke depan.

 

Harga


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Terjangkau, kan harganya?


Di E-commerce, Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini harganya terjangkau banget, apalagi sedang Pandemi gini ya, kita perlu produk yang bagus dengan harga yang ramah di kantong. Harganya hanya 75ribuan aja per-Pcsnya, beneran ramah di kantong, kan?


Link pembelian, bisa diakses di sini ya: https://linktr.ee/scarlett_whitening

 

Kelebihan Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Krimnya gak membuat wajah lengket dan berminyak


Menurut saya, kelebihan Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini dari sisi komposisi yang banyak manfaatnya bagi kulit wajah, harganya bisa terjangkau, itu nilai plus banget. Karena memang disaat kondisi ekonomi yang gak stabil seperti ini, kita masih punya opsi produk yang bagus tapi gak mesti mahal.


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Untuk kulit wajah yang cenderung berminyak seperti saya, krim dari Scarlett ini cukup masuk ya


Kemudian, ini creamnya bagus teksturnya. Bukan cream yang bikin wajah jadi makin berminyak. Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini langsung menyerap dengan bagus di kulit wajah.

 

Masukkan saya buat Scarlett


Kalau bisa, next, bikin kemasan pump juga untuk series Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini. Karena kalau saya pribadi, lebih seneng kalau pakai ckin care yang dipump. Lebih mudah aja dipakenya. Dan kayak lebih gaya aja gitu, hahaha (GAYAAAA).

 

Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Baeklah, itu saja review dari saya kali ini. Alhamdulillah, udah coba semua produk Scarlett, dari Body Care, Face Wash, Serum, sampai Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream juga. Sampai sekarang, Body Care, Serum, Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream masih saya pakai.


Baca: Review Serum Scarlett Brightly Ever After dan Review Body Care Scarlett

 

Buat yang belum coba Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream boleh dicoba, deh. Karena memang produknya bagus, kok. Produk lokal tapi kualitasnya tetep juarak!

 

Sebagai informasi tambahan Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini sudah terdaftar di BPOM dengan Nomor Registrasi NA18200107908 (Day Cream) dan NA18200107912 (Night Cream).


Dan saya juga mau menekankan, hasil dari produk ini mungkin akan sangat bervariasi bagi setiap orang, ya.

 

Siapa yang udah coba produk dari Scarlett untuk merawat kesehatan wajah saat Pandemi ini?

 

 

 

 

 

Review Kelas Coding for Kids dari Educourse, Belajar Coding Menyenangkan Selama di Rumah Aja

 

Review kelas coding untuk anak educourse


“Didiklah anakmu sesuai zamannya”


Sebuah nasehat lama bagi para orang tua, yang kedengarannya sederhana, namun realisasinya sungguhlah tak mudah. Kenapa tak mudah? Karena pergantian zaman atau masa tentu memiliki tantangan sendiri-sendiri. Tantangan yang harus ditaklukan oleh kita sebagai orang tua dalam rangka mendidik anak-anak, mempersiapkan mereka untuk dewasa kelak. Seperti, sistem pembelajaran abad 21 yang harus ditaklukan, pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematic) dan pembelajaran lainnya yang memicu Critical Thingking dan kreativitas lainnya.


Apa tantangan mendidik anak zaman sekarang? Menurut saya, adalah tantangan dalam dunia digital dan informasi. Bagaimana tidak, anak-anak kita sudah fasih sekali dengan kehadiran gadget dan internet. Juga mudahnya mengakses informasi dalam genggaman tangan.


Masalah terbesarnya adalah, bagaimana agar teknologi digital dan informasi tersebut, mampu dimanfaatkan untuk kebaikan, bukan sebaliknya.


Istilah kecanduan gadget, internet, dan lain sebagainya tentu sudah sangat kita kenal. Banyak orang tua yang mungkin akan menghindari hal tersebut demi kebaikan anak-anaknya. Namun, sebagai orang tua, saya rasa kita tidak bisa menghindari perkembangan teknologi terus menerus, yang harus kita lakukan adalah membekali anak pengetahuan dan juga sikap (akhlak), untuk hidup berdampingan dengan perkembangan teknologi.

 

Anak-anak dan Rasa Ingin Tahu


Kita juga pernah kecil, dan disaat itulah rasa keingintahuan kita sangat tinggi. Mencoba hal baru, kemudian merasakan sensasi menyenangkan ketika apa yang membuat kita penasaran terungkap oleh tangan kita sendiri.


Setuju?


Di saat pandemi seperti sekarang ini, rasa ingin tahu anak-anak saya di rumah pun tetap tumbuh. Hampir setiap hari, Kifah mencari informasi tentang dunia sepak bola di internet (dia ingin sekali jadi pemain sepak bola, tapi gak bisa latihan karena terhalang pandemi). Dia juga suka main game, dan mencari bahan belajar via internet ketika melakukan sekolah daring.


Hmm, baiklah, memang anak-anak akan tetap berinteraksi dengan gadget dan internet pada waktunya.

 

Belajar di Kelas Coding


Review kelas coding untuk anak educourse
Kifah seneng di rumah punya kegiatan positif baru



Sudah jatuh ke air, yaudah mandi aja deh sekalian. Hehe. Sudah kepalang sering berinteraksi dengan gadget dan internet, mari kita pelajari saja lebih lanjut ‘Apa saja yang bisa dilakukan oleh teknologi?’ Salah satunya adalah dengan belajar bahasa pemrograman atau coding.


Menurut Menteri Pendidikan Nasional, Nadiem Anwar Makarim. Ada tiga skill Bahasa yang harus dikuasai anak-anak untuk mempersiapkan diri di masa depan, yakni:


1.Bahasa Inggris. Tentunya kita sudah tau, bahwa bahasa inggris adalah bahasa internasional yang wajib kita kuasai.


2.Bahasa pemrograman atau coding. Yakni bahasa mesin, bahasa untuk memerintah mesin atau komputer menjalankan program-program yang kita inginkan.


3.Bahasa Data. Yaitu kemampuan membaca dan menganalisis data statistik.

 

Terima kasih Bapak menteri atas wejangannya, sehingga saya memiliki ‘arah’ dalam memberikan edukasi atau bekal hidup untuk anak-anak. Karena saya rasa, sekolah formal saja tidak cukup, kita juga harus membekali anak-anak kita dengan lifeskill dan pengalaman yang memotivasi mereka agar ingin belajar lagi dan lagi.


“Emangnya kalau dari kecil anak sudah diberikan les coding, akan langsung jago jadi programer?


Jawabannya adalah, nggak.


Tujuan saya memberikan Kifah kelas coding adalah untuk MENSTIMULASI terlebih dahulu minat dan daya pikirnya akan suatu hal yang baru. Saya ingin, dia menemukan pengalaman, motivasi, dan wawasan baru. Bahwa ada beragam ilmu pengetahuan yang bisa digali dan mungkin bisa dijadikan passion atau profesi di masa depan. Who knows, bahkan pekerjaan jenis apa di masa depan untuk anak-anak kita pun kita gak tau, kan?


Maka dari itu, fokus saya sebenarnya bukan menjejali Kifah berbagai les atau hal-hal yang bersifat materi semata. Tapi lebih ke stimulasi, agar ia bisa menkonstruk pemikiran baru dan mendapat motivasi untuk menggali ilmu pengetahuan lebih dalam lagi.

 

Belajar Coding di Educourse


Review kelas coding untuk anak educourse
Tiap hari makin pensaran sama materi baru 



Akhirnya Kifah belajar coding di Educourse, yaitu kelas belajar coding for kids berbasis daring atau online tentunya, via zoom meeting.


Belajarnya codingnya gimana? Bikin pemrograman? Ya, betul! Namun, bahasa pemrograman yang diberikan kepada anak, menyesuaikan dengan usia anak-anak. Bukan seperti bahasa HTML, Java, PHP, Phyton, C++ dan lain sebagainya. Duh, ini mah level emaknya juga gak bisa, wkwkwk.

 

Review kelas coding untuk anak educourse
Ms. Zia, gurunya Kifah di Educourse



Kelas coding for kids di Educourse sangat menyesuaikan dengan usia dan kemampuan anak-anak. Daftar kelasnya, yaitu:


1.Usia 5-8 tahun (menggunakan stratch) Level Junior One dan Junior Two.


2.Usia 9-12 tahun (menggunakan sctratch) Level Intermediate dan Pre Advance.


3.Usia 10-14 tahun (menggunakan Tynker) Level Intermediate.

 

Pembelajaran Kelas Coding di Educourse


Review kelas coding untuk anak educourse
Makin penasaran juga sama coding


Setelah mengikuti kelas coding di Educourse, saya mengamati progres belajar Kifah (10 tahun) setiap pekannya. Ada beberapa yang saya garis bawahi, yakni:


1.Belajar mengenai logika


Ketika belajar coding atau bahasa pemorgraman, Kifah belajar logika untuk memberikan instruksi. Contohnya, ketika belajar menggerakan objek ke kanan, kiri, atas, dan bawah Kifah belajar tentang logika pada sumbu X dan Y (ini pelajaran SMP ya kalau ga salah tentang kuadran dengan sumbu X dan Y).


Dimana jika objek ingin digerakkan ke kiri, maka yang ditulis huruf x dengan angka negatif, umtuk bergerak ke atas, maka ditulis y dengan angka positif, jika ingin bergerak ke kanan maka ditulis x dengan angka positif, dan jika ingin bergerak ke bawah, maka ditulis y dengan angka negatif.


Selain itu, ada pembelajaran logika “Jika” “Maka”. Apabila kita memberikan perintah tertentu, misalkan ketika kursor menyentuh objek atau warna tertentu, maka akan terjadi reaksi atau respon tertentu.


2.Analisis Masalah


Membuat coding tentu tidak selamanya mulus, pasti ada ‘syntax error’ ketika melakukan proses coding. Sehingga membuat program yang kita inginkan, belajar dengan tidak mulus atau sesuai keinginan.

Pada saat Kifah tidak berhasil menjalankan program yang ia inginkan, kemudian ia melakukan analisis masalah terhadap coding yang ia buat. Menerka apa yang terjadi, mencari akar masalahnya, dan berusaha menemukan solusinya.


3.Memecahkan Masalah

Setelah melakukan proses analisis, biasanya ia mencoba untuk mencari solusi dengan melakukan cek ulang semua codingnya dan jika masih bermasalah, ia akan bertanya kepada tim pengajar dari Educourse atau mencarinya di internet (biasanya Kifah mencari informasi di Youtube).


4.Ketelitian dan Fokus


Nah, ini dia yang saya suka. Kifah itu anaknya kurang fokus dan teliti, karena ia anaknya terlalu kinestetik, sukanya bergerak ke sana ke sini sejak kecil. Maka dari itu, dengan mengikuti kelas Coding dari Educourse, Kifah jadi belajar fokus dan ketelitian. Karena ia harus benar-benar mengecek apakah coding yang dia lakukan sudah benar atau belum.


5.Ketekunan dan Kerja Keras


The power of penasaran sih nampaknya, hehe. Ketika ada games yang dia buat dan belum benar-benar sesuai yang diinginkan, maka ia akan terus ngulik coding games tersebut hingga program/gamesnya benar-benar bisa dijalankan dengan baik.

 

Beberapa Games yang sudah Kifah buat sendiri:


Review kelas coding untuk anak educourse
Flying Cat aka Kucing Ngapung/Terbang. Bt, kucingnya terbang mencari uang ini, wkwkwk



Review kelas coding untuk anak educourse
Mengumpulkan Koin. Tadinya itu ini gambarnya apel, sama Kifah diganti jadi gambar koin uang, emang dia materialistis sekali anaknya ya, hahaha.



Review kelas coding untuk anak educourse
Kucing Mencari Jalan Pulang. Kucing sedang mencari jalan pulang, namun di tengah jalan, ia diganggu oleh beberapa ekor lady bug atau kepik. Semoga selamat sampai tujuan ya, Cing.


Review kelas coding untuk anak educourse
Game Ping-Pong. Ini games yang biasanya suka ada di PC atau hape jadul deh kayaknya. Seru ini mainnya bisa berdua.



Review kelas coding untuk anak educourse
Roket di Luar Angkasa. Ini juga kayaknya games zaman punya Nokia jadul. Nembakin musuh di ruang angkasa wkwkwkwk.


Kelebihan Mengikuti Kelas Coding di Educourse:

 

Review kelas coding untuk anak educourse
Pembelajarannya menyenangkan


1.Dalam satu kelas, muridnya tidak terlalu banyak, hanya sekitar 10 orang.


2.Kelas bisa dipilih saat weekend atau weekday.


3.Dilakukan secara daring via zoom meeting, sehingga sangat mendukung program  belajar anak di masa pandemi.

 

 

Saran untuk kelas coding di Educourse:


Menurut saya, salah satu hal yang mungkin bisa ditambah lagi yakni waktu atau durasi. Satu jam itu benar-benar gak kerasa untuk anak belajar coding, hehehe. Karena memang anak-anak yang langsung mengerjakan sendiri coding dari games yang akan dibuat. Karena kelasnya online, jadi memang agak ‘makan waktu’ ketika anak harus melihat ke layar stratch untuk mengkoding games, dan juga layar zoom meeting. Mungkin waktu atau durasinya bisa lebih menyesuaikan dengan tingkat kesulitan anak ketika sedang belajar  di dalam kelas.

 

Review kelas coding untuk anak educourse
Akhiranya ketagihan bikin games sendiri



Over all, saya sangat suka dengan kelas coding dari Educourse ini. Kifah sangat termotivasi untuk membuat banyak games, logika dan daya analisis masalahnya juga terasah. Dan juga yang gak kalah penting, ketekunan dan ketelitiannya juga ikut terstimulasi.

 

Sekian review kelas Coding for Kids Educourse dari saya, alhamdulillah, banyak sekali manfaat yang saya rasakan juga sebagai orang tua. Kifah jadi bisa meluangkan waktu lebih positif dengan gadget atau perangkat teknologi yang ada di rumah.


Sebagai orang tua, kadang kita sangat takut ketika anak kecanduan gadget atau selalu bermain-main dengan game atau gadgetnya. Namun, ketika semua itu diarahkan dengan benar, dijadikan sarana belajar, maka semuanya bisa berubah ke arah yang positif dan tentunya bermanfaat bagi anak.

 

Ada yang punya pengalaman ikut kelas Coding for Kids juga, Ma? Atau lagi menimbang-nimbang ikut kelas belajar on line untuk anak selama di rumah aja?

 

Sharing di kolom komentar, yuk!


***


Educourse is an intelligent future education platform for STEAM learning with AI (Artificial Intelligence) and AR (Augmented Realty). Educourse menyelenggarakan beberapa pembelajaran berbasis STEAM seperti kelas Coding for Kids, Coding for Teens, Fun Science, Crazy Math, Junio Engeneer,.


Ada juga kelas Bahasa, yakni English, Japan, Korea, Turki, dan lain-lain. Ada juga Visual Art Drawing, Craft and DIY. Pokoknya masih banyak banget kursus yang bisa diikuti di Educourse. 


Klik https://educourse.i-gen.co.id/ untuk melihat banyak kursus lainnya, dan kunjungi Instagram @educourse.id untuk bertanya langsung dengan Educourse.

PPDB Seleksi Usia, Mengatasi Masalah dengan Masalah

 



PPDB Seleksi Usia, mengatasi masalah dengan masalah


***


Daftarin anak ke sekolah di usia lebih tua agar lebih siap (NO)

Daftarin anak ke sekolah di usia agar bisa masuk ke sekolah negeri (YES)

 

Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo mengakui bahwa ada sejumlah orangtua mempermasalahkan kriteria usia yang dijadikan pertimbangan dalam sistem PPDB. Kebijakan mengenai kriteria usia, lanjut Heru, merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia dalam Sustainable Development Goals (SDGs).

Heru menjelaskan, tujuan dari penambahan kriteria usia dalam PPDB DKI Jakarta yakni agar siswa dari kalangan tidak mampu dan tertinggal bisa menikmati fasilitas pendidikan yang lebih baik dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang di masa depan. “Gubernur memprioritaskan anak-anak yang berusia lebih tua yang tertinggal serta sekolah di pinggiran untuk bisa masuk di sekolah negeri dan menikmati fasilitas pendidikan,” imbuhnya.


Sumber: 
https://mediaindonesia.com/humaniora/322211/kriteria-usia-dalam-ppdb-demi-pemerataan

 

Setaip tahun, tepatnya di tahun ajaran baru, di timeline facebook maupun sosial media lainnya pasti terjadi kekisruhan soal PPDB online. Isinya rata-rata adalah bentuk protes orang tua yang anaknya tidak bisa masuk ke sekolah Negeri karena tidak masuk kriteria usia. Hal ini tentunya menjadi sebuah keresahan, bagi kami selaku orang tua. Walau pun saya belum merasakannya langsung, namun, 2 tahun lagi, saya harus mendaftarkan anak saya ke Sekolah Menengah Pertama.

 

Banyak orang tua yang mengeluh, karena anak-anak mereka tidak bisa masuk ke sekolah negeri karena usia yang masih muda. Sementara, para pendaftar lainnya berusia jauh lebih tua, dan diprioritaskan masuk ke sekolah negeri tersebut.

 

Contohnnya pada kasus pendaftaran usia SMA, batas maksimal usia yang diperbolehkan adalah 21 tahun untuk masuk ke Sekolah Menengah Atas. Ketika para pendaftar dengan usia mendekati 21 tahun jumlahnya lebih banyak, otomatis, anak yang berusia 14-16 tahun tidak bisa masuk, kerena kuotanya sudah habis!

 

Merujuk pada pernyataan Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, pendaftaran sekolah negeri, seleksi berdasarkan usia ini diharapkan bisa menjadi solusi atas masalah anak-anak yang putus sekolah atau kaummiskin, agar bisa menikmati fasilitas pendidikan yang berkualitas.

Namun, nyatanya, peraturan ini membuat anak-anak yang berusia lebih muda (14-16 tahun, usia normal anak masuk SMA) terancam putus sekolah juga! Kalau sudah begini, menurut saya, sama seperti mengatasi masalah dengan masalah baru.

 

Kalau saya mencoba berpikir sendiri, solusi yang bisa diambil adalah:

 

1.Menunggu tahun berikutnya,agar usianya nambah lagi satu tahun.

2.Sekolah di sekolah Swasta aja, karena kemungkinan besar akan diterima.

 

Akan tetapi, jika pemerintah ‘memberikan’ solusi seperti ini, tidak semua orang tua bisa melakukannya.

Pertama, menunda sekolah anak itu bukanlah hal yang mudah. Bagaimana dengan semangat dan motivasi belajarnya? Apa yang anak harus lakukan di masa menunggu? Dan masalah lain yang akan muncul kemudian.

 

Kedua, dari sisi ekonomi. Tidak semua orang tua mampu menyekolahkan anak ke sekolah swasta, mengingat biayanya yang tidak murah. Kalau sudah begini, bukankah bisa memicu anak menjadi putus sekolah?

 

Lalu, dimana letak keadilan bahwa pendidikan adalah hak semua anak, sesuai dengan Undang-undang:


Pada pasal 9 (1), UU 23/2002 dikatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya

 

Hmmm, sementara definisi anak menurut undang-undang adalah:


UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAKDalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: ... Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

 

Gimana dong yang usianya sudah 21 tahun???

 

Bagaimana Solusinya?

Saya sendiri memikirkan beberapa hal yang bisa dilakukan, agar akses pendidikan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.


1.Menambah jumlah sekolah, sesuai dengan data anak berusia sekolah di wilayah tertentu. Menambahkan kuota pendaftar peserta didik baru, tanpa menambah jumlah sekolah, sama seperti sebuah bis yang ingin mengangkut banyak penumpang, tapi kursinya gak ada penambahan, ya gak bisa ikut semua akhirnya.


Solusinya, menunggu bis gratis lain? Atau pakai bis lain yang pakai tiket/tarif lebih mahal.

 

2.Menurunkan range batasan usia anak, jangan sampai 21 tahun. Karena semakin besar range-nya tentu makin banyak jumlah pendaftarnya.

 

Lalu, bagaimana dong untuk pemerataan pendidikan anak-anak yang putus sekolah? Terutama yang sudah menginjak 17+ ?

 

3.Maksimalkan program kesetaraan atau paket C, dong!


Paket C (kejar paket C) adalah pelayanan pendidikan pada jenjang menengah kejuruan melalui jalur non formal. Program paket C merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat usia sekolah dan usia dewasa yang karena berbagai sebab tidak melanjutkan pendidikan.

 

Jadi, kalau dilihat dari definisi di atas, sebenernya, untuk usia yang sudah dewasa, bisa mendapatkan pendidikan pada program kejar paket C. Nah, program paket C ini bisa dikembangkan menjadi lebih baik tentunya.

 

Saya ingat, ketika SMA dulu, ada SMA kelas terbuka untuk anak lainnya. Sekolahnya hanya hari Jum’at dan Sabtu, namun nanti akan tetap sama mendapatkan Ijazah dari SMA. Menurut saya, program ini sangat bagus untuk mengentaskan masalah kesempatan belajar.

 

Nah ini, saya menemukan sebuah jurnal tentang Sekolah Terbuka dengan judul, SEKOLAH MENENGAH ATAS TERBUKA (SMA TERBUKA): SEBUAH MODEL PENDIDIKAN YANG FLEKSIBEL.

 

Berikut abstraksinya:

Data Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (BalitbangDepdiknas, 2000) mengungkapkan bahwa pada tahun ajaran 1999/2000 terdapat jumlah lulusan SMP/MTs sebanyak 2,66 juta orang. Dari jumlah lulusan ini, yang melanjutkan pendidikan ke tingkat pendidkan berikutnya hanya 1,78 juta anak (66,9%). Pada tahun yang sama, jumlah peserta didik yang putus sekolah pada pendidikan sekolah menengah berjumlah 243.100 peserta didik dari 5,6 juta peserta didik (9,03%). Apabila data ini dapat dianggap sebagai keadaan ratarata setiap tahun, maka akan terjadi akumulasi yang semakin besar dari tahun ke tahun mengenai jumlah peserta didik yang putus sekolah pada pendidikan menengah dan peserta didik yang tidak melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah; terlebih lagi jika tidak dilakukan intervensi. Menghadapi keadaan yang demikian ini, dibutuhkan suatu model/sistem pendidikan alternatif yang inovatif dan fleksibel yang dapat mengatasi masalah/kendala kesempatan belajar. Dalam kaitan ini, SMA Terbuka sebagai sebuah alternatif model/sistem pendidikan yang inovatif dan fleksibel telah dirintis di 7 lokasi di 6 provinsi sejak tahun 2001/2002. Tulisan ini akan membahas berbagai aspek tentang model/sistem pendidikan SMA Terbuka sebagai sebuah model pendidikan yang fleksibel.

 

 Sumber: Jurnal Teknodik Vol. 12 No. 2, Desember 2008

 

Di beberapa berita online yang saya baca, sekolah terbuka ini memang belum dioptimalisasi keberadaanya. Dan saya pun tidak tahu, apakah sekarang masih ada konsep sekolah terbuka seperti ini?


Padahal, dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, Pembelajaran Jarak Jauh dengan model Blended Learning (Online dan Offline) harusnya bisa dioptimalisasi dengan baik.


Helooo, ini udah tahun 2021 dimana seorang bayi pun sudah punya akun tik-tok dan Instagram.

 

Peraturan dan Realita


Menurut saya, sebagai orang awam, hanya seorang orang tua biasa, yang namanya peraturan adalah hal yang fleksibel, seperti halnya peraturan yang saya terapkan di rumah untuk anak-anak saya. Kalau ada masalah, ya saatnya monitoring dan evaluasi. Jika ada masalah, kita harus temukan solusi agar semuanya bisa berjalan seadil-adilnya. Solusi masih melahirkan masalah? Ya terus dicari akar permasalahannya sampai dapat dan buat solusi lagi yang lebih baik.


Karena bagaimana pun, kita tidak boleh bertindak tidak adil bagi sebagian orang. Apalagi jika konteksnya pemerintah atau negara, tentu harus memberikan win-win solution bagi masyarakatnya.

 

Baiklah, itu saja opini saya tentang PPDB yang menyeleksi anak berdasarkan usia, menurut saya hal ini justru mengatasi masalah dengan masalah baru. Menyelamatkan yang putus sekolah, namun membuat yang lain terancam putus sekolah.

 

Semoga pihak-pihak terkait bisa segera menyelesaikan masalah ini. Ada komentar atau solusi lain? Yuk sharing di kolom komentar.

 

*Biasakan diskusi yang membangun ya, bukan saling menjatuhkan. Terima kasih.