Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

Post Power Syndrome



Sebenernya mau nulis ini tuh 10 tahun yang lalu, namun apa daya, aku tak tau harus nulis dimana waktu itu. Belum punya blog, dan gak tau harus menyuarakan isi hati ke siapa. Sampai akhirnya, 10 tahun selanjutnya saya baru nulis tentang ini. Yaitu sekarang, wkwkwk.


Entah kenapa, saya pengen nulis dengan judul Post Power Syndrome, jadi perasaan yang paling menggambarkan saya waktu itu ya Post Power Syndrome ini. 


Post Power Yyndrome atau sindrom pasca kekuasaan adalah kondisi ketika seseorang hidup dalam bayang-bayang kekuasaan yang pernah dimilikinya dan belum bisa menerima hilangnya kekuasaan itu. Post Power Syndrome sering dialami oleh orang yang baru saja memasuki masa pensiun. ( Alodokter).


Biasanya, PPS ini dialami oleh para pensiunan ya, yang sudah tidak lagi bekerja atau punya kekuasaan/jabatan. Jadi di sini saya hanya pinjem istilahnya aja, karena saya merasa ada gejala yang mirip, walau memang gak semuanya. Seperti, kurang bergairah dalam menjalani kehidupan. Merasa hampa, merasa gak berguna, gak punya teman, gak punya prestasi, dll.


Nah, kalau saat ini, istilah tepatnya kalau untuk saat ini yaitu insecure mungkin ya. 


Insecure adalah perasaan cemas, tidak mampu, dan kurang percaya diri yang membuat seseorang merasa tidak aman. Akibatnya, seseorang yang insecure bisa saja merasa cemburu, selalu menanyakan pendapat orang lain tentang dirinya, atau justru berusaha memamerkan kelebihannya. (Alodokter)


Ya, rasa ngga percaya diri, minder, hampa, jenuh, gak bergairah, kurang pergaulan, ketinggalan dari orang lain dll. Perasaan itu hinggap pada diri saya 10 tahun yang lalu, setelah saya menikah dan punya anak.


Kehidupan yang Berubah




Kenapa saya menyebutnya ‘Post Power Syndrom’ karena dulu saya aktif di sekolah, kampus, dan lain-lain. Saya merasa dulu saya punya tempat beraktualisasi diri, punya teman diskusi, bisa menyalurkan kreativitas, dll. Sementara setelah punya anak, hal itu semua berasa terhenti.


Saya gak punya tempat aktualisasi diri, gak ada tempat menampung kreativitas, gak punya teman diskusi selain suami, dan merasa ketinggalan oleh teman-teman yang mungkin sudah bekerja atau berkarir dengan baik. Sementara saya di rumah ya gini-gini aja, ngerjain hal yang sama setiap hari, gak ada teman untuk berbagi (teman di sini adalah teman sesama perempuan yang bisa saling support atau minimal saling mendengar curhat/isi hati).


Ya mungkin kita punya suami, atau keluarga suami, tapi saya merasa tetap ada yang beda ketika saya diskusi dengan teman sesama perempuan seperti di kampus dulu. Dan mungkin kalau pun kita punya saudara atau tetangga, ada kalanya kita ga sefrekuensi dan gak nyambung untuk ngobrol hal yang lain, hal yang ingin kita diskusikan.


Yaps, kejenuhan, lingkaran pertemanan yang terbatas, membuat saya merasa sangat down, serasa Post Power Syndrome, berasa insecure, berasa gak berharga, dll. Dan hal itu saya rasakan cukup lama, hingga saya bisa bangkit dan mencoba mengobatinya sebisa yang saya lakukan dengan keterbatasan-keterbatasan saya saat itu.


Penerimaan




“Ayo dong, move on, move one!”


Ya, itu mungkin suara hati saya dulu, tapi saya masih blank gimana caranya move on. Aktivitas saya terbatas di rumah, teman-teman saya jauh berkurang, dan itu pun paling bisa saya hubungi secara on line aja.


Pernah saya coba, macam ikut pengajian ibu-ibu komplek, arisan RT, aktivitas di lingkungan tempat tinggal seperti Posyandu, PKK, dll. Tapi tetep aja, saya merasa “Ini gak gue banget, dunia gue gak di sini”.


Walau kadang saya merasa, oh mungkin ini saatnya saya ‘hijrah’ ke kehidupan baru, tapi hati saya masih belum bisa sreg, masih belum bisa enjoy menjalani itu semua, saya masih berusaha mencari, apa sih yang saya suka? Apa sih passion saya? Mungkin gak sih saya berbaur dengan masyarakat yang heterogen secara usia, latar belakang, dll? 

Itu pikiran-pikiran saya dulu, ya. Bener-bener mencari cara untuk mengaktualisasi diri, mencari kembali ruang untuk saya bertumbuh dan berkembang. Tapi ya dengan segala lika-likunya, saya belum bisa 100% mendapatkan ‘kehidupan’ saya kembali.


Bertahun-tahun itu saya mencoba menerima, berusaha belajar, bahwa saya gak bisa berjalan ke belakang, mau jadi mahasiswa aktif seperti dulu lagi, itu udah gak akan mungkin terjadi. Saya juga gak bisa berkarakter seperti dulu lagi, yang bisa mencurahkan hidup untuk organisasi, dll. Hari ini saya punya tanggung jawab lain yang harus saya lakukan, yakni keluarga, anak dan suami saya.

Saya gak bisa bergaya hidup seperti layaknya sin gelillah dulu, kan? 


Lambat laun, saya mencoba menerima, walau memang tetap sulit juga, karena saya masih melihat  bahwa banyak teman-teman yang bisa berkembang di luar sana, mereka berkarir, menjadi guru, dosen, karyawan, dll. Saya tetap berusaha mengatasi perasaan-perasaan itu, sambil mencoba bangkit.


Saya rasa, fase penerimaan/accepting ini sangat perlu waktu. Bukan karena kita gak ikhlas menjadi Ibu Rumah Tangga, tapi memang menikah itu perubahan besar dalam hidup, kita sebagai manusia biasa tentu harus beradaptasi dan belajar menerima perubahan besar itu. Gak bisa dipungkiri, semua orang berproses, dan kita gak bisa memprediksi berapa lama proses itu terjadi?

Sebentar kah? atau bahkan seumur hidup kah? Dan kita sama sekali tidak bisa menjudge proses yang dialami oleh setiap orang.


Menurut saya, penerimaan atau accepting ini proses panjang. Saya pun masih sangat berproses hingga saat ini, bahkan hingga 10 tahun. Toh kita bukan robot, yang tinggal ganti program/soft warenya aja, maka semuanya bisa langsung berubah. We will take times, dan saran saya, nikmati aja semua proses itu dengan apa adanya. Kita gak perlu menjadi orang lain, kita gak perlu berlagak sempurna, berlaga seperti gak ada apa-apa. Kalau kita merasa gak percaya diri, merasa ketinggalan, merasa insecure, atau apapun itu, jangan segan untuk bicara ke suami atau orang/sahabat yang kita percaya.


Karena menurut saya, semakin kita berusaha ‘membuat topeng’ seakan kita baik-baik saja, ingin keliatan sempurna, itu akan semakin menyakiti diri kita sendiri.


Adaptasi


Sama dengan proses penerimaan, proses adaptasi pun gak mudah. Ketika saya punya anak pertama, beradaptasi dengan ritme hidup saya sendiri pun sulitnya bukan main. Awalnya saya gak harus ngurusin orang lain, tiba-tiba 24 jam harus mengurus bayi. Jam tidur berantakan, jadwal makan, jadwal pergi keluar rumah, semuanya gak ada yang bisa diprediksi. Belum lagi kalau anak sakit, lelahnya bukan main.


Menurut saya, jadi ibu atau istri itu adaptasi yang sungguh luar biasa, dan sekali lagi, perlu proses yang panjang, smooth, dan sesuai dengan diri kita apa adanya. Adaptasi ini memang sangat berat, karena kita benar-benar dididik dengan berbagai macam masalah dan keadaan. 


So, kalau ada yang pernah denger cerita ibu yang terkena Baby Blues atau Post Partum Depretion, itu bener-bener kita dituntut untuk bisa menjadi teman terbaik untuk mereka, jangan menghakimi, jangan menjudge, karena beradaptasi menjadi seorang ibu itu sangat tidak mudah. Thats why, menikah adalah ibadah yang paling lama, dan menjadi ibu adalah jihad yang luar biasa.


“You takes many risk for your life, and you learn to survive”


Know Your Self (Maksimalkan Peran, Maksimalkan Potensi)




Bertahun lama saya mencari, apa sih yang saya suka? Apa yang bisa saya lakukan untuk ‘menyelamatkan’ hidup saya? Hingga singkat cerita, tahun 2014 saya buat blog ini. Saya cari banyak hal di internet, karena itu adalah hal yang bisa saya lakukan saat itu. Akhirnya saya bertemu dengan komunitas Emak Blogger (Thank you KEB) dan saya beranikan diri memperkenalkan diri di komunitas tersebut, nulis blog alakadarnya, dan gak tau mau nulis apa. I Just do it, what I can do it.


Dari blog ini akhirnya ada secercah harapan waktu itu, saya mulai berkomunitas, mengenal para blogger, membaca kisah hidup banyak orang di blog mereka. Dan hal itu membuka wawasan saya tentang banyak hal.


Saya juga coba ikut lomba blog. Seringnya tentu kalah, tapi ada suatu ketika tulisan saya menang lomba beberapa kali. Banyak hadiah yang dikirim ke rumah, dan banyak teman blogger yang mengucapkan selamat.


Oh, Wow! ternyata memang bener, selama ini saya butuh ruang kreativitas, ruang diskusi, dan apresiasi dari orang lain. Bukan untuk sombong atau gimana ya, tapi saya merasa ketika tulisan saya menang lomba, diapresiasi orang lain, ada semacam kekuatan yang muncul, bahwa saya gak selemah seperti yang saya pikir sebelumnya. Saya bisa berkarya, saya bisa bersuara.


Dua hal yang saya ambil dari pengalaman saya adalah “Maksimalkan Peran, dan Maksimalkan Potensi”


Dua hal ini yang saya pegang hingga saat ini.


1.Maksimalkan Peran

Sekarang saya sudah jadi ibu, setiap hari ada di rumah, dan saya harus  memaksimalkan peran saya ini. Saya gak perlu berangan-angan, seandainya saya jadi dosen, seandainya saya jadi ini, jadi itu, yang saya perlu lakukan adalah memberikan dan melakukan yang terbaik untuk apa yang saya jalani saat ini. 


Saya jadi ibu, waktu saya banyak untuk mereka di rumah. Ya, ini saatnya saya memberikan yang terbaik, yang saya punya, untuk mereka. Karena toh, setiap orang tidak akan pernah bisa mencapai kesempurnaan. Jadi buat apa kita meratapi setiap kekurangan?


2.Maksimalkan Potensi

Saya merasa saya punya potensi yang saya miliki sejak kecil dulu. Saya senang belajar, berdiskusi, bersosialisasi, berorganisasi, dll. Saya punya kemampuan mengakses internet, saya punya kemampuan berkomunikasi, saya bisa membuat ide-ide baru, saya bisa berkreasi, dsb.


Ketika saya sadari saya punya itu, maka saya harus memaksimalkan apa yang saya punya. Gak perlu semuananya, karena sekarang saya memiliki tanggung jawab lainnya. Saya hanya memilih apa yang paling saya suka, dan maksimalkan di situ supaya saya bisa mengaktualisasikan diri.


Support System




Support System adalah hal yang paling dasar yang harus kita miliki, karena tanpa itu ya akan sulit bagi kita untuk bangkit. Komunikasi kepada suami, anak dan keluarga sangat penting, apa yang kita fikirkan, apa yang kita inginkan, apa visi dan misi yang ingin kita gapai, tentu harus tersampaikan dengan baik. 


Alhamdulilah akhirnya masa-masa itu terlewati, dan saya sekarang senang menjalani hobi menjadi seorang Blogger dan Social Media Enthusiast. Karena saya akhirnya bisa sharing, mendapatkan apresiasi, dan juga bonus materi, hehehe.


Apa Mama pernah merasakan hal yang sama? Yuk, sharing di kolom komentar


Juma Si Boneka Barbie: Mengembalikan Dunia Anak Melalui Lagu



Aku punya Boneka Barbie

Bonekanya lucu sekali

Mata Bulat Rambut Keriting

Bajunya juga warnanya blink-blink


Ketika mendengar lirik lagu Boneka Barbie milik Juma di atas, saya jadi flash back ke masa kecil, dimana dulu saya ngefans sama Sherina, Meisyi, Chikita Meidi, Trio Kwek-Kwek, Joshua, Geovany dan Saskia, dan masih banyak lagi penyanyi cilik lainnya. Setiap hari Minggu juga gak pernah saya lewatkan acara seru Dunia Anak di TV, yang isinya akan memutar lagu anak banyak sekali. 


Kalau kita melihat hari ini, rasanya sudah gak ada lagi yang namanya artis atau penyanyi cilik dan acara khusus anak yang memutar lagu anak di TV. Sepertinya, kita kehilangan mereka pasca hadirnya internet dan smart phone dalam kehidupan kita. Sekarang, akses hiburan di internet jadi milik siapa saja, tak kenal batas usia, termasuk anak-anak.


Gak sedikit anak-anak yang hafal, lagu dan personilnya BTS atau Blackpink, plus dengan koreografi ala boy band dan girl band tersebut. Belum lagi serangan aplikasi joget atau dance challenge, duh yang ini bikin saya miris, lagu dan gerakan koreografinya beneran bukan untuk anak, bahkan beberapa waktu yang lalu, ada lirik lagu yang jelas mengisahkan tentang pornografi.


Sebagai orang tua, kita pun kecolongan.

Penyerahan Bantuan Pengisian 1.100 Tabung Oksigen dari Ultra Voucher bagi Masyarakat Penyintas Covid-19 Melalui Relawan Siaga

 



Assalamu’laikum teman-teman on line, apa kabarnya hari ini? Sehat kah?

 

Pertanyaan seperti itu, sebelumnya nampak sekedar ‘basa-basi’. Naum, dikala Pandemi seperti ini, pertanyaan tersebut menjadi sangat berarti. Apakah kawan, saudara, atau bahkan keluarga kita, benar-benar sedang dalam keadaan sehat wal 'afiat atau tidak.


Karena setiap harinya, banyak sekali kabar teman atau keluarga kita yang terkena Covid-19 bahkan hingga meninggal dunia. Sungguh, keadaan Indonesia sedang sangat mencekam, karena adanya Pandemi Covid-19 ini.

Menjaga Kesehatan Wajah selama Pandemi. Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream

 

Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Selama Pandemi, transaksi pembelian skincare di beberapa E-Commerce mengalami kenaikan

 

Beberapa berita di media online yang saya baca kemarin, pembelian skin care di E-Commerce mengalami kenaikan. Setelah pembelian makanan, ternyata, selama Pandemi ini, banyak orang yang menjadikan skin care menjadi kebutuhan selanjutnya untuk menjaga kesehatan wajah dan juga menjadikan skin care routine sebagai aktivitas baru atau bisa juga untuk merelease stres karena Pandemi.

 

Begitu pun dengan saya, awalnya saya takut membelanjakan uang selain makanan dan kebutuhan pokok, karena memang kondisi ekonomi negara kita dalam masa Pandemi sedang tak menentu. Namun, nyatanya, membiarkan wajah tidak terawat karena gak pakai skin care juga bisa membuat stres. Lho!

 

Lihat jerawat di pagi hari ketika bangun tidur, atau liat wajah kusam ketika difoto itu juga malah bikin stres tersendiri. Karena walaupun kita tidak sering keluar rumah, pikiran kita, makanan yang kita konsumsi, dan juga faktor hormonal, juga bisa mempengaruhi kondisi kulit.

 

Menurut berita di Kompas.com, terjadi pergeseran gaya hidup diakibatkan karena Pandemi. Tren pembelian skin care menjadi melonjak ketimbang pembelian make up. Karena memang banyak orang yang melakukan Work from Home.

 

Bahkan, dari berita lainnya yang saya baca, kaum pria pun kini banyak membeli produk skin care, lho! Wah, pandemi ini memang sedikit banyak  mengubah gaya hidup kita ya, termasuk dalam urusan merawat wajah.

 

Bagaiamana cara menjaga kesehatan wajah selama Pandemi?

 

1.Tetap makan makanan yang bergizi seimbang


Jangan sampai karena stres, kemudian kita jadi banyak mengonsumsi makanan ‘sampah’ atau junk food, ya. Atau karena mager, setiap hari memesan makanan via ojek online. Untuk mendapatkan kulit yang tetap terjaga kesehatannya, tetap makan makanan yang bergizi seimbang. Buah dan sayur jangan sampai dilupakan.

 

2.Banyak minum air putih


Ini pun menjadi PR untuk saya pribadi. Minum banyak air putih. Karena memang kita seringkali lupa (karena banyaknya pekerjaan) konsumsi air putih pun menjadi berkurang. Padahal air putih ini sangat baik untuk menghidrasi kulit kita, termasuk kulit pada area wajah.

 

3.Tetap memakai tabir surya


Walaupun di rumah aja, tabir surya tetap diperlukan untuk menjaga wajah dari radikal bebas, debu, dan sengatan matahari. Apalagi sebagai ibu rumah tangga, saya tetap keluar untuk menjemur pakaian, atau untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari ke mini market, toko, atau ke tukang sayur langganan.

 

4.Membersihkan wajah


Duh, jangan lupa membersihkan wajah ya, walaupun banyak di rumah aja. Karena saat keringat ada di wajah, atau pun wajah berminyak, debu dan kotoran tetap bisa menempel dan membuat wajah menjadi kusam atau berjerawat.

 

5.Menggunakan skin care yang tepat


Banyak sekali varian skin care yang dijual di pasaran. Ada yang lokal, ada yang dari luar negeri, ada yang harganya menguras kantong, dan ada juga yang ramah (low budget). Tapi memang, yang penting dalam memilih skin care, jangan lupa dilihat kandungannya, bebas merkuri dan Hydroquinon,  jaminan keamanan dari BPOM ya. Supaya kita tetap aman dan nyaman dalam menggunakan skin care dalam merawat kesehatan wajah kita.

 

Review Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Mencoba pakai Scarlett lagi



Saya udah gak asing lagi dengan produk Scarlett ini. Karena saya sudah coba Body Care dan Serumnya juga. Keduanya produknya bagus-bagus. Paling suka sama Body Carenya, wajib coba pokoknya!

 

Dan sekarang saya mau review produk Brightly Ever After Day and Night Cream. Saya pilih produk ini, karena wajah saya alhamdulillah udah gak terlalu berjerawat, jadi saya fokus ke produk yang membuat wajah cerah aja. Males aja kan liat wajah kusam, hahaha.

 

Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Kali ini, coba Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Brightly Ever After ini ada dua macam, yaitu Day Cream dan Night Cream. Saya pakai rutin setiap hari, hampir dua minggu ini. Saya review satu-satu berdarkan wangi, tekstur, dll.

 

1.Aroma


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Creamnya  memiliki aroma lembut, tidak menyengat.


Selain Body Care-nya yang enak wanginya, ternyata wangi Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini enak banget. Kalau serumnya itu cenderung gak ada wanginya, nah, kalau Brightly Ever After Day and Night Cream ada wanginya, dan wanginya soft. Saya suka.

 

2.Kemasan


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Kemasannya cukup elegan


Isi Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini masing-masing 20 gram. Kemasannya cantik dan cukup eye catching kalau menurut saya. Walaupun produk lokal, Brightly Ever After Day and Night Cream ini sama sekali gak jauh beda dengan kemasan-kemasan skin care luar negeri.


Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini berawarna PINK, ya. Kalau untuk yang Acne series itu warnanya ungu.

 

3.Tekstur


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini pastinya bertekstur cream ya. Etapi, ada bedanya ini. Wajah saya kan berminyak, biasanya itu gak terlalu cocok dengan produk cream, karena akan membuat wajah semakin berminyak. Nah, Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini beda. Walaupun teksturnya cream, dia tetap bisa menyerap maksimal di kulit wajah dan gak menyisakan minyak-minyak berlebihan gitu di wajah. Karena saya pernah pakai produk skin care cream, kok malah jadi berminyak banget. Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini ngga ternyata, alhamdulillah.

 

4.Kandungan dan Manfaat


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream



Kandungan Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream adalah Niacinamide, Hexapeptide-8, Gluthatione, Rainbow Algae, Aqua Peptide Glow, Rosehip Oil, Poreaway, Triceramide, Natural Vit C dan Green Cavair.


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Manfaatnya adalah meningkatkan kelembapan dan elastisitas kulit, membantu mencerahkan kulit dan memudarkan bekas-bekas jerawat, menyamarkan pori-pori, garis halus, dan mengencangkan kulit wajah.

 

5.Progres Pemakaian


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Selama pemakaian, saya pakai pagi dan malam hari sebelum tidur. Selama dua minggu pemakaian, rasanya gak ada break out atau efek samping apapun, alhamdulillah berarti cocok di kulit wajah saya.  Yang paling saya rasakan adalah kulit menjadi lebih lembap, terutama ketika bangun tidur. Untuk kesan ‘bright’ atau mencerahkan sendiri, masih saya tunggu progresnya. Insya Alloh, akan saya pakai sampai produknya habis dalam beberapa pekan ke depan.

 

Harga


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Terjangkau, kan harganya?


Di E-commerce, Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini harganya terjangkau banget, apalagi sedang Pandemi gini ya, kita perlu produk yang bagus dengan harga yang ramah di kantong. Harganya hanya 75ribuan aja per-Pcsnya, beneran ramah di kantong, kan?


Link pembelian, bisa diakses di sini ya: https://linktr.ee/scarlett_whitening

 

Kelebihan Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Krimnya gak membuat wajah lengket dan berminyak


Menurut saya, kelebihan Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini dari sisi komposisi yang banyak manfaatnya bagi kulit wajah, harganya bisa terjangkau, itu nilai plus banget. Karena memang disaat kondisi ekonomi yang gak stabil seperti ini, kita masih punya opsi produk yang bagus tapi gak mesti mahal.


Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream
Untuk kulit wajah yang cenderung berminyak seperti saya, krim dari Scarlett ini cukup masuk ya


Kemudian, ini creamnya bagus teksturnya. Bukan cream yang bikin wajah jadi makin berminyak. Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini langsung menyerap dengan bagus di kulit wajah.

 

Masukkan saya buat Scarlett


Kalau bisa, next, bikin kemasan pump juga untuk series Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini. Karena kalau saya pribadi, lebih seneng kalau pakai ckin care yang dipump. Lebih mudah aja dipakenya. Dan kayak lebih gaya aja gitu, hahaha (GAYAAAA).

 

Review: Scarlett Face Care Brightly Ever After Day and Night Cream


Baeklah, itu saja review dari saya kali ini. Alhamdulillah, udah coba semua produk Scarlett, dari Body Care, Face Wash, Serum, sampai Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream juga. Sampai sekarang, Body Care, Serum, Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream masih saya pakai.


Baca: Review Serum Scarlett Brightly Ever After dan Review Body Care Scarlett

 

Buat yang belum coba Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream boleh dicoba, deh. Karena memang produknya bagus, kok. Produk lokal tapi kualitasnya tetep juarak!

 

Sebagai informasi tambahan Scarlett Brightly Ever After Day and Night Cream ini sudah terdaftar di BPOM dengan Nomor Registrasi NA18200107908 (Day Cream) dan NA18200107912 (Night Cream).


Dan saya juga mau menekankan, hasil dari produk ini mungkin akan sangat bervariasi bagi setiap orang, ya.

 

Siapa yang udah coba produk dari Scarlett untuk merawat kesehatan wajah saat Pandemi ini?

 

 

 

 

 

Review Kelas Coding for Kids dari Educourse, Belajar Coding Menyenangkan Selama di Rumah Aja

 

Review kelas coding untuk anak educourse


“Didiklah anakmu sesuai zamannya”


Sebuah nasehat lama bagi para orang tua, yang kedengarannya sederhana, namun realisasinya sungguhlah tak mudah. Kenapa tak mudah? Karena pergantian zaman atau masa tentu memiliki tantangan sendiri-sendiri. Tantangan yang harus ditaklukan oleh kita sebagai orang tua dalam rangka mendidik anak-anak, mempersiapkan mereka untuk dewasa kelak. Seperti, sistem pembelajaran abad 21 yang harus ditaklukan, pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematic) dan pembelajaran lainnya yang memicu Critical Thingking dan kreativitas lainnya.


Apa tantangan mendidik anak zaman sekarang? Menurut saya, adalah tantangan dalam dunia digital dan informasi. Bagaimana tidak, anak-anak kita sudah fasih sekali dengan kehadiran gadget dan internet. Juga mudahnya mengakses informasi dalam genggaman tangan.


Masalah terbesarnya adalah, bagaimana agar teknologi digital dan informasi tersebut, mampu dimanfaatkan untuk kebaikan, bukan sebaliknya.


Istilah kecanduan gadget, internet, dan lain sebagainya tentu sudah sangat kita kenal. Banyak orang tua yang mungkin akan menghindari hal tersebut demi kebaikan anak-anaknya. Namun, sebagai orang tua, saya rasa kita tidak bisa menghindari perkembangan teknologi terus menerus, yang harus kita lakukan adalah membekali anak pengetahuan dan juga sikap (akhlak), untuk hidup berdampingan dengan perkembangan teknologi.

 

Anak-anak dan Rasa Ingin Tahu


Kita juga pernah kecil, dan disaat itulah rasa keingintahuan kita sangat tinggi. Mencoba hal baru, kemudian merasakan sensasi menyenangkan ketika apa yang membuat kita penasaran terungkap oleh tangan kita sendiri.


Setuju?


Di saat pandemi seperti sekarang ini, rasa ingin tahu anak-anak saya di rumah pun tetap tumbuh. Hampir setiap hari, Kifah mencari informasi tentang dunia sepak bola di internet (dia ingin sekali jadi pemain sepak bola, tapi gak bisa latihan karena terhalang pandemi). Dia juga suka main game, dan mencari bahan belajar via internet ketika melakukan sekolah daring.


Hmm, baiklah, memang anak-anak akan tetap berinteraksi dengan gadget dan internet pada waktunya.

 

Belajar di Kelas Coding


Review kelas coding untuk anak educourse
Kifah seneng di rumah punya kegiatan positif baru



Sudah jatuh ke air, yaudah mandi aja deh sekalian. Hehe. Sudah kepalang sering berinteraksi dengan gadget dan internet, mari kita pelajari saja lebih lanjut ‘Apa saja yang bisa dilakukan oleh teknologi?’ Salah satunya adalah dengan belajar bahasa pemrograman atau coding.


Menurut Menteri Pendidikan Nasional, Nadiem Anwar Makarim. Ada tiga skill Bahasa yang harus dikuasai anak-anak untuk mempersiapkan diri di masa depan, yakni:


1.Bahasa Inggris. Tentunya kita sudah tau, bahwa bahasa inggris adalah bahasa internasional yang wajib kita kuasai.


2.Bahasa pemrograman atau coding. Yakni bahasa mesin, bahasa untuk memerintah mesin atau komputer menjalankan program-program yang kita inginkan.


3.Bahasa Data. Yaitu kemampuan membaca dan menganalisis data statistik.

 

Terima kasih Bapak menteri atas wejangannya, sehingga saya memiliki ‘arah’ dalam memberikan edukasi atau bekal hidup untuk anak-anak. Karena saya rasa, sekolah formal saja tidak cukup, kita juga harus membekali anak-anak kita dengan lifeskill dan pengalaman yang memotivasi mereka agar ingin belajar lagi dan lagi.


“Emangnya kalau dari kecil anak sudah diberikan les coding, akan langsung jago jadi programer?


Jawabannya adalah, nggak.


Tujuan saya memberikan Kifah kelas coding adalah untuk MENSTIMULASI terlebih dahulu minat dan daya pikirnya akan suatu hal yang baru. Saya ingin, dia menemukan pengalaman, motivasi, dan wawasan baru. Bahwa ada beragam ilmu pengetahuan yang bisa digali dan mungkin bisa dijadikan passion atau profesi di masa depan. Who knows, bahkan pekerjaan jenis apa di masa depan untuk anak-anak kita pun kita gak tau, kan?


Maka dari itu, fokus saya sebenarnya bukan menjejali Kifah berbagai les atau hal-hal yang bersifat materi semata. Tapi lebih ke stimulasi, agar ia bisa menkonstruk pemikiran baru dan mendapat motivasi untuk menggali ilmu pengetahuan lebih dalam lagi.

 

Belajar Coding di Educourse


Review kelas coding untuk anak educourse
Tiap hari makin pensaran sama materi baru 



Akhirnya Kifah belajar coding di Educourse, yaitu kelas belajar coding for kids berbasis daring atau online tentunya, via zoom meeting.


Belajarnya codingnya gimana? Bikin pemrograman? Ya, betul! Namun, bahasa pemrograman yang diberikan kepada anak, menyesuaikan dengan usia anak-anak. Bukan seperti bahasa HTML, Java, PHP, Phyton, C++ dan lain sebagainya. Duh, ini mah level emaknya juga gak bisa, wkwkwk.

 

Review kelas coding untuk anak educourse
Ms. Zia, gurunya Kifah di Educourse



Kelas coding for kids di Educourse sangat menyesuaikan dengan usia dan kemampuan anak-anak. Daftar kelasnya, yaitu:


1.Usia 5-8 tahun (menggunakan stratch) Level Junior One dan Junior Two.


2.Usia 9-12 tahun (menggunakan sctratch) Level Intermediate dan Pre Advance.


3.Usia 10-14 tahun (menggunakan Tynker) Level Intermediate.

 

Pembelajaran Kelas Coding di Educourse


Review kelas coding untuk anak educourse
Makin penasaran juga sama coding


Setelah mengikuti kelas coding di Educourse, saya mengamati progres belajar Kifah (10 tahun) setiap pekannya. Ada beberapa yang saya garis bawahi, yakni:


1.Belajar mengenai logika


Ketika belajar coding atau bahasa pemorgraman, Kifah belajar logika untuk memberikan instruksi. Contohnya, ketika belajar menggerakan objek ke kanan, kiri, atas, dan bawah Kifah belajar tentang logika pada sumbu X dan Y (ini pelajaran SMP ya kalau ga salah tentang kuadran dengan sumbu X dan Y).


Dimana jika objek ingin digerakkan ke kiri, maka yang ditulis huruf x dengan angka negatif, umtuk bergerak ke atas, maka ditulis y dengan angka positif, jika ingin bergerak ke kanan maka ditulis x dengan angka positif, dan jika ingin bergerak ke bawah, maka ditulis y dengan angka negatif.


Selain itu, ada pembelajaran logika “Jika” “Maka”. Apabila kita memberikan perintah tertentu, misalkan ketika kursor menyentuh objek atau warna tertentu, maka akan terjadi reaksi atau respon tertentu.


2.Analisis Masalah


Membuat coding tentu tidak selamanya mulus, pasti ada ‘syntax error’ ketika melakukan proses coding. Sehingga membuat program yang kita inginkan, belajar dengan tidak mulus atau sesuai keinginan.

Pada saat Kifah tidak berhasil menjalankan program yang ia inginkan, kemudian ia melakukan analisis masalah terhadap coding yang ia buat. Menerka apa yang terjadi, mencari akar masalahnya, dan berusaha menemukan solusinya.


3.Memecahkan Masalah

Setelah melakukan proses analisis, biasanya ia mencoba untuk mencari solusi dengan melakukan cek ulang semua codingnya dan jika masih bermasalah, ia akan bertanya kepada tim pengajar dari Educourse atau mencarinya di internet (biasanya Kifah mencari informasi di Youtube).


4.Ketelitian dan Fokus


Nah, ini dia yang saya suka. Kifah itu anaknya kurang fokus dan teliti, karena ia anaknya terlalu kinestetik, sukanya bergerak ke sana ke sini sejak kecil. Maka dari itu, dengan mengikuti kelas Coding dari Educourse, Kifah jadi belajar fokus dan ketelitian. Karena ia harus benar-benar mengecek apakah coding yang dia lakukan sudah benar atau belum.


5.Ketekunan dan Kerja Keras


The power of penasaran sih nampaknya, hehe. Ketika ada games yang dia buat dan belum benar-benar sesuai yang diinginkan, maka ia akan terus ngulik coding games tersebut hingga program/gamesnya benar-benar bisa dijalankan dengan baik.

 

Beberapa Games yang sudah Kifah buat sendiri:


Review kelas coding untuk anak educourse
Flying Cat aka Kucing Ngapung/Terbang. Bt, kucingnya terbang mencari uang ini, wkwkwk



Review kelas coding untuk anak educourse
Mengumpulkan Koin. Tadinya itu ini gambarnya apel, sama Kifah diganti jadi gambar koin uang, emang dia materialistis sekali anaknya ya, hahaha.



Review kelas coding untuk anak educourse
Kucing Mencari Jalan Pulang. Kucing sedang mencari jalan pulang, namun di tengah jalan, ia diganggu oleh beberapa ekor lady bug atau kepik. Semoga selamat sampai tujuan ya, Cing.


Review kelas coding untuk anak educourse
Game Ping-Pong. Ini games yang biasanya suka ada di PC atau hape jadul deh kayaknya. Seru ini mainnya bisa berdua.



Review kelas coding untuk anak educourse
Roket di Luar Angkasa. Ini juga kayaknya games zaman punya Nokia jadul. Nembakin musuh di ruang angkasa wkwkwkwk.


Kelebihan Mengikuti Kelas Coding di Educourse:

 

Review kelas coding untuk anak educourse
Pembelajarannya menyenangkan


1.Dalam satu kelas, muridnya tidak terlalu banyak, hanya sekitar 10 orang.


2.Kelas bisa dipilih saat weekend atau weekday.


3.Dilakukan secara daring via zoom meeting, sehingga sangat mendukung program  belajar anak di masa pandemi.

 

 

Saran untuk kelas coding di Educourse:


Menurut saya, salah satu hal yang mungkin bisa ditambah lagi yakni waktu atau durasi. Satu jam itu benar-benar gak kerasa untuk anak belajar coding, hehehe. Karena memang anak-anak yang langsung mengerjakan sendiri coding dari games yang akan dibuat. Karena kelasnya online, jadi memang agak ‘makan waktu’ ketika anak harus melihat ke layar stratch untuk mengkoding games, dan juga layar zoom meeting. Mungkin waktu atau durasinya bisa lebih menyesuaikan dengan tingkat kesulitan anak ketika sedang belajar  di dalam kelas.

 

Review kelas coding untuk anak educourse
Akhiranya ketagihan bikin games sendiri



Over all, saya sangat suka dengan kelas coding dari Educourse ini. Kifah sangat termotivasi untuk membuat banyak games, logika dan daya analisis masalahnya juga terasah. Dan juga yang gak kalah penting, ketekunan dan ketelitiannya juga ikut terstimulasi.

 

Sekian review kelas Coding for Kids Educourse dari saya, alhamdulillah, banyak sekali manfaat yang saya rasakan juga sebagai orang tua. Kifah jadi bisa meluangkan waktu lebih positif dengan gadget atau perangkat teknologi yang ada di rumah.


Sebagai orang tua, kadang kita sangat takut ketika anak kecanduan gadget atau selalu bermain-main dengan game atau gadgetnya. Namun, ketika semua itu diarahkan dengan benar, dijadikan sarana belajar, maka semuanya bisa berubah ke arah yang positif dan tentunya bermanfaat bagi anak.

 

Ada yang punya pengalaman ikut kelas Coding for Kids juga, Ma? Atau lagi menimbang-nimbang ikut kelas belajar on line untuk anak selama di rumah aja?

 

Sharing di kolom komentar, yuk!


***


Educourse is an intelligent future education platform for STEAM learning with AI (Artificial Intelligence) and AR (Augmented Realty). Educourse menyelenggarakan beberapa pembelajaran berbasis STEAM seperti kelas Coding for Kids, Coding for Teens, Fun Science, Crazy Math, Junio Engeneer,.


Ada juga kelas Bahasa, yakni English, Japan, Korea, Turki, dan lain-lain. Ada juga Visual Art Drawing, Craft and DIY. Pokoknya masih banyak banget kursus yang bisa diikuti di Educourse. 


Klik https://educourse.i-gen.co.id/ untuk melihat banyak kursus lainnya, dan kunjungi Instagram @educourse.id untuk bertanya langsung dengan Educourse.