Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.
Showing posts with label Kifah. Show all posts

Review Kelas Coding for Kids dari Educourse, Belajar Coding Menyenangkan Selama di Rumah Aja

 

Review kelas coding untuk anak educourse


“Didiklah anakmu sesuai zamannya”


Sebuah nasehat lama bagi para orang tua, yang kedengarannya sederhana, namun realisasinya sungguhlah tak mudah. Kenapa tak mudah? Karena pergantian zaman atau masa tentu memiliki tantangan sendiri-sendiri. Tantangan yang harus ditaklukan oleh kita sebagai orang tua dalam rangka mendidik anak-anak, mempersiapkan mereka untuk dewasa kelak. Seperti, sistem pembelajaran abad 21 yang harus ditaklukan, pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematic) dan pembelajaran lainnya yang memicu Critical Thingking dan kreativitas lainnya.


Apa tantangan mendidik anak zaman sekarang? Menurut saya, adalah tantangan dalam dunia digital dan informasi. Bagaimana tidak, anak-anak kita sudah fasih sekali dengan kehadiran gadget dan internet. Juga mudahnya mengakses informasi dalam genggaman tangan.


Masalah terbesarnya adalah, bagaimana agar teknologi digital dan informasi tersebut, mampu dimanfaatkan untuk kebaikan, bukan sebaliknya.


Istilah kecanduan gadget, internet, dan lain sebagainya tentu sudah sangat kita kenal. Banyak orang tua yang mungkin akan menghindari hal tersebut demi kebaikan anak-anaknya. Namun, sebagai orang tua, saya rasa kita tidak bisa menghindari perkembangan teknologi terus menerus, yang harus kita lakukan adalah membekali anak pengetahuan dan juga sikap (akhlak), untuk hidup berdampingan dengan perkembangan teknologi.

 

Anak-anak dan Rasa Ingin Tahu


Kita juga pernah kecil, dan disaat itulah rasa keingintahuan kita sangat tinggi. Mencoba hal baru, kemudian merasakan sensasi menyenangkan ketika apa yang membuat kita penasaran terungkap oleh tangan kita sendiri.


Setuju?


Di saat pandemi seperti sekarang ini, rasa ingin tahu anak-anak saya di rumah pun tetap tumbuh. Hampir setiap hari, Kifah mencari informasi tentang dunia sepak bola di internet (dia ingin sekali jadi pemain sepak bola, tapi gak bisa latihan karena terhalang pandemi). Dia juga suka main game, dan mencari bahan belajar via internet ketika melakukan sekolah daring.


Hmm, baiklah, memang anak-anak akan tetap berinteraksi dengan gadget dan internet pada waktunya.

 

Belajar di Kelas Coding


Review kelas coding untuk anak educourse
Kifah seneng di rumah punya kegiatan positif baru



Sudah jatuh ke air, yaudah mandi aja deh sekalian. Hehe. Sudah kepalang sering berinteraksi dengan gadget dan internet, mari kita pelajari saja lebih lanjut ‘Apa saja yang bisa dilakukan oleh teknologi?’ Salah satunya adalah dengan belajar bahasa pemrograman atau coding.


Menurut Menteri Pendidikan Nasional, Nadiem Anwar Makarim. Ada tiga skill Bahasa yang harus dikuasai anak-anak untuk mempersiapkan diri di masa depan, yakni:


1.Bahasa Inggris. Tentunya kita sudah tau, bahwa bahasa inggris adalah bahasa internasional yang wajib kita kuasai.


2.Bahasa pemrograman atau coding. Yakni bahasa mesin, bahasa untuk memerintah mesin atau komputer menjalankan program-program yang kita inginkan.


3.Bahasa Data. Yaitu kemampuan membaca dan menganalisis data statistik.

 

Terima kasih Bapak menteri atas wejangannya, sehingga saya memiliki ‘arah’ dalam memberikan edukasi atau bekal hidup untuk anak-anak. Karena saya rasa, sekolah formal saja tidak cukup, kita juga harus membekali anak-anak kita dengan lifeskill dan pengalaman yang memotivasi mereka agar ingin belajar lagi dan lagi.


“Emangnya kalau dari kecil anak sudah diberikan les coding, akan langsung jago jadi programer?


Jawabannya adalah, nggak.


Tujuan saya memberikan Kifah kelas coding adalah untuk MENSTIMULASI terlebih dahulu minat dan daya pikirnya akan suatu hal yang baru. Saya ingin, dia menemukan pengalaman, motivasi, dan wawasan baru. Bahwa ada beragam ilmu pengetahuan yang bisa digali dan mungkin bisa dijadikan passion atau profesi di masa depan. Who knows, bahkan pekerjaan jenis apa di masa depan untuk anak-anak kita pun kita gak tau, kan?


Maka dari itu, fokus saya sebenarnya bukan menjejali Kifah berbagai les atau hal-hal yang bersifat materi semata. Tapi lebih ke stimulasi, agar ia bisa menkonstruk pemikiran baru dan mendapat motivasi untuk menggali ilmu pengetahuan lebih dalam lagi.

 

Belajar Coding di Educourse


Review kelas coding untuk anak educourse
Tiap hari makin pensaran sama materi baru 



Akhirnya Kifah belajar coding di Educourse, yaitu kelas belajar coding for kids berbasis daring atau online tentunya, via zoom meeting.


Belajarnya codingnya gimana? Bikin pemrograman? Ya, betul! Namun, bahasa pemrograman yang diberikan kepada anak, menyesuaikan dengan usia anak-anak. Bukan seperti bahasa HTML, Java, PHP, Phyton, C++ dan lain sebagainya. Duh, ini mah level emaknya juga gak bisa, wkwkwk.

 

Review kelas coding untuk anak educourse
Ms. Zia, gurunya Kifah di Educourse



Kelas coding for kids di Educourse sangat menyesuaikan dengan usia dan kemampuan anak-anak. Daftar kelasnya, yaitu:


1.Usia 5-8 tahun (menggunakan stratch) Level Junior One dan Junior Two.


2.Usia 9-12 tahun (menggunakan sctratch) Level Intermediate dan Pre Advance.


3.Usia 10-14 tahun (menggunakan Tynker) Level Intermediate.

 

Pembelajaran Kelas Coding di Educourse


Review kelas coding untuk anak educourse
Makin penasaran juga sama coding


Setelah mengikuti kelas coding di Educourse, saya mengamati progres belajar Kifah (10 tahun) setiap pekannya. Ada beberapa yang saya garis bawahi, yakni:


1.Belajar mengenai logika


Ketika belajar coding atau bahasa pemorgraman, Kifah belajar logika untuk memberikan instruksi. Contohnya, ketika belajar menggerakan objek ke kanan, kiri, atas, dan bawah Kifah belajar tentang logika pada sumbu X dan Y (ini pelajaran SMP ya kalau ga salah tentang kuadran dengan sumbu X dan Y).


Dimana jika objek ingin digerakkan ke kiri, maka yang ditulis huruf x dengan angka negatif, umtuk bergerak ke atas, maka ditulis y dengan angka positif, jika ingin bergerak ke kanan maka ditulis x dengan angka positif, dan jika ingin bergerak ke bawah, maka ditulis y dengan angka negatif.


Selain itu, ada pembelajaran logika “Jika” “Maka”. Apabila kita memberikan perintah tertentu, misalkan ketika kursor menyentuh objek atau warna tertentu, maka akan terjadi reaksi atau respon tertentu.


2.Analisis Masalah


Membuat coding tentu tidak selamanya mulus, pasti ada ‘syntax error’ ketika melakukan proses coding. Sehingga membuat program yang kita inginkan, belajar dengan tidak mulus atau sesuai keinginan.

Pada saat Kifah tidak berhasil menjalankan program yang ia inginkan, kemudian ia melakukan analisis masalah terhadap coding yang ia buat. Menerka apa yang terjadi, mencari akar masalahnya, dan berusaha menemukan solusinya.


3.Memecahkan Masalah

Setelah melakukan proses analisis, biasanya ia mencoba untuk mencari solusi dengan melakukan cek ulang semua codingnya dan jika masih bermasalah, ia akan bertanya kepada tim pengajar dari Educourse atau mencarinya di internet (biasanya Kifah mencari informasi di Youtube).


4.Ketelitian dan Fokus


Nah, ini dia yang saya suka. Kifah itu anaknya kurang fokus dan teliti, karena ia anaknya terlalu kinestetik, sukanya bergerak ke sana ke sini sejak kecil. Maka dari itu, dengan mengikuti kelas Coding dari Educourse, Kifah jadi belajar fokus dan ketelitian. Karena ia harus benar-benar mengecek apakah coding yang dia lakukan sudah benar atau belum.


5.Ketekunan dan Kerja Keras


The power of penasaran sih nampaknya, hehe. Ketika ada games yang dia buat dan belum benar-benar sesuai yang diinginkan, maka ia akan terus ngulik coding games tersebut hingga program/gamesnya benar-benar bisa dijalankan dengan baik.

 

Beberapa Games yang sudah Kifah buat sendiri:


Review kelas coding untuk anak educourse
Flying Cat aka Kucing Ngapung/Terbang. Bt, kucingnya terbang mencari uang ini, wkwkwk



Review kelas coding untuk anak educourse
Mengumpulkan Koin. Tadinya itu ini gambarnya apel, sama Kifah diganti jadi gambar koin uang, emang dia materialistis sekali anaknya ya, hahaha.



Review kelas coding untuk anak educourse
Kucing Mencari Jalan Pulang. Kucing sedang mencari jalan pulang, namun di tengah jalan, ia diganggu oleh beberapa ekor lady bug atau kepik. Semoga selamat sampai tujuan ya, Cing.


Review kelas coding untuk anak educourse
Game Ping-Pong. Ini games yang biasanya suka ada di PC atau hape jadul deh kayaknya. Seru ini mainnya bisa berdua.



Review kelas coding untuk anak educourse
Roket di Luar Angkasa. Ini juga kayaknya games zaman punya Nokia jadul. Nembakin musuh di ruang angkasa wkwkwkwk.


Kelebihan Mengikuti Kelas Coding di Educourse:

 

Review kelas coding untuk anak educourse
Pembelajarannya menyenangkan


1.Dalam satu kelas, muridnya tidak terlalu banyak, hanya sekitar 10 orang.


2.Kelas bisa dipilih saat weekend atau weekday.


3.Dilakukan secara daring via zoom meeting, sehingga sangat mendukung program  belajar anak di masa pandemi.

 

 

Saran untuk kelas coding di Educourse:


Menurut saya, salah satu hal yang mungkin bisa ditambah lagi yakni waktu atau durasi. Satu jam itu benar-benar gak kerasa untuk anak belajar coding, hehehe. Karena memang anak-anak yang langsung mengerjakan sendiri coding dari games yang akan dibuat. Karena kelasnya online, jadi memang agak ‘makan waktu’ ketika anak harus melihat ke layar stratch untuk mengkoding games, dan juga layar zoom meeting. Mungkin waktu atau durasinya bisa lebih menyesuaikan dengan tingkat kesulitan anak ketika sedang belajar  di dalam kelas.

 

Review kelas coding untuk anak educourse
Akhiranya ketagihan bikin games sendiri



Over all, saya sangat suka dengan kelas coding dari Educourse ini. Kifah sangat termotivasi untuk membuat banyak games, logika dan daya analisis masalahnya juga terasah. Dan juga yang gak kalah penting, ketekunan dan ketelitiannya juga ikut terstimulasi.

 

Sekian review kelas Coding for Kids Educourse dari saya, alhamdulillah, banyak sekali manfaat yang saya rasakan juga sebagai orang tua. Kifah jadi bisa meluangkan waktu lebih positif dengan gadget atau perangkat teknologi yang ada di rumah.


Sebagai orang tua, kadang kita sangat takut ketika anak kecanduan gadget atau selalu bermain-main dengan game atau gadgetnya. Namun, ketika semua itu diarahkan dengan benar, dijadikan sarana belajar, maka semuanya bisa berubah ke arah yang positif dan tentunya bermanfaat bagi anak.

 

Ada yang punya pengalaman ikut kelas Coding for Kids juga, Ma? Atau lagi menimbang-nimbang ikut kelas belajar on line untuk anak selama di rumah aja?

 

Sharing di kolom komentar, yuk!


***


Educourse is an intelligent future education platform for STEAM learning with AI (Artificial Intelligence) and AR (Augmented Realty). Educourse menyelenggarakan beberapa pembelajaran berbasis STEAM seperti kelas Coding for Kids, Coding for Teens, Fun Science, Crazy Math, Junio Engeneer,.


Ada juga kelas Bahasa, yakni English, Japan, Korea, Turki, dan lain-lain. Ada juga Visual Art Drawing, Craft and DIY. Pokoknya masih banyak banget kursus yang bisa diikuti di Educourse. 


Klik https://educourse.i-gen.co.id/ untuk melihat banyak kursus lainnya, dan kunjungi Instagram @educourse.id untuk bertanya langsung dengan Educourse.

Begini Cara Merawat Anak Alergi Susu Sapi di Masa Pandemi Covid-19

Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan, dan di sisi Allah-lah Pahala yang besar (Q.S Al-Anfal:28)

Sebagai ibu dari seorang anak yang memiliki alergi terhadap protein susu sapi, potongan Ayat Al-Qur'an di atas memang benar adanya.

Merawat anak dengan alergi protein susu sapi itu Masya Alloh.  Betul-betul menjadi cobaan tersendiri bagi saya dan suami.

Apalagi dalam keluarga kami belum diketahui siapa saja yang memiliki "bakat" alergi. Maka dari itu, perjalanan Kifah yang tumbuh sebagai anak yang alergi protein susu sapi menjadi sebuah pengalaman yang sering saya share di blog ini. 

Ketika Kifah bayi muncul ruam merah di pipi, dan saya masih belum ngeh kalau itu alergi yang menyebabkan Dermatitis Atopik

Karena saya tahu, ibu dengan anak alergi, harus sama-sama saling menguatkan dan mendapatkan informasi dan edukasi seputar alergi anak.

Baca juga curhat saya tentang pengalaman merawat anak alergi dan asma.

Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju

Bicara soal saling support dan memberikan informasi dan edukasi mengenai alergi anak, saya sangat mendukung adanya Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju.

Karena saya merasa 'ada teman' untuk sharing, mendapatkan informasi dan edukasi, dan juga nasehat-nasehat dari para expert mengenai alergi anak.




Seperti pada Senin, 29 Juli 2020 kemarin. Saya mengikuti webinar via Zoom mengenai bagaimana cara merawat anak alergi di masa pandemi seperti saat sekarang ini.

Jujur saja, selama Pandemi Covid-19 yang dimulai pada pertengahan Maret 2020 hingga sekarang, saya dan suami cukup panik dan takut akan bahaya penularan Covid-19 karena Kifah anak pertama saya memiliki riwayat alergi dan sekarang mengidap penyakit Asma.

Asma pada Kifah memang belum sembuh total, bahkan di bulan Ramadhan kemarin, Kifah tertatih-tatih berpuasa walau ketika jam bangun sahur asmanya sering kali kambuh.

Di masa Pandemi ini, tentunya kekhawatiran saya naik 2x lipat.

Webinar yang bertajuk Tanggap Alergi di Masa Pandemi untuk Generasi Maju kemarin, menghadirkan Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr. Sp.A (K), M.Kes yang merupakan seorang ahli imunologi dan alergi anak.

Selain itu, hadir pula Bunda Anggi Morika Septi, Senior Brand Manajer SGM Eksplor Advance + Soya, serta Bunda Mediana Herwijayanti, yakni Digital Marketing Manajer SGM Eksplor Advance+ Soya. Dan satu lagi, Bunda Nastasha Rizky (artis dan Bunda yang memiliki anak dengan riwayat alergi protein susu sapi).

Bunda Anggi mengatakan bahwa memang pasti ada ketakutan sendiri bagi para orang tua, di masa pandemi seperti sekarang ini, bagaimana cara merawat dan melindungi kesehatan anak-anak yang alergi dengan protein susu sapi.

Maka dari itu, Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju ini, ingin sekali mengajak dan menggugah para Bunda yang memiliki anak dengan alergi protein susu sapi untuk sama-sama belajar dan mendapatkan edukasi tentang alergi anak dengan benar sesuai dengan arahan para ekspert.

Bunda Anggi juga mengajak para Bunda agar selalu ingat 3K.

Apa itu 3K?


Jangan lupa lakukan 3K

1. Kenali Gejala. Yaitu mengenali apa saja gejala alergi. Di website generasimaju.co.id/alergianak Bunda bisa mengecek, apakah anak mengalami alergi atau tidak.

2. Konsultasikan. Yaitu mengkonsultasikan pada dokter atau expert mengenai alergi anak. 

Di generasimaju.co.id/alergianak terdapat fitur live chat bersama expert dimana kita bisa melakukan chat bersama expert untuk bertanya seputar alergi anak.

3. Kendalikan. Alergi dapat dikendalikan, salah satunya dengan cara memberikan nutrisi yang tepat pada si kecil yang mengalami alergi.

Prof. Budi mengatakan berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), di masa pandemi ini, anak termasuk ke dalam kelompok yang rentan terkena infeksi, Indonesia adalah negara dengan angka terinfeksi tertinggi di ASEAN.

Anak dengan alergi susu sapi memiliki sistem imun yang unik dan lebih sensitif dibandingkan anak yang lainnya, maka dari itu, anak dengan alergi protein sapi harus mendapatkan perhatian ekstra khususnya pada kesehatanya.

Alergi sendiri adalah respon tubuh yang tidak normal terhadap 'zat asing' yang masuk ke dalam tubuh.

Walaupun sebenarnya zat tersebut tidak berbahaya, namun sistem imun anak alergi akan meresponnya secara berlebihan, sehingga menimbukan, gatal, bengkak, ruam merah, sesak, dsb.

Zat yang memicu alergi disebut alergen. Biasanya, alergen terdapat pada makanan dan zat yang terhirup.

Makanan contohnya:

Susu sapi, makanan laut, kacang tanah, tree nuts (kacang polong, almond, mede), telur, gandum dan ikan.


Hati-hati dengan makanan ini


Zat yang terhirup contohnya:

Tungau debu rumah, serbuk sari tanaman, kecoa, serpihan kulit  binatang, dan jamur kapang.


Hati-hati juga dengan zat yang bisa terhirup ini


Apakah Alergi Susu Sapi Itu?

Alergi susu sapi diakibatkan oleh kasein dan whey, yakni protein susu sapi yang menyebabkan reaksi alergi. Angka kejadiannya sebesar 0,5 %- 7,5% dan manifestasi terbanyak yakni Dermatitis Atopik, yakni ruam merah pada kulit. Namun, kejadian alergi ini akan berkurang seiring dengan pertambahan usia.

Data dari klinik anak di RSCM Jakarta, tahun 2012 menyebutkan bahwa 31% pasien anak alergi terhadap putih telur dan 23,8 % alergi terhadap susu sapi.

7,5 % anak Indonesia mengalami alergi terhadap protein susu sapi, yang merupakan makanan penyebab alergi nomor dua setelah telur, pada anak-anak di Asia.

Dampak Apa Saja yang Ditimbulkan Jika Alergi Susu Sapi Tidak Segera Diatasi?


1. Dampak Kesehatan

Meningkatnya resiko penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi, dan sakit jantung

2. Gangguan Tumbuh Kembang

Anak dengan alergi bisa mengalami keterlambatan pertumbuhan, karena berhubungan dengan jenis dan ragam pantang makanan

3. Ekonomi

Meningkatnya pengeluaran untuk biaya pengobatan ke Rumah Sakit, membeli obat-obatan, biaya perawatan di rumah, orang tua kehilangan pendapatan karena sering tidak masuk kerja, dll.

4. Psikologi

Anak dan orang tua bisa stress, bahkan bisa jadi orang tua jauh lebih stress. Dengan begitu kualitas hidup anak dan keluarga menjadi menurun.

Lakukan 3 K (Kenali, Konstasikan, Kendalikan)

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Bunda Anggi, Prof. Budi pun menyarankan sebagai Bunda kita harus menjadi Bunda Tanggap Alergi dengan melakukan 3K. 

3K dilakukan agar alergi lebih bisa diatasi dan tidak menjadi kasus yang lebih berat lagi.


Kenali Gejala Alergi Protein Susu Sapi


1. Saluran cerna:  Diare (53%) dan Kolik (27%)

2. Kulit: Urtikaria (18%) dan Dermatitis Atopik (35%)

3. Saluran Nafas: Asma (21%) dan Rinitis (20%)

4. Umum: Anafilaksis (11%)

Bagaimana Membedakan antara Alergi dan Infeksi?
Perbedaan infeksi dan alergi

Di masa pandemi seperti ini, orang tua cenderung lebih khawatir dengan kesehatan si kecil.

Duh, anak saya batuk pilek, apa jangan-jangan terkena Corona ya?

Gejala Infeksi yakni:

1. Disertai demam
2. Batuk dan pilek terjadi sepanjang hari
3. Dahak yang dikeluarkan berwarna


Gejala Alergi:

1. Tidak disertai demam
2. Batuk, pilek, bersin biasanya terjadi saat malam hari
3. Dahak yang dikeluarkan bening/tidak berwarna

Tata Laksana Alergi (Rekomendasi dari IDAI)

Bagi anak yang memang menunjukkan gejala alergi, langkah selanjutnya adalah dengan MENGKONSULTASIKAN kepada dokter atau expert di bidang imunologi dan alergi anak.

Biasanya anak akan diberikan obat-obatan sesuai dengan gejala alergi oleh dokter.

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, jika anak memiliki alergi tetap berikan ASI dan ibu menyusui sebisa mungkin menghindari makanan pencetus alergi.


Apabila dengan SANGAT TERPAKSA KARENA ALASAN MEDIS maka boleh memberikan nutrisi yang lain, seperti formula soya sebagai alternatif berdasarkan rekomendasi dokter.

Tips Menghadapi New Normal/Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) untuk Anak Alergi Susu Sapi


Tips menjalankan New Normal dari Prof. Budi untuk anak alergi protein susu sapi

1. Tidak melakukan penundaan imunisasi

2. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan SDIDTK (Stimulasi Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak)

3. Tetap menjaga kesehatan dengan nutrisi yang lengkap dan seimbang, perbanyak makan buah dan sayuran, dan aktivitas fisik yang sesuai.

4. Ajari anak mencuci tangan dengan menggunakan sabun, memakai masker, dan menghindari kerumunan

5. Berjemur di depan rumah setiap pagi sekitar 10-15 menit untuk mengoptimalkan asupan vitamin D yang baik untuk daya tahan tubuh anak.

Alhamdulillah dengan saling support dan adanya edukasi, Bunda dengan anak alergi protein sapi bisa lebih tanggap dan semangat lagi

Bunda Mediana Herwijayanti, Digital Marketing Manager SGM Eksplor Advance+ Soya, Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju ini diharapkan mampu mengedukasi dan memberikan informasi seluas-luasanya kepada masyarakat agar lebih aware terhadap kasus alergi anak.

Dengan paparan yang dikatakan oleh Prof.Budi bahwa alergi bisa berakibat buruk jika tidak segera diatasi, maka Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju bisa dijadikan sebagai referensi dan pengetahuan tentang bagaimana mengatasi alergi pada anak.

Dan tidak hentinya, kampanye 3K yakni Kenali, Konsultasi, dan Kendalikan. Menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk bisa menjadi Bunda Tanggap Alergi.




Di dalam webinar kemarin, ada juga Bunda Natasha Rizky yang menceritakan pengalamannya mengatasi anaknya yang kedua, yang mengalami alergi protein susu sapi.

Awalnya ia sangat khawatir, bagaimana dengan pertumbuhan dan perkembangan anaknya karena mengalami alergi susu sapi. Karena asupan nutrisi pasti akan terbatas.

Nah, ada tips nih dari Bunda Natasha, sebagai Bunda Tanggap Alergi, yaitu:

1. Cari tahu gejala alergi itu seperti apa, sebagai Bunda kita harus peka.

2. Konsultasikan kepada expert apabila memang si kecil menunjukkan gejala alergi.

3. Memberikan nutrisi pengganti yang lain, misalkan dengan memberikan formula soya.

4. Kreasikan menu makanan si kecil, agar asupan nutrisinya tetap seimbang.

5. Dan yang terpenting, mintalah dukungan suami dan keluarga untuk merawat anak dengan alergi protein sapi. Karena suami dan keluargalah yang bisa menyemangati.

Yuk, Bunda, kita jadi Bunda Tanggap Alergi. Jangan lupa melakukan 3K.

Untuk mengetahui tentang gejala alergi pada anak dan chat dengam para expert, kunjungi www.generasimaju.co.id/alergianak

Dan untuk mengetahui banyaknya keseruan Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju, Bunda bisa membuka akun instagram @soya_generasimaju dan Facebook Fan Page: Soya Dukung Generasi Maju.

Pastikan jangan terlewat acara edukatif dan informatifnya seputar alergi anak, ya Bunda.

***

Saya sendiri, sebagai Bunda yang memiliki anak alergi protein susu sapi, sangat terbantu dengan adanya Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju.


Walau dulu Kifah alergi terhadap protein susu sapi, sekarang Kifah siap jadi Generasi Maju


Saya merasa tidak sendirian, dan mendapatkan support untuk terus mendukung si kecil jadi generasi maju walau dengan segala 'kekurangan' yang ada pada diri mereka.

Apakah si kecil di rumah memiliki alergi protein susu sapi juga, Bund? Sharing yuk di kolom komentar.




Review Omron Mesh Nebulizer NE-U100: Alat Nebulizer yang Hebat, Praktis, dan Mudah Dibawa Kemana-mana bagi Anak Penderita Asma

Review Omron Mesh Nebulizer NE-U100: Alat Nebulizer yang Hebat, Praktis, dan Mudah Dibawa Kemana-mana bagi Anak Penderita Asma


Assalamu’alaikum, halo semuanya apa kabar? Semoga sehat selalu ya. Ibu, Ayah, Anak, pokoknya sehat dan bahagia selalu hari ini dan seterusnya. Amiiin.

Bicara soal sehat, kayaknya beberapa waktu belakangan ini Saya sering ngomongin seputar alergi dan asmanya Kifah. Di blog ini dan juga di Instagram feed dan stories.

Kenapa? Karena memang kasus alergi anak dan juga asma akhir-akhir ini makin sering dibicarakan oleh para ibu baik di dunia nyata maupun media sosial di internet. Karena Saya adalah salah satu Ibu dengan anak yang memilki penyakit alergi dan asma, Saya merasa terpanggil untuk ikutan sharing mengenai alergi dan asmanya Kifah.

Saya sendiri pernah menulis pengalaman merawat anak alergi dan asma di tulisan berikut ini. Gak seperti sekarang yang akses media sosialnya lebih massive, kalau dulu sekitar 8 tahun yang lalu, saat Kifah bayi, akses informasi mengenai anak alergi dan asma gak segencar sekarang, makanya dulu Saya feel alone banget, dan merasa up and down menghadapi anak yang menderita alergi dan asma.

Bahkan Saya sempat merasa stres atau frustasi menghadapi Kifah yang sering bulak balik ke RS, Klinik, atau pun UGD.

Dan ini selaras dengan apa yang dikatakan Prof.Dr.dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A (k). M.Kes. Seorang Dokter spesialis anak, alergi dan imunologi. Bahwa anak yang menderita alergi (pada kasus Kifah menjadi asma) akan berdampak psikologis bagi orang tua dan anak itu sendiri. Yaitu orang tua dan anak menjadi stres atau frustasi.

Apa itu Asma?

Asma Bronkial adalah kondisi medis yang menyebabkan jalan nafas paru-paru membengkak dan menyempit. Karena pembengkakan ini, jalur udara menghasilkan lendir yang berlebihan sehingga sulit untuk bernafas, yang menyebabkan batuk, nafas pendek, dan juga mengi (nafas berbunyi ngik ngik).

Review Omron Mesh Nebulizer NE-U100: Alat Nebulizer yang Hebat, Praktis, dan Mudah Dibawa Kemana-mana bagi Anak Penderita Asma

Batuk terus menerus, terutama pada malam hari adalah salah satu ciri-ciri serangan asma
Prof.Dr.dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A (k). M.Kes mengatakan penyakit asma ini bisa disebabkan karena alergi saat masih bayi, dan benar memang, sebelum Kifah menderita asma, ketika bayi Kifah alergi protein susu sapi dan menyebabkan dermatitis atopik pada area kulitnya. Dan sekitar usia 3 tahun, ketika Kifah batuk tak kujung sembuh, Kifah divonis menderita asma oleh dokter.

Setiap orang memang memiliki serangan asma yang berbeda-beda, ada yang ringan dan ada pula yang berat, tapi jika diabaikan, asma ini akan berakibat fatal bahkan menyebabkan kematian. Oleh karena itu, jika memang anak atau keluarga Kita sudah jelas memiliki penyakit asma, lebih baik mengontrol asma tersebut agar tidak kambuh atau memiliki prosedur penanganan yang baik dan tepat ketika tiba-tiba asma menyerang di waktu –waktu tertentu.

Penyebab Asma

Masih menurut Prof.Dr.dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A (k). M.Kes, penyakit asma ini dikarenakan oleh alergi yang memang disebabkan karena adanya faktor keturunan dan faktor lain.

Faktor-faktor yang memicu reaksi asma  adalah:

1. Paparan zat seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, pasir, tungau, atau bakteri.
2. Infeksi virus seperti pilek dan flu atau pneumonia
3. Polusi udara, asap, asap kendaraan, asap rokok, dll
4. Stres dan kecemasan
5. Aktivitas fisik atau olahraga
6. Cuaca
7. Bahan tambahan makanan atau MSG

Kalau Saya amati, untuk Kifah sendiri, dia akan kambuh asmanya jika terlalu kelelahan beraktivitas, jajan sembarang (bahan makanan yang mengandung pengawet, pewarna, MSG, yang berlebihan), dan juga jika udara/cuaca dingin.

Gejala yang sering muncul ketika asma Kifah kambuh seperti batuk yang tak kunjung sembuh, seringnya terjadi pada malam hari, sulit bernafas (ketika bernafas, wajah dan leher sampai keluar keringat), mengi (nafas berbunyi ngik ngik), merasa mudah lelah, kesal, dan murung. Sering bersin, pilek, bahkan sakit kepala. Serta sulit tidur.

Seperti yang sudah Saya katakan di atas, bahwa Saya pernah merasa stres, frustasi, dan lelah ketika menghadapi kenyataan bahwa Kifah mengidap asma. Biasanya Saya jadi sensi, emosian, dan mudah marah ketika Asma Kifah mulai kambuh.

Kenapa?

Karena yang terbayang adalah capeknya bulak-balik ke klinik atau Rumah Sakit. Kemudian lelah harus ke UGD ketika asmanya menyerang. Kifah pernah ke UGD tengah malam, menjelang shubuh/dini hari, pagi hari, siang hari, sore hari. Semua waktu pernah dijalani untuk pergi ke UGD guna memberikan pertolongan pertama untuk Kifah dengan menggunakan nebulizer atau biasa disebut alat uap.

Dulu, setiap Kifah sesak nafas, seringnya ke UGD untuk diuap. Hingga pada suatu saat, dokter yang menangani Kifah memperbolehkan Kami memiliki alat uap atau nebulizer sendiri di rumah. Agar kami tidak panik dan tidak usah bulak balik ke RS atau UGD jika serangan asmanya ringan.

Catatan: untuk obatnya silakan dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu ya.

Alat Uap atau Omron Mesh Nebulizer NE-U100 untuk Asma Kifah

Review Omron Mesh Nebulizer NE-U100: Alat Nebulizer yang Hebat, Praktis, dan Mudah Dibawa Kemana-mana bagi Anak Penderita Asma

Saat ini, di rumah, Kami menggunakan alat uap atau Omron Mesh Nebulizer NE-U100. Bentuknya sangat kecil, ringkas, ringan, sangat simpel dan mudah digunakan.

Enaknya  Omron Mesh Nebulizer NE-U100 ini memang sangat cocok digunakan untuk yang memiliki anak dengan asma. Kenapa? Karena kecil, ringan, ringkas, simpel, mudah digunakan dan yang terpenting ini sangat mudah dibawa kemana-mana.

Karena ketika Kami sekeluarga mudik ke Bandung (dengan cuaca yang dingin) otomatis alat uap atau nebulizer ini perlu dibawa, karena khawatir Kifah kambuh di rumah nenek atau bahkan kambuh di jalan.

Selain itu, alat uap atau Omron Mesh Nebulizer NE-U100 sangat cocok dimiliki untuk anak yang memiliki asma untuk menemani keseharian dan aktivitasnya.

Dulu Saya sempet sedih, bingung, dan kepikiran. Gimana kalau Kifah kambuh asmanya ketika kelelahan latihan karate atau setelah main sepak bola, karena Kifah anaknya aktif sekali. Apalagi Kifah juga mulai aktif di kegiatan Pramuka sekolah. Kalau asmanya kambuh ketika kemping gimana ya? Kan gak ada colokan listrik? Gimana kalau UGD atau RS jauh?

Alhamdulillah setelah memiliki alat uap atau Omron Mesh Nebulizer NE-U100 keresahan Kami sebagai orang tua terjawab sudah solusinya.

Kelebihan Alat Uap atau Omron Mesh Nebulizer NE-U100

1.Dengan Advanced teknologi yang bisa diandalkan untuk meningkatkan efektivitas nebulisasi.

2.Mesh Technology, dengan teknologi terbaru menggunakan titanium vibrator yang mampu memecah ukuran partikel  menjadi sangat kecil sehingga proses nebulisasi lebih efektif.

3.Efisien, proses nebulisasi menjadi lebih efisien dan cepat, karena partikel obat yang masuk ke dalam paru-paru lebih kecil, jadi lebih cepat meredakan serangan asma.

4.Bisa digunakan 360 derajat, sehingga bisa digunakan dalam posisi apapun, bahkan dalam posisi tidur tanpa khawatir obatnya tumpah.

5.Mudah dibersihkan, alat uap atau  Omron Mesh Nebulizer NE-U100 sangat mudah dibersihkan.

6.Mudah digunakan karena sangat nyaman dalam genggaman.

7.Tidak berisik, alat uap atau  Omron Mesh Nebulizer NE-U100 ini sama sekali tidak mengeluarkan suara berisik.

Review Omron Mesh Nebulizer NE-U100: Alat Nebulizer yang Hebat, Praktis, dan Mudah Dibawa Kemana-mana bagi Anak Penderita Asma

Review Omron Mesh Nebulizer NE-U100: Alat Nebulizer yang Hebat, Praktis, dan Mudah Dibawa Kemana-mana bagi Anak Penderita Asma

Penggunaan alat uap Omron Mesh Nebulizer NE-U100 bisa digunakan dengan berbagai posisi, dari posisi duduk hingga posisi tidur.

Berikut video cara penggunaan nebulizer Omron Mesh Nebulizer NE-U100:



Review Alat Uap atau Omron Mesh Nebulizer NE-U100


Review Omron Mesh Nebulizer NE-U100: Alat Nebulizer yang Hebat, Praktis, dan Mudah Dibawa Kemana-mana bagi Anak Penderita Asma

Satu set alat uap/nebulizer Omron NE-U100 yang ada di dalam box


Saya sendiri merasa sangat puas dengan Omron Mesh Nebulizer NE-U100 ini.

Pertama, alat uap ini beneran cepat cara kerjanya, bahkan 2x lipat lebih cepat meredakan serangan asma Kifah. Partikel uapnya memang sangat kecil dan halus, sehingga mudah dihirup oleh anak-anak seperti Kifah.

Kedua, mudah dibawa kemana-mana. Alat uap atau Omron Mesh Nebulizer NE-U100 kecil dan ringan banget. Gak pakai listrik, cukup pakai baterai aja. Karena nebulizer Omron Mesh Nebulizer NE-U100 meredakan serangan asma lebih cepat, jadi baterainya pun cukup hemat.

Ketiga, gak bising sama sekali. Waktu awal menggunakan, Saya dan suami pun sampai bingung, ini sebenernya alatnya udah nyala atau belum. Saking gak ada suaranya sama sekali. Ini penting banget buat dipakai di jalan, gak ganggu orang lain. Dan ketika digunakan tengah malam pun suara Omron Mesh Nebulizer NE-U100 gak ganggu adik-adiknya Kifah yang sedang tidur.


***

Review Omron Mesh Nebulizer NE-U100: Alat Nebulizer yang Hebat, Praktis, dan Mudah Dibawa Kemana-mana bagi Anak Penderita Asma

Pernafasan kembali lega setelah menggunakan nebulizer Omron NE-U100
Menurut Saya pribadi, jika memang anak sudah diketahui menderita asma, sebaiknya dikomunikasikan ke dokter dan meminta izin dokter apakah boleh memiliki alat uap atau nebulizer sendiri di rumah.


Karena berdasarkan pengalaman, memiliki alat uap atau nebulizer sendiri di rumah sangat membantu untuk meringankan gejala asma anak. Tidak perlu capek ke RS atau UGD jika anak menunjukkan serangan asma.

Selain itu, memiliki alat uap atau  Omron Mesh Nebulizer NE-U100 ini seperti memiliki investasi alat kesehatan, karena jika dibandingkan dengan harus bulak-balik ke RS untuk melakukan nebulisasi, yang memakan waktu, tenaga, biaya yang tidak murah.

Menggunakan Omron Mesh Nebulizer NE-U100, serangan asma pada anak cepat diredakan dan menghemat biaya juga, karena pemakaian alat uap atau nebulizer ini adalah usaha untuk mempermudah Kita menangani asma di rumah dan bisa digunakan untuk jangka panjang.

Sehingga bisa Saya katakan, alat uap atau Omron Mesh Nebulizer NE-U100 ini Saya rekomendasikan untuk dimiliki bagi keluarga yang memiliki anak dengan penyakit asma. Satu lagi, selain kelebihan yang sudah Saya sebutkan sebelumnya, alat uap atau  Omron Mesh Nebulizer NE-U100 juga made in Japan dan memberikan 2 tahun garansi alat bagi para konsumennya.

Pernah menggunakan Nebulizer dari Omron juga? Sharing yuk di kolom komentar :D