Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.
Showing posts with label Mahasiswa. Show all posts

Grand Taman Melati 2 Margonda, Apartemen Mahasiswa di Margonda Depok dengan Konsep Kreatif serta Nyaman untuk Tinggal dan Berinvestasi

apartemen grand taman melati 2 margonda apartemen mahasiswa di margonda depok dengan konsep kreatif serta nyaman untuk tinggal dan investasi

Mendengar kata kampus dan mahasiswa, saya seperti flash back ke belakang, sekitar 9 tahun yang lalu. Lulus dari Sekolah Menengah Atas dan memutuskan pergi merantau untuk berburu ilmu dan pengalaman di Kota Bandung. 

9 tahun yang lalu, ketika menjadi mahasiswa yang jauh dari orang tua, mau tidak mau saya harus mencari tempat tinggal sendiri di sekitar kampus. Kriteria pemilihan tempat tinggal pun beragam, seperti faktor harga uang sewa, lingkungan, fasilitas, dan kedekatan dengan kampus. 

Pilihan saya waktu itu jatuh pada kamar kost berukuran 3x4 meter persegi yang ditempuh berjalan kaki kurang lebih 10 menit dari gedung Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 

Seiring dengan perkembangan zaman, ternyata mahasiswa yang berkuliah di luar kota atau tinggal terpisah dari orang tua memilih tempat tinggal yang lain selain rumah kost, yakni apartemen.

#NikahMuda Beberapa Hal Yang Harus Didiskusikan Sebelum Memutuskan Menikah Sambil Kuliah



Ahem,

Label #NikahMuda di blog ini udah lumayan lama nganggur. Soalnya yang punya blog sibuk nyeritain anaknya dan warna warni jadi emak rumah tangga.

Sampai lupa, padahal dulu ada proses panjang sebelum menuju kesini. 

Ketika belum kenal blog, saya pengen banget cerita pengalaman saya tentang nikah di usia muda plus sambil kuliah juga. Keputusan yang cukup anti mainstream bagi sebagian orang waktu itu.

Entah ya kalau sekarang, apakah orang atau orang tua lebih menyambut pernikahan yang dilakukan di usia yang dibilang dini, tapi ya semata untuk menangkal efek buruk pergaulan bebas dan segala kegeloan zaman sekarang.

Bukan maksa anaknya nikah muda buat dapet mantu anak orang kaya ya kayak di pelem pelem India. 


Mwahahaa.

Balik lagi ke soal cerita nikah sambil kuliah. 

Dulu saya bingung mau nulis pengalaman saya ini dimana, sampai akhirnya sekarang saya rutin nulis di blog ini. 

Beberapa email dari pembaca blog ini pun masuk dengan segudang curhatan tentang niatan mereka untuk menikah sambil kuliah gegara baca tulisan menikah saat kuliah.  

Daannn yeay, karena udah punya 'media' sendiri, apa salah dong saya nerusin lagi label #NikahMuda dan mudah-mudahan banyak yang baca juga.

Agar supaya pembaca blog gak susah susah ngimel pribadi, karena udah ada jawabannya di postingan. Jadi aku lanjutin aja ya label #NikahMudanya. Supaya gak lupa juga sih sama pengalaman yang dulu-dulu.

Bial makin cayang cama cuami, cama anak, karena pernah cucah cenang bareng eeeaaaaaa.


.....

Menikah sambil kuliah itu emang bukan perkara mudah, apalagi dua-duanya harus mendapatkan fokus yang tinggi untuk dijalanin. 

Masa sih bisa dijalanin bareng?

Ya tergantung sih, dimana ada niat dan kerja keras, dua-duanya bisa dijalanin bareng. Yang baik-baik gak usah lah dibentur-benturkan, selama dua-duanya merupakan suatu kebaikan.

Kuliah baik, nikah juga baik, ya berati secara logika bisa dijalanin bareng.

ASAL YA ITU TADI. 

Kembali ke niat dan kerja keras bersama antara suami dan istri nantinya.

Jadi, apa aja yang harus didiskusikan antara calon pasangan dan juga keluarga?

1. Soal Nafkah

Ini penting dan realistis. Bagaimana selanjutnya nafkah keluarga. Apakah suami akan menanggung nafkah keluarga seluruhnya? Apalagi kalau suami kuliah, apakah sudah bisa bekerja atau menghasilkan rupiah untuk menopang keuangan di rumah?

Dari mana saja pos keuangan?

Apa orang tua masih memberikan uang jajan atau uang kuliah kepada masing-masing anak?

Karena ada juga orang tua yang mau ngasih 'uang jajan' buat anaknya. Menikahkan anak semata untuk menghindari zina, supaya gak bablas bergaul dengan lawan jenis, supaya anaknya lebih terjaga. 

Soal uang, orang tua masih dengan senang hati memberikan walau sudah gugur ya segala kewajibannya sebagai orang tua.

Apakah akan berwirausaha?

Saran saya sih, sebelum memutuskan menikah sambil kuliah, lebih baik ada perencanaan wira usaha. Lebih baik sudah berani membuka usaha meski hasilnya masih jauh dari target.

Tapi bukankah Allah menyukai hambanya yang berproses? 

Lebih baik merencanakan pos keuangan dulu, diskusikan dengan calon pasangan dan keluarga, dari mana sumber keuangan yang akan didapatkan setiap hari atau setiap bulannya.

Karena menikah sambil kuliah itu beda ya dengan orang yang menikah tapi sudah bekerja. Mereka sih mudah untuk menghitung besar pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, tapi buat yang mau 'nekat' menikah sambil kuliah, plan berwirausaha lebih baik dibicarakan bersama.


Satu lagi, nyerempet materi juga.

Soal mahar, yang biasanya sensitif nih. 

Gak perlu yang mahal-mahal dan aneh-aneh. Coba cek harga sepeda lipat di toko sebelah, siapa tahu calon pasangan pengennya dikasih sepeda buat berangkat ngampus bareng ya kan?

Aheeeyyyy


2. Tempat Tinggal

Mau tinggal terpisah atau bersama orang tua?

Ini juga harus dipertanyakan bersama. Jika tinggal terpisah pastia akan ada cost tambahan untuk sewa rumah dan lainnya. Tetapi bila tinggal bersama dengan mertua, pengeluaran untuk sewa rumah bisa dihilangkan. 

Tapi harus dipertimbangkan pula bagaimana teknis tinggal bersama mertua. Bagaimana tentang pembagian "wilayah" rumah, mengerjakan pekerjaan rumah, memasak makanan, mencuci baju, dll.

Karena suatu saat, hal-hal kecil seperti ini akan memicu "konflik" yang akan mengganggu stabilitas rumah tangga jika tidak dikelola dengan baik. 


Klik: Tentang Ibu Mertuaku

3. Penyelesaian Kuliah

Bagaimana kuliah dan penyelesaiannya?

Karena kebanyakan yang nikah sambil kuliah itu kuliahnya gak beres sesuai rencana. 

Ini juga harus jadi komitmen, jangan sampai keasyikan ngurus rumah, ngurus anak, atau sibuk cari nafkah, kuliah jadi terbengkalai.

Dari awal harus ada komitmen bersama bahwa kuliah tetap harus berjalan dan lulus tepat pada waktunya. 

Misalkan kuliah harus disiplin, tugas kuliah harus jadi prioritas, membaca buku, baca artikel ilmiah harus rutin setiap minggu atau bulan.

Jangan sampai menikah malah menghilangkan iklim atau suasana belajar dan mencari ilmu. 

Harapanya sih, dengan menjalani berdua, setiap ilmu pengetahuan bisa dikejar dan digapai dengan maksimal. Syukur-syukur berdua bisa dapet beasiswa karena kegigihan dalam belajar yang gak pernah surut. 

Semangat mencari ilmu dan menyelesaikan amanah belajar dari orang tua harus terus menggebu, gak boleh sedikitpun dilupakan dan dilakukan dengan 'seadanya'.

Karena menikah dan mencari ilmu adalah ibadah dan hal yang disukai Allah, jadi lakukan keduanya dengan penuh tanggung jawab.

Sip.



4. Tentang Anak

Saya pernah dicurhatin tentang masalah anak. 

Jadi ada temen yang mau nikah sambil kuliah, dia bingung mau punya anak dulu atau nggak. Soalnya kalau udah punya anak otomatis bakal gunjang ganjing lah kegiatan kuliah, kecuali bisa dikondisikan dengan menitipkan anak pada pengasuh, orang tua, atau day care.

Saya sih bilang, kalau memang belum memungkinkan atau supporting systemnya belum ada, yaudah gak apa-apa tunda dulu aja punya anaknya.

Eh, yang nanya malah bilang:

"Kalau udah siap nikah, ya harus siap punya anak dong!"

LAAHH TADI KAN NANYA. DIJAWAB MALAH GAK TERIMA. 


Yasudahlah.

Jadi intinya soal anak ini kembali ke 'kepercayaan' dan kesiapan masing-masing. Kalau memang takut gak ada support system di keluarga atau di lingkungan, yaudah tunda aja dulu sampai lulus kuliah. 


Tapi kalau memang lihat adanya bala bantuan untuk punya anak nanti, ya gak apa-apa punya anak juga. 

Yang penting kan anak terurus, terjaga, kuliah juga gak terbengkalai. 

Kerepotan sendiri itu gak enak cyin, jadi mending diminimalisir aja ya hal-hal yang sekiranya akan menjadi 'kendala' dan menghambat kinerja rumah tangga yang akan dibangun.


5. Tentang Cita-Cita

Menikah muda atau menikah sambil kuliah itu identik dengan penghambat jalan meraih cita-cita. Apalagi nada sumbang di luar sana yang selalu bilang:

"Ya kalau udah nikah, punya anak, boro-boro bisa lanjut S2."

atau

"Jangan harap deh bisa mimpi jalan-jalan keliling dunia kalau udah nikah. Udah gak bebas, udah gak bisa sendirian kemana-mana."

Sebenernya ini juga harus didiskusikan ya. Apalagi sebagai kaum perempuan, yang nantinya akan all out di rumah ngurus anak dan suami.

Bagaimana dengan cita-cita masing-masing?

Misalkan ada yang mau jadi dokter spesialis kandungan, mau jadi dosen, mau jadi penulis atau mau jadi travel blogger *uhuk* 


Cara mewujudkannya gimana ya? 

Sebagai calon suami istri yang bisa dikatakan calon tim, calon orang-orang yang akan sukses bersama, baiknya harus terbuka soal cita-cita, mimpi, harapan masing-masing.

Bukan apa-apa, dengan merencanakan support dari calon pasangan, pernikahan yang akan dibangun akan menjadi lebih 'hidup' dan terarah, serta tidak mematikan potensi masing-masing pasangan.

Bukankah pasangan yang baik adalah yang saling membangun satu sama lain? Jadi jangan lupa diobrolin ya, supaya kedepan suami istri adalah pasangan yang benar-benar hebat dan tak terkalahkan.

Ciyaaatttt Ciyaaattt Ciyaaattt.


.....

Sampai sini segitu dulu ya, Next akan aku jabarin lagi satu-satu atau aku ceritain pengalaman menikah sambil kuliah dulu di blogpost dengan hashtag #NikahMuda.

Oia tambahan.

Cukup banyak yang ngeimel tentang bagaimana caranya mendapatkan Ridho dan Restu orang tua?

Aku sih suka jawab, dengan punya rencana atau plan minimal 5 point di atas, kamu akan one step ahead dengan restu orang tua. 

Kenapa?

Karena orang tua pun akan memberikan pandangan berbeda kalau kamu punya visi dan misi yang jelas untuk membangun rumah tangga ke depan.

Gak ujug-ujug minta nikah karena abis nonton sinetron kecil-kecil jadi manten.

Jadi jawabannya, coba perjelas alasan, rencana, visi, dan misi kamu untuk menikah sambil kuliah. Supaya orang tua yang tadinya "awkward" sama niat tulus ikhlas kamu, berubah menjadi supporter terdepan dan mendukung kamu habis-habisan.




Any opinions? Drop your comments!


8 Hal Ini Ternyata Baru Bisa Saya Lakukan Setelah Menikah

8 Hal Ini Ternyata  Baru Bisa Saya Lakukan Setelah Menikah
Image from Pexels


Iya bener judulnya gitu.
.
.

DELAPAN HAL INI TERNYATA BARU BISA SAYA LAKUKAN SETELAH MENIKAH

.
.

Emang sebelum nikah kemana aja? 


RAPAT BROW RAPAT



Aku mah anak Kura-kura, Kuliah Rapat Kuliah Rapat. Jam terbangnya minim kalau urusan rumah tangga. Kalau ditanya AD ART baru paham, kalau ditanya bumbu rendang mah wassalam.

Jadi ya wayahna weh, baru bisa pas abis nikah. 

Eta oge kapaksa cigana

Mau Kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia-Bandung? Baca Dulu Informasi Seputar Kost-kostan UPI Di sini!

informasi kostan universitas pendidikan indonesia bandung

Ketika tahu diterima kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI di Bandung, selain senang luar biasa, saya juga galau tiada terkira. 

Galau kenapa? 

Galau mau gimana nanti hidup di sana. Gimana soal hidup, ngekost, biaya kostnya, biaya makan sehari hari, dll. Soalnya saya baru pertama kalinya harus tinggal terpisah, sendirian, jauh dari orang tua. 

Apalagi kota Bandung, salah satu kota besar di Indonesia, saya mikirnya biaya hidup di Bandung itu pasti mahal. Pikiran tentang mahalnya biaya hidup di Bandung membuat saya rajin tanya tanya ke alumni atau temennya alumni yang kuliah di Bandung, khususon yang kuliah di UPI. 

Nanya soal harga kamar kost, dibayarkan setiap tahun atau bulan, saya juga nanya, apakah UPI sendiri punya asrama sendiri untuk mahasiswa atau nggak. Jawabannya, ada yang memuaskan ada juga yang nggak, dan akhirnya saya pasrah aja sih buat kuliah di Bandung, lillahita’ala dengan modal informasi seadanya dari alumni. 


... 

Kampus UPI utama yaitu Kampus Bumi Siliwangi terletak di Bandung Utara. Tepatnya di jalan Dr. Setia Budi No 229. Jalur utama ketika kita hendak pergi berwisata ke daerah Lembang, Gunung Tangkuban Parahu, atau ke Ciater Subang. 

Suhu udaranya cukup tiris alias dingin. Buat yang hidupnya di daerah panas, seperti saya dulu. Tinggal di Bandung perlu penyesuaian banget. Awal awal, saya selalu kemana mana pake jaket. 

Malah masih suka kebiasaan ketika udah kembali ke Bogor, padahal Bogor panas banget. Malahan suhu udara di Bandung pernah sampai 18-16 derajat celcius. Berasa di dalem kulkas.


Mau Berbisnis di Usia Muda? Gampang, Sekarang Ada Ralali.com yang Bisa Bantuin Kamu!

memulai usaha di usia muda


“Halo, bisa bicara dengan Kang Ijang Permana Sidik?”
seseorang bersuara maskulin berbicara dari sebrang telepon.

“Ya, saya sendiri” jawab suami saya.

“Bisakah besok kita bertemu? Saya wartawan Pikiran Rakyat, ingin wawancara dengan Kang Ijang”

Obrolan singkat di telepon memecah suasana. Musik degung yang sedang mengalun di aula Mesjid Al Furqon Universitas Pendidikan Indonesia mendadak tak terdengar di telinga kami saking kagetnya. Kebetulan hari itu kami sedang melaksanakan walimatul ursy Kakak kedua. Saya dan suami baru saja menerima telepon dari seorang wartawan Pikiran Rakyat,tepatnya dari rubrik Kampus yang meminta waktu untuk wawancara.

“Mau wawancara apa, Bi?” tanya Saya.

“Katanya tentang nikah sambil kuliah” Jawab Abbiy.

memulai usaha di usia muda
Antara norak sama seneng, koran dipigurain.


Menurut pengakuan sang wartawan, ada seorang teman yang merekomendasikan kami untuk diwawancarai ketika Koran Pikiran Rakyat sedang mencari narasumber untuk mengisi rubrik ‘kampus’ yang temanya mengenai “menikah saat kuliah”

Singkat cerita, kisah “nikah muda” kami berhasil mengisi rubrik kampus Koran Pikiran Rakyat bersama dengan cerita kang Surya Kresnanda (yang saat ini berprofesi menjadi trainner) dan istri, yang sama sama menikah saat kuliah juga dong pastinya.

Dalam kutipan wawancara, salah satu yang disoroti adalah mengenai “tanggungan nafkah keluarga” mengingat kami ini masih kuliah semua. Jangankan punya pemasukan, yang ada malah pengeluaran terus terusan, ya namanya juga kuliah, butuh biaya banyak.

Bersama BNI Memajukan Pendidikan Indonesia



"Di depan menjadi pemimpin, di tengah mampu memimbing dan mengarahkan, di belakang memberikan dorongan yang kuat" -Ki Hajar Dewantara-

Begitulah bunyi petuah yang diberikan oleh Ki Hajar Dewantara kepada seluruh pendidik di Indonesia. Petuah bijak yang saya dengar dan kemudian saya pelajari dengan sungguh-sungguh tujuh tahun lalu di Universitas Pendidikan Indonesia.

Petuah yang sederhana dan sarat makna yang menjadi landasan oleh para pendidik Indonesia dalam mengemban tugasnya untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Singkat, jelas, dan padat. Namun pada kenyataanya, petuah bijak ini sangat sulit dan perlu 'keahlian' khusus dalam mengaplikasikannya di dunia pendidikan.

Universitas Pendidikan Indonesia adalah salah satu universitas milik pemerintah yang secara khusus mencetak tenaga pendidik dan kependidikan yang mumpuni, cerdas, dan berkualitas baik secara lahir maupun batin. 

Tenaga pendidik dan kependidikan ini seringkali disebut guru, dosen, pengawas, pengembang kurikulum, widyaiswara/trainner di lembaga Diklat, pustakawan, dan lain sebagainya. 

UPI dengan motto "Leading and Outstanding University" memiliki tanggung jawab yang besar untuk mencetak tenaga pendidikan dan kependidikan yang mampu memajukan pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik.

Menjadi Mahasiswa UPI

Awalnya saya tidak menyangka sama sekali akan kuliah di kota kembang Bandung, Jawa Barat. Dan menjadi salah satu mahasiswa di kampus yang seringkali disebut ex. IKIP Bandung.

Pertama kali saya menginjakan kaki di kampus UPI Bumi Siliwangi Bandung, hal yang pertama kali saya lakukan adalah melakukan registrasi mahasiswa baru. Dan disitulah awal mula saya mengenal Bank BNI.

Antrian mahasiswa baru saat itu mengular di gedung BAAK kampus UPI Bumi Siliwangi Bandung. Ribuan mahasiswa dari berbagai daerah membuat antrian dari pagi hingga sore hari dengan dilayani oleh para petugas Bank BNI.

Kami melakukan pengisian data diri, pengarahan dan juga melakukan sesi 'pemotretan' untuk membuat Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Semuanya dilayani dengan sabar oleh petugas Bank BNI bersama staff administrasi kampus.



csr Bank BNI
Buku Tabungan BNI-ku

csr Bank BNI
KTM pertama ku disponsori Bank BNI *So Happy*

Perjalanan kuliah saya di Bandung diawali dari sini, senang sekali saatnya ketika bocah yang baru saja lulus SMA mendapatkan Kartu Tanda Mahasiswa yang disponsori oleh Bank BNI. 

Yang membuat saya salut adalah ketika melakukan registrasi, antrean yang sangat panjang sepanjang hari tidak membuat petugas BNI lelah melayani kami. Mereka masih tersenyum walaupun saya tahu kami semua (baik mahasiswa baru dan petugas Bank BNI) sudah sangat kelelahan.

Saya sendiri berdiri di gedung BAAK sejak pukul 10 pagi hingga jam 5 sore. 

KTM Pertamaku

Seperti yang saya bilang sebelumnya, memiliki KTM pertama itu benar-benar suatu hal yang luar biasa. Saya simpan baik-baik di dompet hijau kesukaan saya. Walaupun suatu hari dompet saya raib kena copet.

Awalnya saya sangat sedih dan bingung ketika KTM saya hilang dan buru-buru saya membuat laporan ke Customer Service Bank BNI. Alhamdulillah, pelayanan yang nyaman membuat saya tenang, dan selang seminggu kemudian saya memiliki KTM yang baru.

Selain sebagai kartu identitas mahasiswa, KTM BNI bisa digunakan untuk menarik tunai di ATM. Sebagai mahasiswa rantau seperti saya, mempunyai kartu 'ajaib' yang bisa menerima uang transfer dari orang tua sangat penting. 

Designed by Me, Icon by www,freepik.com


Lakukan TIPS Ini Agar Perjuangan Skripsimu Cepat Berakhir


tips menyelesaikan skripsi

Skripsi menjadi momok menakutkan bagi mahasiswa tingkat akhir, skripsi merupakan proses ‘eliminasi’ yang harus dihadapi sejauh apapun kita ingin melarikan diri. Tanpa mengerjakan skripsi, apalah artinya kuliah lama dan memakan banyak waktu, uang, dan tenaga. Apakah skripsi semenakutkan itu? Jika kamu bermasalah dengan lama-nya proses pembuatan skripsi, berikut tips agar skripsmu bisa disidang dengan cepat dan tepat oleh para penguji.