Assalamu’alaikum Mama semua,
alhamdulillah anak-anak sudah hampir satu bulan ya, Ma belajar kembali di
sekolah. Bagaimana nih, kabar anak-anak di kelas atau sekolah barunya? Apakah
sangat bersemangat? Atau menghadapi beberapa tantangan?
Apapun tantangannya, semoga Mama
tetap optimis dan segera menemukan solusi atas berbagai tantangan yang terkait
dengan dunia sekolah anak-anak, ya.
Anak sulung saya, Kifah, alhamdulillah
masuk ke Sekolah Menengah Pertama tahun ini, sedangkan adiknya, Aldebaran,
masuk ke kelas 2 Sekolah Dasar. Mereka berdua masih beradaptasi dengan berbagai
pembelajaran yang ada di sekolah masing-masing. Karena memang sedang terjadi
perubahan kurikulum nasional ya, Ma. Sebelumnya, anak-anak menggunakan
kurikulum tematik sedangkan sekarang beralih ke kurikulum Merdeka yang
mengusung tema besar yaitu MERDEKA BELAJAR.
Bicara soal Merdeka belajar,
memang banyak hal yang harus kita perhatikan, ya, Ma, menyoal pembelajaran anak
di sekolah. Yakni bagaimana menyiapkan lingkungan dan atmosfer pembelajaran
bagi anak yang bisa mendukung bakat dan minat mereka secara individual,
memberikan kenyamanan lingkungan pembelajaran yang anti bullying/kekerasan
mental dan fisik, serta memberikan akses atau kebebasan anak-anak dalam
mengeksplor berbagai ilmu pengetahuan tanpa batasan ruang-ruang kelas.
Secara garis besar, perubahan
kurikulum dari masa ke masa ini memang memunculkan kontroversi ya, Ma. Sebagai
warga negara yang mempercayakan pendidikan anak-anak kita kepada pemerintah
Republik Indonesia ini, memang kita tidak bisa berbuat banyak, yang bisa kita
lakukan tentunya mempelajari dan mendukung penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia agar anak-anak kita mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Maka dari itu, beberapa waktu
lalu saya mengikuti pelatihan Ibu Penggerak yang diselenggarakan oleh
Kemendikbudristek beserta Sidina Community untuk lebih banyak belajar tentang
kurikulum nasional, berbagai pola-pola pembelajaran di sekolah, dan bagaimana
saya sebagai orang tua juga mampu berperan aktif sebagai ibu penggerak yang
mendukung dan berkontribusi dalam program Merdeka belajar baik di sekolah
maupun di rumah.
Baca juga: Anak Membuat Kita Tidak Bahagia?
Peran Pendidikan Keluarga
untuk Mendorong Minat dan Bakat Anak
Setelah mengikuti pelatihan Ibu Penggerak
dari Kemendikbudristek kemarin, saya semakin sadar bahwa sekolah hanyalah
sarana untuk memberikan pendidikan karakter, ilmu pengetahuan, mengasah dan
mengolah kompetensi anak-anak kita. Arsitek Pendidikan anak yang sesungguhnya
tentunya kita sebagai orang tua. Memiliki visi dan misi yang jelas agar
anak-anak mendapatkan pendidikan yang holistic baik itu untuk
meningkatkan IQ, EQ, dan juga SQ.
Pendidikan keluarga juga berperan
dalam memetakan kelebihan/potensi dan kekurangan anak, jadi bukan serta merta
menyalahkan pihak sekolah ketika ada hambatan atau masalah belajar pada anak.
Tetapi orang tua lah yang harusnya tahu dan paham lebih dahulu ketika anak
memiliki hambatan belajar pada mata pelajaran tertentu atau pun pada aspek
lainnya, kemudian berusaha mencari solusi bersama pihak sekolah atau pun solusi
lain yang lebih memungkinkan.
Baca juga: Pengalaman Melakukan Pindai Sidik Jari untuk Menemukan Bakat dan Minat Anak
Menghadapi Hambatan Belajar pada
Anak
Saya pernah mengalami beberapa
kasus hambatan belajar pada si sulung ketika sekolah di Sekolah Dasar kemarin.
Salah satu hambatan belajar yang dirasakan adalah interaksi sosial dengan
teman-temannya di kelas. Mengalami beberapa tindakan bullying di kelas
(walau tidak parah) dan akhirnya bisa diselesaikan dengan baik bersama pihak
sekolah.
Hambatan mengenai akademik pun
pernah dirasakan si sulung ketika duduk di kelas 5 Sekolah Dasar, transisi
pasca pandemi covid-19 yang disinyalir memunculkan fenomena ‘Learning Loss’
ini juga pernah dirasakan oleh si sulung. Ia merasa terseok-seok ketika belajar
kembali di sekolah. Karena memang pembelajaran daring yang mendadak karena
situasi pandemi covid-19 tidak bisa 100% membuat anak-anak bisa menguasai
seluruh materi pembelajaran.
Akhirnya untuk mengatasi hal
tersebut, sekolah juga memberikan solusi pembelajaran tambahan di sekolah untuk
‘menambal’ kembali pembelajaran seperti Matematika, Sains, Bahasa, dll yang
sempat terhambat ketika Pandemi Covid-19.
Persiapan Ulangan Harian dan
Ujian Semester
Walau baru sebulan melakukan
pembelajaran kembali di sekolah, biasanya guru akan memberikan ulangan harian
untuk melihat sejauh mana pembelajaran diserap oleh siswa. Dan selanjutnya
ulangan harian ini akan menjadi ‘modal’ untuk melakukan ujian semester nanti.
Si sulung pun bercerita kemarin ia sudah melakukan ulangan harian untuk mata
pelajaran Matematika, sedangkan Aldebaran, ulangan hariannya masih bersifat
kuis dan praktek lisan.
Saya sendiri sering bertanya
kepada anak-anak, “Pelajaran apa yang paling kalian suka? Dan Pelajaran apa
yang paling kalian tidak suka? Dan apa alasannya?”
Jawaban anak-anak tentunya
bervariasi, karena si sulung, Kifah suka dengan sekolah barunya, hampir tidak
ada pelajaran yang tidak ia sukai, tapi memang katanya yang agak sulit itu
Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Begitu pun Aldebaran, ia kesulitan di Bahasa
Arab tapi dia sangat suka pelajaran Matematika.
Saya yakin memang namanya belajar
banyak mata pelajaran itu tidak mudah, ya. Pasti ada mata pelajaran yang mudah
bagi anak dan juga sulit untuk anak. Kita pun dulu ketika sekolah pasti
merasakannya ya, Ma. Tidak semua mata pelajaran kita kuasai dengan baik.
Namun tidak ada salahnya kalau
kita bisa lebih mendorong anak-anak untuk meningkatkan kemampuan belajarnya
pada pelajaran yang sulit, dan mengasah minatnya pada pelajaran yang sangat
mereka sukai.
Mencoba Bimbel Online
Matematika
Beberapa waktu lalu, saya mencoba
mendengarkan paparan Bimbel Online Matematika dari Sinotif untuk
Aldebaran. Karena memang dia sangat suka pelajaran matematika dan sangat ingin
menjadi peneliti/ilmuan atau arsitek.
Salah satu hal yang unik dari
Sinotif adalah mengklasifikasikan anak yang masuk bimbingan belajar menjadi 2
kelompok, yakni anak yang terhambat dalam pembelajaran, dan anak yang memiliki
potensi atau ketertarikan terhadap ilmu eksakta, yang kemudian dapat
dibimbing agar makin mantap dan faham terhadap dasar-dasar pembelajaran
matematika, fisika, dan kimia.
Hal ini sesuai dengan kelebihan
dari bimbel Sinotif yakni personalized, dimana anak akan
diberikan pembelajaran dan bimbingan sesuai dengan kebutuhan anak terhadap mata
pelajaran matematika, fisika, dan kimia.
Tulisan sebelumnya mengenai
bimbingan belajar online Sinotif bisa dibaca di link ini.
Saya sendiri berkonsultasi untuk
anak seusia Aldebaran (kelas 2 SD) yang memiliki ketertarikan terhadap
matematika, akan diberikan pembelajaran yang seperti apa? Kemudian saya
mendapat penjelasan dari tim Sinotif yaitu:
“Untuk anak usia Aldebaran
(kelas 2 SD) yang kebetulan menyukai matematika, akan dibimbing dengan
pembejaran yang menyenangkan ‘Fun Learning’ dan penguatan terhadap dasar-dasar
matematika, sehingga ketika Aldebaran menghadapi soal seperti apapun
(dibolak-balik sedemikian rupa) dia akan tetap mengerti dengan logika dasar
matematika soal tersebut dan mampu mencari jawabannya.” Jelas Kak Rommy dari
Sinotif.
Memang benar ya, Ma. Di zaman
sekarang, anak-anak sudah tidak lagi belajar tentang hafalan dan pemahaman
belaka, namun anak harus bisa menganalisis dan mensintesis soal-soal yang
diberikan dengan penalaran yang kuat, atau istilahnya sekarang soal-soal HOTS
(High Order Thingking Skill).
Gak mudah, lho, Ma, mengerjaan
soal HOTS ini, saya pernah melihat soal-soal matematika Aldebaran saat ia
mengikuti lomba matematika secara daring, wah, soalnya bikin geleng-geleng
kepala untuk ukuran anak SD kelas rendah, hehehe.
Makanya saya setuju banget, bahwa
dasar-dasar ilmu hitung atau matematika ini harus diperkuat dengan cara
memberikan soal-soal yang memerlukan daya nalar yang tinggi serta perlu
dilakukan pengulangan dan pembiasaan ‘bertemu’ soal seperti itu, sehingga
ketika di sekolah mendapatkan soal-soal sejenis saat ulangan harian atau ujian
semester sudah tidak kaget lagi, ya, Ma.
Program Bimbingan Belajar
Online Sinotif
Ada 4 program yang bisa diambil
ya, Ma, di Sinotif, yakni program Diamond, Platinum, Gold, dan Silver.
Masing-masing program ini memiliki bebeapa kelebihan, yakni:
Kalau menurut saya, untuk anak
yang memang ingin mengembangkan potensinya di bidang Matematika, Fisika, dan
Kimia seperti Aldebaran, bisa mengambil program Gold atau Platinum ya, Ma.
Untuk program Diamond sendiri, biasanya program intensif yang ingin mendalami
Matematika, Fisika, dan Kimia untuk mengikuti ajang atau kompetisi Matematika,
Fisika, Kimia, baik nasional maupun internasional.
Sinotif juga melakukan
perencanaan pembelajaran untuk setiap siswa agar sesuai target yang diharapkan
serta memberikan report hasil belajar secara berkala untuk para siswa
yang mengikuti bimbingan belajar online di Sinotif, agar orang tua juga tetap
bisa terlibat dalam memantau progress atau perkembangan belajar anak.
Khusus untuk produk Diamond dari
Sinotif, siswa akan diberikan garansi uang kembali 100% jika memang tidak cocok
dengan guru maupun metode pembelajaran yang diberikan oleh Sinotif. Kelebihan
lainnya adalah semua produk bimbingan belajar on line dari Sinotif,
diberikan akses 24 Jam untuk mengakses pembelajaran, latihan soal, hingga tanya
jawab PR pada E-Learning seratusinstitute.com dan aplikasi tanya jawab
soal.
Belajar di Era Digital
Setelah mengetahui berbagai
hambatan belajar pada anak, tentunya sebagai orang tua, kita akan merasa
gelisah dan segera mencari solusinya, ya, Ma. Begitu pun ketika kita menemukan
potensi yang ada pada diri anak, sebisa mungkin tentunya kita ingin mengasah
potensi tersebut.
Step pertama mungkin kita
akan berkonsultasi dengan guru kelas dan pihak sekolah anak terkait hambatan
belajar atau pun potensi yang dimiliki oleh anak-anak kita, namun tidak ada
salahnya jika kita pun memberikan opsi lain yakni memberikan bimbingan belajar
secara online di luar sekolah yang mampu mengatasi hambatan belajar atau pun
mengasah kemampuan anak dalam bidang akademik.
Di era digital seperti sekarang
ini, belajar secara daring atau online bukan lagi hal yang tabu, karena memang
kebutuhan akan pendidikan yang merata dari Sabang sampai Merauke, kemudahan
diakses Pendidikan dimanapun dan kapanpun menjadi tuntutan zaman.
Seperti nasehat yang sering kita
dengar dari Sayidina Ali bin Abi Thalib: “Didiklah anakmu sesuai dengan
zamannya, bukan dengan zamanmu, karena memang mereka hidup pada zamannya, bukan
pada zamanmu.”
Sungguh sangat relate sekali ya
nasehat ini dengan hari ini, padahal ‘quotes’ ini sudah diucapkan sejak ribuan
tahun lalu. Semoga anak-anak kita menjadi generasi yang dididik sesuai dengan
zamannya ya, Ma. Agar anak-anak bisa belajar dengan lebih menyenangkan baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
Apakah anak-anak sudah mulai
mengikuti ulangan harian di sekolahnya, Ma? Atau masih beradaptasi dengan
transisi kurikulum yang baru? Sharing yuk, di kolom komentar :D
Anak pernah ikutan free trial di Sinotif, bagus ya beneran mengatasi masalah belajar pada anak.
ReplyDeleteWah iya mba Tian, memang hambatan belajar pada anak harus diatasi dengan baik ya supaya tidak jd kendalan yg terus menerus
DeleteWah iya mba Tian, memang hambatan belajar pada anak harus diatasi dengan baik ya supaya tidak jd kendalan yg terus menerus
DeleteInfonya ku simpan yah buat SID. Dia suka matematika dan numerasi. Rencananya kalau kelas 4 ke atas mau kuajak ikut bimbel, khawatir emaknya udah ga nutut kalau ngajarin. Hahaha jadi mending kasih ke ahlinya aja.
ReplyDeleteWah kakak SID udah mau kelas 4 ya, iya aku pun udah kurang mudeng ngajarin anak2 apalagi kalau udah ada soal HOTS, memang bener serahkan pada ahlinya aja yaa
DeleteWah, Kifah udah SMP aja ya mba.. Kalo Aldebaran sama nih kayak Mika kelas 2.. :D Iya sekarang kurikulum berubah, buku-buku kakak jd gak bisa dipakai adik lagi.. Hihi Tapi berharap semoga kurikulum baru makin meningkatkan potensi anak-anak, ya. Nah, aku suka nih kalo ada tempat kursus belajar yang memetakan kategori anak yg terhambat sama yg memang suka dan berkembang. Soalnya pasti pendekatan belajarnya kan juga beda yah mba..
ReplyDeleteIya betul, kadang kita selalu berfikir bimbel buat anak yg terhambat aja, padahal bimbel juga cocok buat menggali minat dan bakat anak di bidanh eksakta ya
DeleteSekarang ini memudahkan pastinya ya mba kalau belajar matematika dengan cara seperti ini. Bener sekali apa yang disampaikan karena bagaimanapun didik anak sesuai dengan jamannya
ReplyDeleteIya ummi alhamdulillah ya, zaman anak2 kita sekarang memang sudah berubah, dan kita orang tua wajib menyeseuaikan ya
DeleteWah, semoga belajarnya makin menyenangkan.
ReplyDeleteAmiinnnn
DeleteWah udah ada yang SMP ya. Emang bener masa2 covid itu paling berat menurutku. Aku sampai 1 th mendampingi anakku yg divonis perlu shadow teacher. Alhamdulillah ada Sinotif ya
ReplyDeleteIya memang covid kemarin moment2 yang bikin riweuh ya kalau diinget2, kita ikut mendampingi anak belajar setiap hari, tapi hikmahnya anak2 jd udah paham cara belajar online
DeleteJujur emang pembelajaran sekarang tuh berat banget, anak-anak seperti terseok-seok mengerjakan tugas, diburu waktu, akhirnya ketinggalan, memang orangtua tetap harus peka mendukung mereka di rumah, saya setuju dengan adanya bimbel tambahan seperti Sinotif ini
ReplyDeleteBetuuull, kalau ngga ada repetisi dan latihan2, hanya mengandalkan guru di sekolah, rasanya emang berat bgt yaa
DeleteKalau orang tua bekerja agak sulit juga ya mam, mengajarkan anak mata pelajaran di sekolah..solusi biasanya ortu mengikutsertakan anak ke bimbel. sinotif bisa jadi solusi bimbel Online anak
ReplyDeleteSolusi bimbel buat anak yang ogah disuruh jalan ke tempat bimbel nih. Salim masih bimbel sama emaknya aja xixixi.
ReplyDeleteMasih ada sih hafalan di sekolahnya anak2 saya. Cuma memang lebih banyak soal HOTS nya.. Perlu banget nih sinotif ya buat Adek nih. Ntar ceki2 ah
ReplyDeleteBimbel Sinotif ini emang khusus buat mata pelajaran science aja berarti ya mbak? Nggak ada yang sosial kah? Trus bisa dimulai dari anak usia berapa tahun sampai berapa?
ReplyDeleteWah jadi enaknya bisa masuk sesuai dengan kelas yang pas ya, bukan sesuai umur. Tapi enaknya bimbel online gini tuh anak gak perlu keluar keluar rumah lagi sih. Soalnya mereka suka capek kalau pulang sekolah sudah siang terus harus les lagi keluar rumah lagi sorenya.
ReplyDelete