Assalamu'alaikum, apa kabarnya emak semua? semoga sehat dan dalam lindungan-Nya selalu ya, amiin.
Sebenernya, saya ingin sekali menulis tentang pengalaman merawat anak Asma ini sejak lama, tapi terealisasi sekarang. Duh, saking sibuknya dengan urusan domestik dan anak-anak, jadi pending terus, padahal saya fikir sharing ini mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk keluarga yang memiliki anak dengan riwayat asma.
Siapa sih yang gak ingin anaknya tumbuh sehat? Semua orang tua pasti menginginkannya bukan? tapi ketika takdir bicara lain, ya mau gimana lagi. Hadapi dan berusahalah mencari solusi. Bukan begitu?
Asma memang sebuah penyakit yang memiliki segudang resiko dan juga menimbulkan kekhawatiran, khususnya bagi orang tua.
Pasalnya, penyakit ini berhubungan dengan pernafasan, yang mana pernafasan ini merupakan aktivitas tubuh yang sangat penting. Jika asma sudah menyerang, maka pernafasan akan terganggu karena penderita akan sangat kesulitan bernafas atau sesak.
Asma sendiri adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran nafas yang ditandai dengan penyempitan saluran nafas yang menyebabkan sesak atau sulit bernafas.
Selain sulit bernafas, penderita Asma juga mengalami gejala seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia baik dewasa maupun anak-anak.
Anak saya sendiri, Kifah, divonis menderita Asma oleh dokter saat berusia 4 tahun, dan sekarang usianya sudah menginjak 8 tahun.
|
sekarang Kifah berusia 8 tahun |
Berikut kronologis, apa-apa saja yang terjadi sejak ia bayi, hingga divonis memiliki Asma.
1. Diawali dengan alergi protein sapi.
Ketika saya melahirkan Kifah dulu, saya memiliki masalah ketika hari pertama melahirkan yaitu ASI yang tidak keluar/lancar. Maka dari itu, tenaga kesehatan yang membantu persalinan saya memberikan susu formula untuk menggantikan ASI sementara waktu hingga ASI keluar.
Sungguh, edukasi mengenai ASI harus dilakukan bagi ibu hamil, calon ibu menyusui, karena jika tidak diedukasi, maka sang Ibu akan panik saat ASI tidak keluar di hari pertama.
Yuk, calon Ibu, belajar lagi seputar ASI, apalagi untuk hari pertama kelahiran bayi.
Kembali ke alerginya Kifah. Ternyata saat diberikan susu formula, Kifah ini alergi, super rewel dan keluar bintik merah di pipi, tangan, kaki, hingga kepala. Menurut dokter, Kifah terkena dermatitis atopik karena alergi protein susu sapi.
Sungguh saya kaget, ternyata Kifah tidak bisa mengkonsumsi susu sapi, dan dokter pun memberikan nasehat kalau Kifah juga akan alergi terhadap produk-produk turunan dari susu sapi seperti keju, biskuit, dll.
Dan memang benar saja, saat MPASI dulu, Kifah alergi terhadap bubur bayi yang mengandung susu, biskuit bayi, keju, pokoknya produk-produk olahan susu sapi.
Alergi Kifah ini berlangsung cukup lama, hingga usianya menginjak 3 tahun, alerginya berangsur membaik, walau tetap kadang ada kalanya ketika meminum susu atau produk turunannya, kulit Kifah jadi sensitif dan gatal-gatal.
Sering Demam saat berusia 3 Tahun
|
Kifah waktu berumur 3 tahun, saat mulai batuk-batuk |
Ketika berusia 3 tahun, Kifah sering demam. Karena saat itu saya bulak balik Bandung Bogor karena sedang sekolah Pasca Sarjana, saya mengamati kalau Kifah alergi dingin. Jadi setiap ke Bandung, dia kedinginan dan batuk-batuk, dan anehnya setiap batuk pasti akan dilanjutkan dengan demam.
Ketika ke dokter, tidak ada diagnosa apa-apa tentang Kifah, dokter hanya memberikan obat batuk dan turun panas biasa. Tapi yang membuat saya heran, kenapa ini sangat sering terjadi, dan membuat khawatir.
Menginjak usia 4 tahun, saya tinggal di daerah sekitar Cibinong Bogor. Beberapa kali Kifah sakit batuk-batuk, maka dari itu saya pernah menulis di blog ini tulisan tentang Ketika Batuk Anak Tak Kunjung Sembuh, dan ternyata tulisan ini direspon oleh beberapa Ibu dengan kasus yang mirip seperti yang Saya alami.
Karena Kifah batuk terus-terusan, teman sekantor Abbiy merekomendasikan seorang Dokter Spesialis Anak di daerah Cibinong. Dan Kami pun mengikuti saran beliau dan membawa Kifah ke Dsa tersebut.
Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan kalau Kifah ini terkena Asma.
|
Kifah berusia 4 tahun, saat dinyatakan terkena Asma oleh Dokter |
"Di rumah ada yang Asma gak?" Pak Dokter bertanya.
"Ngga dok, Saya dan suami gak punya Asma." Jawab Saya.
"Nah, mungkin kakek atau nenek, atau keluarga di atas lain ada yang punya riwayat Asma. Karena Asma adalah salah satu penyakit yang disebabkan faktor keturunan." Tambah Pak Dokter.
Saya dan suami kemudian berpikir siapa yang memiliki dari pihak keluarga yang memiliki riwayat penyakit Asma. Sampai sekarang memang belum pasti siapa yang Asma, bahkan kakek nenek dari kedua belah pihak pun tidak memiliki Asma. Namun, berberapa saudara ada yang bermasalah dengan pernafasan.
Setelah Vonis Asma
Siapa sih orang tua yang ingin anaknya sakit? Saya rasa gak ada. Semua orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sehat dan kuat.
Belajar Ikhlas
Karena Kifah masih kecil, dan sistem imunitas tubuhnya masih lemah, maka Asmanya seringkali kambuh ketika ia minum Es, jajan sembarangan, kedinginan, kelelahan dll. Dan jujur saja, di bagian kelelahan ini saya suka sedih, karena Kifah jadi sering gak masuk sekolah, karena aktivitas padat ia sering kelelahan dan besoknya gak bisa pergi ke sekolah.
|
Bersama teman-teman di Sekolah |
Ikhlas ini sebenernya mudah sekali diucapkan tapi sulit untuk dilakukan. Ketika Asma Kifah kambuh, saya justru sering kesal dan belum menerima (Kenapa anak saya bisa Asma) dan tentunya lelah karena harus bolak-balik ke IGD atau berobat jalan.
Dan ke IGD itu kan gak kenal waktu, tengah malam, shubuh, pernah dijalani oleh Kifah.
Mencari Banyak Informasi
Selain ikhlas dan berusaha menerima keadaan, hal yang harus dilakukan adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya seputar penyakit Asma. Bagaimana penyakit ini bisa terjadi, usia berapa tahun bisa hilang, apakah bisa sembuh, dan bagaimana mencegah Asma kambuh.
Saya sendiri seringkali mencari informasi melalui internet, dan banyak bertanya ketika bertemu dokter.
Pandangan setiap dokter berbeda-beda juga lho, pengalaman, saran, dan ilmu pengetahuan mereka sangat mempengaruhi terhadap informasi yang mereka berikan ketika berkonsultasi.
Jawaban paling umum memang Asma tidak bisa sembuh, namun Asma bisa dikendalikan. Sebenarnya saya ingin tahu zat apa saja yang bisa memicu Asma Kifah kambuh, namun beberapa dokter tidak menyarankan untuk tes alergi karena Kifah masih sangat kecil, dan prosedur tes alergi cukup rumit untuk anak seusia Kifah.
Diduga TBC
Batuk Kifah yang gak berhenti walau sudah dinebulizer dan diberikan obat di klinik langganan, membuat Kifah terpaksa harus ke Rumah Sakit lagi. Kali ini, dokter anak curiga Kifah terkena TB Paru.
Deg.
Ya Alloh, ujian apa lagi ini?
Karena diduga terkena TB Paru, Kifah melakukan rontgen dan tes mantoux untuk melihat apa benar ada bakteri tuberculosis di dalam paru-paru Kifah.
Setelah melakukan serangkaian tes dan rontgen, akhirnya keluar lah hasilnya.
Hasilnya negatif. Kifah gak kena TB Paru, alhamdulillah.
Oleh karena itu, dokter hanya memberikan resep obat biasa, vitamin dan zat besi, karena berat badan Kifah masih belum normal sesuai dengan anak seusianya.
Kifah dan Asmanya Hari Ini
|
Sama seperti anak pada umumnya, Kifah senang mencari tahu tentang sesuatu |
Terakhir kali masuk kembali ke IGD karena asmanya kambuh, Kami bertemu dengan dokter yang lain.
Dan sungguh takdir-Nya ini mah, dokternya pun pengidap Asma sejak kecil, bener-bener sama persis kayak Kifah.
Wah langsung deh merasa senasib sepenggungan, siap-siap wawancara dokternya. Hihihi.
Nah, menurut beliau, ia memiliki Asma yang sering kambuh sejak kecil, tapi sekarang sudah merasa lebih baik.
Dulu beliau alergi terhadap cuaca dingin, kalau dingin langsung deh kambuh.
Ternyata, orang tuanya tidak tinggal diam, katanya ia lebih sering dibawa ke tempat dingin, agar tubuhnya lebih mengenal alergen yang membuat asmanya kambuh. Jadi dia sering diajak menginap ke daerah puncak oleh orang tuanya.
Disclaimer: tolong jangan langsung diikuti ya cara ini, semua harus dikonsultasikan langsung kepada dokter (ahlinya).
Karena Kifah memiliki alergi protein sapi ketika kecil, dan alergi es/jajanan mengandung pangawet, pewarna, pelan-pelan saya dan suami justru mengenalkan makanan tersebut kepada Kifah.
Awalnya takut, pasti yah itu mah, harus bener-bener sedia obat di rumah, jaga-jaga dia bakal kambuh.
Dan memang bener, akhirnya kambuh asmanya. Kalau kambuh ringan, minum obat di rumah, tapi kalau kambuhnya berat mau ga mau harus ke IGD.
Makin lama, pengenalan makanan yang mengandung alergen buat Kifah ini makin intens. Saya tambah beberapa makanan yang memang biasanya membuat dia Asma. Es Krim contohnya.
Reaksinya gimana?
Kifah tetap batuk, tapiii batuknya ini banyak mengandung dahak dan dahaknya wajib dikeluarkan baik dari hidung maupun mulut.
Dahaknya lumayan banyak, dan si dahak bandel ini suka bikin sesak nafas, makanya Kifah saya minta terus mengeluarkan dahak yang membandel tersebut siang dan malam. Walau dia sedang tidur pun, wajib ke kamar mandi untuk membuang dahak.
Dan ternyata, dengan rutin membuang dahak, sesaknya pun berkurang. Walau batuk tetap ada, hanya batuk biasa, suara mengi dan sesaknya berkurang, gak seperti kambuh biasanya.
Dan makin lama, sesaknya berkurang dan berkurang, dalam satu bulan terakhir, Kifah belum ke klinik dan ke IGD.
Kuncinya adalah membuang dahak karena alergi tersebut serutin mungkin.
|
Alhamdulillah, mulai bisa minum minuman yang agak dingin |
Sebenernya, untuk saat ini, saya cukup bersyukur, walau batuknya masih ada, tapi Kifah udah gak sampai masuk klinik dan IGD. Ketika pagi-sore makan makanan yang mengandung alergen, malamnya alhamdulillah bisa tidur tanpa sesak, hanya harus rajin membuang dahaknya ketika terasa banyak dan harus dikeluarkan.
Alhamdulillah, sejauh ini Kifah cukup kooperatif, walau kadang memang ia ogah-ogahan dan harus dipaksa ke kamar mandi untuk membuang dahaknya.
Perjalanan Masih Panjang
Mungkin hari ini saya bersyukur Kifah jarang masuk klinik dan IGD, tapi tetap batuknya memang masih ada ketika Kifah terkena pemicu asmanya. Dan itu masih jadi PR untuk diselesaikan.
Pesan untuk Orang Tua
Karena punya anak Asma itu sangat menantang, saya punya beberapa "wejangan" nih buat para orang tua baru.
1. Bagi perempuan yang sedang hamil, atau calon Ibu. Perhatikan lagi, apakah punya riwayat alergi/asma. Tanyakan juga kepada suami, apakah di keluarganya ada yang memiliki riwayat alergi atau Asma.
Hal ini semata untuk "persiapan" kalau-kalau anak yang dilahirkan nanti akan menderita Asma atau alergi, jadi mental kita sebagai orang tua jauh lebih siap.
2. Siapkan ilmu dan keterampilan seputar pemberian ASI ekslusif untuk bayi. Karena bayi ASI lebih minim terkena resiko alergi, ini berdasar pengalaman anak kedua dan ketiga saya yang selama 6 bulan, tidak mengkonsumsi susu sapi sama sekali (kecuali dengan izin dokter atau karena situasi dan keadaan tertentu).
3. Jaga kebersihan lingkungan, kalau bisa tinggal di lingkungan yang masih bersih dan minim polusi. Karena menurut DSA yang saya temui, kualitas udara juga sangat mempengaruhi kesehatan saluran nafas anak.
Jadi inget kasusnya anak artis Zaskia Mecca yang juga terkena Asma, dan sangat khawatir dengan kondisi udara di Jakarta.
4. Ajak anak berolah raga. Sampai sekarang, Kifah masih aktif ikut ekstrakulikuler Karate, dan sesekali Kifah juga berenang. Menurut beberapa artikel yang saya baca, berenang juga merupakan salah satu olah raga yang bisa membantu memperkuat organ pernafasan.
|
Ikut ekskul Karate di Sekolah |
|
Waktu Kifah ujian kenaikan sabuk Karate |
|
Kifah juga seneng sama olah raga Futsal |
5. Menu makanan dengan gizi seimbang. Dulu saya cukup cuek dengan makanan bergizi, sekarang saya mulai aware terhadap sajian menu makanan anak. Karena ketika imunitas anak turun, dan makanannya kurang bergizi, maka anak akan mudah sakit.
Memiliki anak alergi dan Asma membuat saya benar-benar menjadi "orang tua". Saya dituntut bisa mandiri, punya mental yang kuat, dan juga aware terhadap kesehatan anak serta keluarga.
|
Kifah dan adik-adiknya |
Walau memang ada saat dimana saya berada di titik terendah ketika Kifah kambuh terus menerus. Rasanya ingin sekali saling berpelukan dan bergandengan tangan dengan para orang tua yang memiliki anak dengan riwayat alergi serta Asma.
Memang kesannya berlebihan, tapi tahukah Moms sekalian bahwa alergi dan Asma bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara serius?
Maka dari itu sekali lagi saya mengingatkan melalui pengalaman yang saya rasakan selama 8 tahun ini, jangan pernah menyepelekan masa kehamilan dan 1000 hari pertama kehidupan bayi. Karena masa itu adalah masa yang akan menentukan hari-hari anak kita selanjutnya.
Perbanyak ilmu mengenai kesehatan dan perawatan bayi dan anak, konsultasi ke dokter jika anak mengalami gejala alergi, dan tangani dengan sebaik mungkin. Karena alergi insya Alloh bisa dikendalikan dan membuat anak tetap berprestasi, amin.
Baca juga: Anak Alergi Tetap Bisa Berprestasi
Begitulah pengalaman Saya selama 8 tahun ini membersamai tumbuh kembang anak yang memiliki asma dan alergi, dengan berbagai tantangan, dan fase "naik turun" Saya sebagai seorang Ibu.
Semoga pengalaman ini bermanfaat ya, dan feel free to share di kolom komentar yaa 😊