Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

5 Film Yang Mengisahkan Beratnya Menjadi Seorang Ibu, Wajib Nonton!


Bagi seorang ibu rumah tangga dengan segudang aktivitas di rumah, kegiatan nonton film jadi sebuah relaksasi tersendiri, atau bahasa kerennya sih 'Me Time' atau saya sendiri membahasakannya 'Pit Stop'

Yes, Pit Stop dari segala kejenuhan rutinitas pekerjaan rumah dan mengasuh anak.

Kalau masih banyak yang mengira ibu rumah tangga kerjaannya gogoleran dan leyeh-leyeh doang di rumah, sering-seringlah baca berita dan penelitian, bahwa ibu rumah tangga rentan stres karena tumpukan pekerjaan, anak, juga tekanan ekonomi.

Supaya ibu rumah tangga lebih 'waras' maka dari itu nonton film adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan. Baik itu nonton film Indonesia, nonton drama asia, nonton drama jepang, nonton drama korea, pokoknya macem-macem film dan drama.

Saya sendiri suka dengan genre film drama, drama komedi, dan film keluarga.

Film keluarga sering memberikan insight tersendiri bagi saya, terutama dalam komunikasi dalam rumah tangga dan pengasuhan anak.

Berikut 5 film keluarga yang saya pernah tonton hingga berderai air mata dan juga tertawa, hingga melihat ke dalam diri saya sendiri, bahwa jadi ibu itu tidaklah mudah.

1. The Parent Trap




Salah satu film kesukaan saya karena bergenre film keluarga berbalut komedi. Pemerannya adalah Lindsay Lohan lho waktu kecil, dan tayang pada tahun 1998.

Walaupun film ini cukup 'jadul' tapi saya gak pernah bosan untuk menonton film ini. Apalagi kisahnya tentang anak kembar yang lama terpisah karena perceraian orang tua mereka,  Annie dan Hallie yang tiba-tiba bertemu dan kaget, mereka memiliki wajah yang sama.

Setelah mereka mengetahui bahwa mereka adalah kembar identik yang terpisah, akhirnya mereka merencanakan untuk bertukar posisi, karena masing-masing sangat rindu dengan ayah dan ibu mereka selama ini.

Perpisahan atau perceraian memang banyak memberikan 'luka' bagi anak-anak, maka dari itu bagaimana agar masalah rumah tangga tidak berujung pada perceraian dan mengorbankan anak? Di film ini diceritakan bagaimana seharusnya orang tua bersikap.

2. Bad Moms




Wih, judulnya rada-rada gimana gitu ya. 

Eits jangan suudzon dulu ya, film ini saya nilai cukup bagus. Film yang tayang pada tahun 2016 ini dibintangi oleh Mila Kunis dan Kristen Bell.

Film ini sangat relate dengan dunia ibu saat ini. Amy (Mila Kunis) seorang ibu bekerja yang mencoba jadi ibu yang 'sempurna' dengan menyeimbangkan perannya di rumah dan di kantor, namun ia malah mendapati suaminya selingkuh karena suaminya merasa Amy tidak punya waktu dengannya.

Kemudian ada Kiki (Kristen Bell) seorang ibu rumah tangga yang memiliki suami layaknya bos, hanya memerintahnya menjaga anak dan megurus rumah tangga tanpa apresiasi  dan rasa terima kasih.

Ada pula tokoh Carla (Katrhyn Hahn) seorang single mom yang mencap dirinya sebagai Bad Moms karena ia sering mabuk dan menggoda pria di sekolah anaknya.

Dan banyak tokoh lainnya yang sangat 'relate' dengan dunia ibu yang seakan menuntut untuk sempurna, namun apa daya bahwa kesempurnaan itu memang khayalan belaka.

Akhirnya realitas lah yang harus kita kedepankan, bukan ego apalagi ambisi untuk menjadi ibu yang sempurna di mata orang lain.

3. Marley and Me




Film yang bergenre komedi ini dibintangi oleh Owen Wilson dan Jennifer Aniston, dan rilis pada tahun 2009 lalu.

Walaupun film ini menceritakan sosok Marley yakni seekor anjing yang dipelihara pasangan suami istri Owen Wilson dan Jennifer Aniston, namun sisi family dan parenting life difilm ini masih ada lho.

Mereka berdua adalah sepasang suami istri yang sibuk bekerja dan kesibukan mereka bertambah ketika mereka memiliki seorang anak.

Pada film ini saya melihat bahwa yang namanya ibu, walaupun merasa riweuh atau susah dengan satu anak, tapi tetep aja pengen nambah anak lagi, hehehe.

Ketika anak mereka makin banyak, sang Ibu, Jennifer Aniston memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. Ia merasa aneh, di kantor ia selalu teringat anaknya, sementara di rumah ia selalu mengingat pekerjaannya.

Hal ini membuat ia lelah dan merasa ia hanya membutuhkan kebahagiaan dan dekat dengan anak-anaknya, untuk itu ia memutuskan untuk resign dan mencoba bekerja dari rumah.

Seorang ibu memang selalu memiliki keputusan yang berat antara karir dan keluarga, di film ini pun ditunjukan bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi masing-masing.

Tapi tetaplah tenang dan bahagia atas keputusan yang kita ambil, karena itulah yang akan menjadi semangat dan motivasi kita untuk menjalankan hari demi hari sebagai seorang ibu.

4. Wedding Dress




Film yang satu ini bukanlah film Hollywood, melainkan film dari Korea Selatan, dan rilis tahun 2010.

Film ini bercerita tentang seorang perancang gaun pengantin Seo- Go Woon yang memiliki seorang putri bernama Jang-So Ra.

So Ra adalah anak yang tertutup dan sulit bergaul, ia juga selalu merasa sendirian. Mungkin hal ini disebabkan karena ibunya yang pekerja keras sehingga tidak mudah memberikan perhatian penuh kepada So Ra.

Suatu ketika ibunya mendadak berubah, yang tadinya gila kerja sebagai perancang gaun pengantin, menjadi sangat dekat dan mengabulkan semua keinginan So Ra, hal ini tentunya membuat So Ra bingung.

Ternyata sang ibu divonis mengidap kanker lambung dan usianya tidak akan lama lagi. Berdasarkan hal itu, ia meyakinkan diri untuk menjadi ibu terbaik untuk So Ra disisa hidupnya yang singkat.

Penyakit sang ibu semakin parah, So Ra sangat sedih dan ia merasa bahwa selama ini ia sering berlaku kurang baik pada ibunya yang telah bekerja keras untuknya, So Ra meminta maaf dan berjanji akan menjadi anak yang baik.

Namun, usia sang ibu benar-benar tak lama, sang ibu meninggal dan menitipkan kenang-kenangan sebuah Wedding Dress untuk So Ra menikah kelak.

Tisu mana tisu, pokoknya sedih dan inspiratif banget film ini, apalagi tentang hubungan ibu dan anak, kena banget, wajib nonton.

5. Kim Ji Young, Born 1982




Satu lagi film asal Korea Selatan yang menurut saya sangat relate dengan kondisi kita para ibu rumah tangga, yakni Kim Ji Young.

Film yang dibintangi oleh Jung Yu Mi dan Gong Yo, dan rilis tahun 2019 lalu ini berhasil menguras dan mengaduk-aduk emosi penontonnya, termasuk saya.

Bagaimana tidak, keseluruhan karakter Kim Ji Young ini sangat mewakili perasaan para ibu rumah tangga yang kadang merasa useless, gak bermanfaat, gak berprestasi, ketinggalan jauh dari teman lainnya, karena seharian hanya berkutat di rumah.

Di film ini digambarkan bahwa Kim Ji Young ini mengalami depresi karena tidak memiliki wadah untuk mengekspresikan diri. Ia merasa bimbang, apakah harus bekerja kembali atau tidak agar ia merasa bergairah lagi dalam hidup. Sementara ia pun galau terhadap pengasuhan putrinya yang masih balita.

Kegamangan ini memang sedikit banyak mempengaruhi mental seorang ibu rumah tangga, bagaimana ia merasa 'iri' terhadap pencapaian yang diperoleh temannya. Sementara ia merasa jalan di tempat.

Support suami dan keluarga sangat penting, agar ibu rumah tangga tetap bisa bahagia dari dalam rumahnya.
Itu dia 5 film yang pernah saya tonton dan saya rekomendasikan untuk ditonton di rumah, karena memang jalan ceritanya bagus, ringan, tapi sarat makna dan banyak hal yang bisa kita renungkan, terutama ketika menjadi seorang ibu.

Kalau dulu, saya lebih suka film Hollywood, tapi sekarang saya pun suka dengan drama Asia.

Wedding Dress dan Kim Ji Young ini salah satu drama Asia asal Korea Selatan yang menarik perhatian.

Agar saya bisa nonton terus drama Asia terutama dari Korea Selatan, saya berlangganan aplikasi VIU.



Aplikasi VIU ini adalah rekomendasi dari seorang teman ketika drama Korea The World of Married Couple sedang hits. Langsung deh saya download VIU.

Karena awalnya nonton di VIU, kemudian merasa nyaman streaming viu dan gak mau terganggu oleh iklan, akhirnya saya berlangganan VIU Premium. 



Bayarnya mudah, pakai GoPay aja. Karena saldo GoPay paling mudah di Top Up dan biasanya selalu ready, karena beberapa pekerjaan saya pun menggunakan transaksi via GoPay. Beli aplikasi di Google Play lebih murah pakai GoPay karena ga perlu ribet keluar rumah ngeluarin biaya ongkos atau pun jajan anak-anak, mwahahah.




Mayan lah cuma 15 ribu

Menurut saya, aplikasi VIU ini bagus, tampilannya sederhana tapi menunya sangat mudah diakses, selain itu banyak film-film bagus yang sangat layak ditonton untuk hiburan bagi kita Ibu Rumah Tangga, mwahahah.

Inget yaa, Ibu Rumah Tangga juga berhak atas 'Pit Stop' alias waktu untuk beristirahat dari sekian banyak rutinitas harian.

Menurut saya, aplikasi Viu  ini sangat bagus untuk didownload sebagai media hiburan di rumah.

Bagaimana cara mengaktifkan GoPay sebagai salah satu cara pembayaran di Google Play?

1. Masuk ke Google Play dan pilih menu 'Metode Pembayaran" 




2. Pilih 'Tambahkan GoPay' sebagai metode pembayaran




3. Klik 'Lanjut'




4. Masukkan PIN GoPay atau Pasang PIN GoPay jika belum terpasang




5. Yeay! GoPay kamu sudah terpasang





Jika ingin menghapus metode Pembayaran GoPay di Google Play caranya adalah:




1. Masuk ke menu 'Pengaturan GoPay' pada aplikasi GoJek

2. Pilih 'Aplikasi Tersambung ke GoPay'

3. Pilih 'Hapus'

4. Pilih 'Iya, hapus' untuk konfirmasi hapus akses GoPay di Google Play.




Jika belum bisa menghubungkan GoPay untuk beli aplikasi di Google Play coba cek dulu ya apakah fitur GoPay di aplikasi GoJek kamu sudah diupdate atau belum.

Duh, karena mudahnya pakai GoPay, tinggal klik aja, saya bisa jadi langganan aplikasi di Google Play nin, termasuk buat streaming drama Korea, Jepang, dll.
Mudah ya pakai GoPay buat langganan VIU?

Udah gitu, kemarin saya cuma bayar 15 ribu rupiah saja, dapat layanan bebas iklan dan download juga, lumayan banget kan ga ganggu uang belanja lah Lima belas rebu sebulan mah, wkwkwkw.

Supaya bisa lebih hemat kamu bisa langganan VIU. Sekarang bisa pakai GoPay loh! Nah, nikmati promo VIU pakai GoPay di Google Play MIDNIGHT SALE  yang bakal nemenin kamu begadang dan kasih kamu cashback 100% untuk semua pengguna GoPay selama 22 Juli - 2 Agustus 2020. Klik di link ini yaa.

Promo lainnya ada di link ini.

Film mana yang pernah kamu tonton? Apa belum semua? Kalau mau nonton drama Asia terbaik, cobain aja download VIU dan bayar langganan pakai GoPay, murah murince dan bikin kita bahagia, Mak! 


Selamat Mencoba yaaaa 😉

5 Tren Visual Instagram 2020 yang Wajib Kamu Coba, Supaya Makin Hits!


Dunia digital sudah menjadi bagian dari hidup kita. Internet sudah menjadi sebuah ruang hidup kita yang baru. Kalau dulu kita mencari hiburan atau entertainment via televisi atau radio, sekarang zamannya nonton streaming, video streaming, streaming musik menggunakan internet.

Salah satu bagian dari dunia digital kita saat ini adalah media sosial. Media sosial sudah menjadi bagian dari hidup kita setiap saat. Hampir semua orang menjalani setengah hidupnya melalui media sosial, apalagi para Generasi Millenial dan generasi setelahnya yakni Generasi Z.

Millenials dan Z bahkan tengah hidup dan mencari rezeki dalam industri digital salah satunya dunia Media Sosial.

Media Sosial yang cukup menjadi sorotan dan tetap eksis hingga hari ini adalah Instagram.

Yuk, Kita Sedekah Daging! Biar Semua Orang Bisa Makan Daging di Idul Adha Tahun Ini




"Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus" Q.S Al-Kautsar 1-3

Alhamdulillah, hari ini kita sudah memasuki bulan Dzulhijjah 1441 Hijriyah. Yakni salah satu bulan penting bagi umat islam, karena di dalamnya terdapat ibadah yang besar, yakni pelaksanaan ibadah haji dan hari raya qurban.

Menurut tafsir surat Al-Kautsar di atas, salah satu cara untuk mensyukuri nikmat Allah SWT adalah dengan shalat dan berqurban. Imam Qatadah mengatakan bahwa shalat yang dimaksud adalah shalat Idul Adha dan penyembelihan hewan Qurban di hari raya Idul Adha dan hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah).

Hari Raya Idul Adha adalah salah satu moment ibadah pembersihan jiwa dan ibadah sosial

Memotong hewan qurban merupakan salah satu ibadah yang utama. Umat islam diperintahkan berqurban hanya karena Allah SWT, bukan seperti umat-umat terdahulu, yakni menyembelih hewan bukan karena Allah SWT, namun sebagai persembahan untuk berhala dan lainnya.

Namun, tidak semua orang bisa berqurban. Karena ibadah qurban dilakukan dengan cara menyembelih hewan ternak, dan tidak semua orang mampu membeli hewan ternak tersebut.

Menurut data IDEAS ( Indonesia Development Islamic Studies) Dompet Dhuafa, masih banyak masyarakat yang belum mampu merasakan daging qurban, terutama masyarakat yang berada di luar Jakarta. Hal ini semata karena keterbatasan ekonomi.

Semenjak Pandemi Covid 19 menghantam dunia termasuk Indonesian. Banyak sekali orang yang kehilangan mata pencaharian. Mereka kesulitan mencari nafkah karena pandemi ini masih berlangsung. Bahkan kalangan menengah pun ikut terkena imbasnya, PHK dan bisnis yang gulung tikar terjadi dimana-mana.

Ditengah ujian Pandemi Covid-19 ini, tentunya masih ada #OrangBaik yang ingin membantu masyarakat lainnya, apalagi kaum dhuafa, merayakan hari raya Idul Adha dengan menikmati daging hewan qurban.

Maka dari itu, Dompet Dhuafa berinisiasi melakukan penggalangan dana yang bernama "Sedekah Daging"


Apa itu Sedekah Daging?


Sedekah daging adalah sedekah daging kurban yang dilaksanakan pada Hari Raya Idul Adha.
Dimulai dengan donasi/sedekah senilai Rp100.000 maka kita sudah dapat berpartisipasi dalam program ini. 

Donasi yang terkumpul akan dikonversi menjadi hewan kurban yang disalurkan ke pelosok nusantara.


Niat, Akad, dan Dalil Sedekah Daging

Sesuai dengan namanya, sedekah daging adalah amalan/ibadah sedekah, bukan qurban. Walaupun nanti, sedekah tersebut akan dikonversi menjadi hewan.

Niat dan akadnya pun adalah sedekah, bukan niat dan akad berqurban.


Amalan-amalan di 10 Hari Pertama Bulan Dzulhidjjah


Pada tafsir surat Al-Fajr, beberapa mufasir bersepakat bahwa 10 hari pertama Bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang utama untuk melakukan amal kebaikan.

Jika di bulan Ramadhan, 10 hari terakhir adalah hari dilipatgandakannya amal perbuatan, berbeda dengan Bulan Dzulhijjah, 10 hari pertama lah yang paling utama, dan kita dianjurkan untuk mengisinya dengan ibadah dan amal perbuatan yang baik.

Salah satu amalan yang dianjurkan adalah sedekah.

Pada 10 hari awal bulan Dzulhidjjah, umat islam dianjurkan untuk banyak bersedekah, disamping memperbanyak amalan seperti shalat, puasa, dan bertaubat kepada Allah SWT.

Mudah-mudahan, keikutsertaan kita dalam "Sedekah Daging" bersama Dompet Dhuafa, dicatat sebagai amalan atau ibadah dalam rangka memuliakan 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah.

Yuk kita Sedekah Daging sama-sama, saya sudah ikutan. Saatnya kamu ikutan juga yaa. Agar Idul Adha tahun ini kita bisa makan daging sama-sama, amiinnn, insya alloh.

Teman-teman bisa memberikan "Sedekah Daging" terbaik pada tautan berikut ini:

https://dmptdf.com/sedekahdaging


"Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya, Allah akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." (QS. At- Thalaq:7)


Sekilas Tentang Dompet Dhuafa

Dompet Dhuafa adalah lembaga penyalur zakat, infaq, sodaqoh, dan juga wakaf yang sudah berdiri di Indonesia sejak 27 tahun yang lalu.

Berawal dari donasi yang dimuat di sebuah kolom di koran Republika, Dompet Dhuafa kini menjadi salah satu lembaga penyalur Ziswaf terpercaya di Indonesia.

Program pendampingan para dhuafa dari Dompet Dhuafa terdiri dari pendampingan di sektor ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, dan masih banyak lagi.

Dompet Dhuafa juga banyak menerima penghargaan dari dalam dan luar negeri karena prestasinya sebagai lembaga penyalur Ziswaf yang mampu membangun masyarakat.

Salah satunya penghargaan dari Ramon Magsaysay Award (Internasional) di tahun 2016, yakni penghargaan kepada Dompet Dhuafa karena berperan dalam pengentasan kemiskinan.




Begini Cara Merawat Anak Alergi Susu Sapi di Masa Pandemi Covid-19

Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan, dan di sisi Allah-lah Pahala yang besar (Q.S Al-Anfal:28)

Sebagai ibu dari seorang anak yang memiliki alergi terhadap protein susu sapi, potongan Ayat Al-Qur'an di atas memang benar adanya.

Merawat anak dengan alergi protein susu sapi itu Masya Alloh.  Betul-betul menjadi cobaan tersendiri bagi saya dan suami.

Apalagi dalam keluarga kami belum diketahui siapa saja yang memiliki "bakat" alergi. Maka dari itu, perjalanan Kifah yang tumbuh sebagai anak yang alergi protein susu sapi menjadi sebuah pengalaman yang sering saya share di blog ini. 

Ketika Kifah bayi muncul ruam merah di pipi, dan saya masih belum ngeh kalau itu alergi yang menyebabkan Dermatitis Atopik

Karena saya tahu, ibu dengan anak alergi, harus sama-sama saling menguatkan dan mendapatkan informasi dan edukasi seputar alergi anak.

Baca juga curhat saya tentang pengalaman merawat anak alergi dan asma.

Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju

Bicara soal saling support dan memberikan informasi dan edukasi mengenai alergi anak, saya sangat mendukung adanya Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju.

Karena saya merasa 'ada teman' untuk sharing, mendapatkan informasi dan edukasi, dan juga nasehat-nasehat dari para expert mengenai alergi anak.




Seperti pada Senin, 29 Juli 2020 kemarin. Saya mengikuti webinar via Zoom mengenai bagaimana cara merawat anak alergi di masa pandemi seperti saat sekarang ini.

Jujur saja, selama Pandemi Covid-19 yang dimulai pada pertengahan Maret 2020 hingga sekarang, saya dan suami cukup panik dan takut akan bahaya penularan Covid-19 karena Kifah anak pertama saya memiliki riwayat alergi dan sekarang mengidap penyakit Asma.

Asma pada Kifah memang belum sembuh total, bahkan di bulan Ramadhan kemarin, Kifah tertatih-tatih berpuasa walau ketika jam bangun sahur asmanya sering kali kambuh.

Di masa Pandemi ini, tentunya kekhawatiran saya naik 2x lipat.

Webinar yang bertajuk Tanggap Alergi di Masa Pandemi untuk Generasi Maju kemarin, menghadirkan Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr. Sp.A (K), M.Kes yang merupakan seorang ahli imunologi dan alergi anak.

Selain itu, hadir pula Bunda Anggi Morika Septi, Senior Brand Manajer SGM Eksplor Advance + Soya, serta Bunda Mediana Herwijayanti, yakni Digital Marketing Manajer SGM Eksplor Advance+ Soya. Dan satu lagi, Bunda Nastasha Rizky (artis dan Bunda yang memiliki anak dengan riwayat alergi protein susu sapi).

Bunda Anggi mengatakan bahwa memang pasti ada ketakutan sendiri bagi para orang tua, di masa pandemi seperti sekarang ini, bagaimana cara merawat dan melindungi kesehatan anak-anak yang alergi dengan protein susu sapi.

Maka dari itu, Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju ini, ingin sekali mengajak dan menggugah para Bunda yang memiliki anak dengan alergi protein susu sapi untuk sama-sama belajar dan mendapatkan edukasi tentang alergi anak dengan benar sesuai dengan arahan para ekspert.

Bunda Anggi juga mengajak para Bunda agar selalu ingat 3K.

Apa itu 3K?


Jangan lupa lakukan 3K

1. Kenali Gejala. Yaitu mengenali apa saja gejala alergi. Di website generasimaju.co.id/alergianak Bunda bisa mengecek, apakah anak mengalami alergi atau tidak.

2. Konsultasikan. Yaitu mengkonsultasikan pada dokter atau expert mengenai alergi anak. 

Di generasimaju.co.id/alergianak terdapat fitur live chat bersama expert dimana kita bisa melakukan chat bersama expert untuk bertanya seputar alergi anak.

3. Kendalikan. Alergi dapat dikendalikan, salah satunya dengan cara memberikan nutrisi yang tepat pada si kecil yang mengalami alergi.

Prof. Budi mengatakan berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), di masa pandemi ini, anak termasuk ke dalam kelompok yang rentan terkena infeksi, Indonesia adalah negara dengan angka terinfeksi tertinggi di ASEAN.

Anak dengan alergi susu sapi memiliki sistem imun yang unik dan lebih sensitif dibandingkan anak yang lainnya, maka dari itu, anak dengan alergi protein sapi harus mendapatkan perhatian ekstra khususnya pada kesehatanya.

Alergi sendiri adalah respon tubuh yang tidak normal terhadap 'zat asing' yang masuk ke dalam tubuh.

Walaupun sebenarnya zat tersebut tidak berbahaya, namun sistem imun anak alergi akan meresponnya secara berlebihan, sehingga menimbukan, gatal, bengkak, ruam merah, sesak, dsb.

Zat yang memicu alergi disebut alergen. Biasanya, alergen terdapat pada makanan dan zat yang terhirup.

Makanan contohnya:

Susu sapi, makanan laut, kacang tanah, tree nuts (kacang polong, almond, mede), telur, gandum dan ikan.


Hati-hati dengan makanan ini


Zat yang terhirup contohnya:

Tungau debu rumah, serbuk sari tanaman, kecoa, serpihan kulit  binatang, dan jamur kapang.


Hati-hati juga dengan zat yang bisa terhirup ini


Apakah Alergi Susu Sapi Itu?

Alergi susu sapi diakibatkan oleh kasein dan whey, yakni protein susu sapi yang menyebabkan reaksi alergi. Angka kejadiannya sebesar 0,5 %- 7,5% dan manifestasi terbanyak yakni Dermatitis Atopik, yakni ruam merah pada kulit. Namun, kejadian alergi ini akan berkurang seiring dengan pertambahan usia.

Data dari klinik anak di RSCM Jakarta, tahun 2012 menyebutkan bahwa 31% pasien anak alergi terhadap putih telur dan 23,8 % alergi terhadap susu sapi.

7,5 % anak Indonesia mengalami alergi terhadap protein susu sapi, yang merupakan makanan penyebab alergi nomor dua setelah telur, pada anak-anak di Asia.

Dampak Apa Saja yang Ditimbulkan Jika Alergi Susu Sapi Tidak Segera Diatasi?


1. Dampak Kesehatan

Meningkatnya resiko penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi, dan sakit jantung

2. Gangguan Tumbuh Kembang

Anak dengan alergi bisa mengalami keterlambatan pertumbuhan, karena berhubungan dengan jenis dan ragam pantang makanan

3. Ekonomi

Meningkatnya pengeluaran untuk biaya pengobatan ke Rumah Sakit, membeli obat-obatan, biaya perawatan di rumah, orang tua kehilangan pendapatan karena sering tidak masuk kerja, dll.

4. Psikologi

Anak dan orang tua bisa stress, bahkan bisa jadi orang tua jauh lebih stress. Dengan begitu kualitas hidup anak dan keluarga menjadi menurun.

Lakukan 3 K (Kenali, Konstasikan, Kendalikan)

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Bunda Anggi, Prof. Budi pun menyarankan sebagai Bunda kita harus menjadi Bunda Tanggap Alergi dengan melakukan 3K. 

3K dilakukan agar alergi lebih bisa diatasi dan tidak menjadi kasus yang lebih berat lagi.


Kenali Gejala Alergi Protein Susu Sapi


1. Saluran cerna:  Diare (53%) dan Kolik (27%)

2. Kulit: Urtikaria (18%) dan Dermatitis Atopik (35%)

3. Saluran Nafas: Asma (21%) dan Rinitis (20%)

4. Umum: Anafilaksis (11%)

Bagaimana Membedakan antara Alergi dan Infeksi?
Perbedaan infeksi dan alergi

Di masa pandemi seperti ini, orang tua cenderung lebih khawatir dengan kesehatan si kecil.

Duh, anak saya batuk pilek, apa jangan-jangan terkena Corona ya?

Gejala Infeksi yakni:

1. Disertai demam
2. Batuk dan pilek terjadi sepanjang hari
3. Dahak yang dikeluarkan berwarna


Gejala Alergi:

1. Tidak disertai demam
2. Batuk, pilek, bersin biasanya terjadi saat malam hari
3. Dahak yang dikeluarkan bening/tidak berwarna

Tata Laksana Alergi (Rekomendasi dari IDAI)

Bagi anak yang memang menunjukkan gejala alergi, langkah selanjutnya adalah dengan MENGKONSULTASIKAN kepada dokter atau expert di bidang imunologi dan alergi anak.

Biasanya anak akan diberikan obat-obatan sesuai dengan gejala alergi oleh dokter.

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, jika anak memiliki alergi tetap berikan ASI dan ibu menyusui sebisa mungkin menghindari makanan pencetus alergi.


Apabila dengan SANGAT TERPAKSA KARENA ALASAN MEDIS maka boleh memberikan nutrisi yang lain, seperti formula soya sebagai alternatif berdasarkan rekomendasi dokter.

Tips Menghadapi New Normal/Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) untuk Anak Alergi Susu Sapi


Tips menjalankan New Normal dari Prof. Budi untuk anak alergi protein susu sapi

1. Tidak melakukan penundaan imunisasi

2. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan SDIDTK (Stimulasi Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak)

3. Tetap menjaga kesehatan dengan nutrisi yang lengkap dan seimbang, perbanyak makan buah dan sayuran, dan aktivitas fisik yang sesuai.

4. Ajari anak mencuci tangan dengan menggunakan sabun, memakai masker, dan menghindari kerumunan

5. Berjemur di depan rumah setiap pagi sekitar 10-15 menit untuk mengoptimalkan asupan vitamin D yang baik untuk daya tahan tubuh anak.

Alhamdulillah dengan saling support dan adanya edukasi, Bunda dengan anak alergi protein sapi bisa lebih tanggap dan semangat lagi

Bunda Mediana Herwijayanti, Digital Marketing Manager SGM Eksplor Advance+ Soya, Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju ini diharapkan mampu mengedukasi dan memberikan informasi seluas-luasanya kepada masyarakat agar lebih aware terhadap kasus alergi anak.

Dengan paparan yang dikatakan oleh Prof.Budi bahwa alergi bisa berakibat buruk jika tidak segera diatasi, maka Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju bisa dijadikan sebagai referensi dan pengetahuan tentang bagaimana mengatasi alergi pada anak.

Dan tidak hentinya, kampanye 3K yakni Kenali, Konsultasi, dan Kendalikan. Menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk bisa menjadi Bunda Tanggap Alergi.




Di dalam webinar kemarin, ada juga Bunda Natasha Rizky yang menceritakan pengalamannya mengatasi anaknya yang kedua, yang mengalami alergi protein susu sapi.

Awalnya ia sangat khawatir, bagaimana dengan pertumbuhan dan perkembangan anaknya karena mengalami alergi susu sapi. Karena asupan nutrisi pasti akan terbatas.

Nah, ada tips nih dari Bunda Natasha, sebagai Bunda Tanggap Alergi, yaitu:

1. Cari tahu gejala alergi itu seperti apa, sebagai Bunda kita harus peka.

2. Konsultasikan kepada expert apabila memang si kecil menunjukkan gejala alergi.

3. Memberikan nutrisi pengganti yang lain, misalkan dengan memberikan formula soya.

4. Kreasikan menu makanan si kecil, agar asupan nutrisinya tetap seimbang.

5. Dan yang terpenting, mintalah dukungan suami dan keluarga untuk merawat anak dengan alergi protein sapi. Karena suami dan keluargalah yang bisa menyemangati.

Yuk, Bunda, kita jadi Bunda Tanggap Alergi. Jangan lupa melakukan 3K.

Untuk mengetahui tentang gejala alergi pada anak dan chat dengam para expert, kunjungi www.generasimaju.co.id/alergianak

Dan untuk mengetahui banyaknya keseruan Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju, Bunda bisa membuka akun instagram @soya_generasimaju dan Facebook Fan Page: Soya Dukung Generasi Maju.

Pastikan jangan terlewat acara edukatif dan informatifnya seputar alergi anak, ya Bunda.

***

Saya sendiri, sebagai Bunda yang memiliki anak alergi protein susu sapi, sangat terbantu dengan adanya Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju.


Walau dulu Kifah alergi terhadap protein susu sapi, sekarang Kifah siap jadi Generasi Maju


Saya merasa tidak sendirian, dan mendapatkan support untuk terus mendukung si kecil jadi generasi maju walau dengan segala 'kekurangan' yang ada pada diri mereka.

Apakah si kecil di rumah memiliki alergi protein susu sapi juga, Bund? Sharing yuk di kolom komentar.