Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

Cara Mudah Menghindari Kepala Bayi Peyang yang Wajib New Mom Ketahui

 



“Bu, kok  kepala bayi ibu peyang sebelah?”

 

Begitulah tanggapan julid tetangga dan beberapa kerabat ketika melihat adik laki-laki saya waktu kecil. Rambutnya yang selalu dibuat botak atau cepak ala tentara membuat bentuk kepalanya yang peyang atau tidak bulat merata nampak jelas di mata setiap orang. Dan tentunya membuat orang ‘gatal’ ingin berkomentar.

 

Saat itu usia saya masih sekitar 12 tahun, tentunya belum paham kenapa bentuk kepala adik laki-laki saya miring di satu sisi atau dikenal dengan istilah ‘peyang’. Dan sayangnya bentuk kepala yang tidak bulat merata tersebut terbawa hingga dewasa dan sulit untuk ‘diperbaiki’ kembali.

 

Ketika saya sudah dewasa, menikah, hamil dan akan melahirkan, saya teringat akan kejadian ini. Bahwa ibu saya dulu sering dikomentari oleh orang lain terkait kepala bayi (adik saya) yang peyang ke satu sisi, sehingga bentuknya tidak bulat sempurna. Seketika itu pula saya segera mencari tahu, apa penyebab dan bagaimana mengatasi kepala bayi peyang, agar hal ini tentunya tidak terjadi kepada anak saya ketika lahir.

 

Pertama tentunya untuk menghindari bullying kepada ibu pasca melahirkan, dan yang kedua tentunya saya mencari tahu apakah ada efek kesehatan yang akan timbul jika kepala bayi peyang seperti itu.

 

5 Skill yang Harus dimiliki Anak agar Tak Jadi Generasi Strawberry

 


 

“Dasar generasi strawberry!” Keluh seorang guru yang mengajar di bangku sekolah dasar.


Setelah membaca resume buku Strawberry Generation dan membaca motivasi Helmy Yahya yang syarat akan perjuangan hidupnya yang berliku, saya menyadari satu hal, yakni hari ini kita sedang menciptakan Generasi Strawberry.


Bukan hanya saya sebagai orang tua, guru pun merasakan hal yang sama. Semenjak mulai mengajar anak-anak di kelas rendah, guru menemukan banyak ‘keganjilan’ yang terjadi. Seperti anak yang cenderung kreatif namun mudah menyerah, anak yang tidak mampu berkomunikasi untuk menyelesaikan masalahnya, ditambah orang tua murid yang selalu ‘berpesan’ ini dan itu kepada sang guru setiap harinya.

 

Fix! Ini sih, Namanya generasi strawberry, yakni generasi yang terlihat cantik dan indah diluar namun ternyata mudah rapuh di dalam.

 

Tidak ada definisi pasti tentang Generasi Strawberry ini, namun beberapa kali Prof. Rhenald Kasali berkomentar tentang Generasi Strawberry yang memiliki ciri-ciri kreatif, kritis, penuh rasa ingin tahu, namun mudah menyerah, lemah akan tanggung jawab, tidak berorientasi pada solusi ketika menghadapi masalah  (menyalahkan faktor lain) dan cenderung tidak mau mengandalkan dirinya sendiri.

 

Dengan Rp.10.000 Kamu Sudah Bisa berwakaf di sini! #Wakaferse

 

“Eh, wakaf, yuk!”

“Wakaf? Wakaf kan, buat orang tua, paling buat bikin masjid, sekolah, sama makam. Anak muda sih, cukup sedekah dan bayar zakat aja kali, ye”

 

Begitu lah kira-kira sebuah percakapan para generasi muda yang masih segar bugar ketika membicarakan soal wakaf. Menurut Bu Sulistiqomah (Dompet Dhuafa) literasi wakaf di Indonesia masih sangat kurang, sehingga diperlukan sosialisasi yang lebih terhadap generasi muda terkait wakaf.  Wakaf masih dianggap bagian ibadah generasi yang sudah sepuh saja, dan programnya pun itu-itu saja. Padahal wakaf itu memiliki pahala mengalir abadi sampai yaumil akhirat, lho!

 

Mengapa Wakaf?


Wakaf adalah salah satu ibadah yang memiliki banyak keutamaan, terutama pahala yang akan mengalir kepada pewakaf walau walau pun sudah meninggal dunia. Maka dari itu, jika kita menginginkan ibadah yang memberi manfaat di dunia dan pahala mengalir abadi sampai ke akhirat akhirat, sungguh wakaf adalah ibadah yang bisa jalan dari itu semua.

 

Secara Bahasa, wakaf (waqafa) artinya menahan, diam, berhenti, diam di tempat, atau tetap berdiri. Sedangkan Mahzab Syafi’i mendefinisikan wakaf adalah : “tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial)”.