“Barang siapa yang bergembira menyambut bulan Ramadan, maka diharamkan jasadnya terkena api neraka”
Saking mulianya bulan Ramadan, ketika kita bergembira
menyambut datangnya bulan suci yang ditunggu seluruh umat muslim saja, Allah
pun menjamin bahwa api neraka tidak akan pernah bisa mendekati hambaNya.
Dari tahun ke tahun, semenjak kecil, saya sangat menunggu
berbagai ritual ibadah dan moment yang hanya bisa ditemui di bulan Ramadan.
Seperti, berpuasa bersama keluarga, membuat takjil, masak
makanan untuk berbuka, itikaf, dan shalat tarawih.
Tapi, semakin dewasa, saya merasakan ada beberapa moment
Ramadan saya yang “hilang” karena kesibukan menjadi istri dan juga ibu.
Semua wanita tentunya sepakat, ketika sudah menikah, moment
bulan suci Ramadan, pasti akan terasa berbeda.
Apa saja yang “hilang” di Ramadan tahun ini?
1. Shalat Tarawih di Masjid
Sebenarnya, sudah semenjak anak pertama
saya lahir, saya sudah sangat jarang shalat Tarawih di masjid. Karena memang
saya khawatir, ketika membawa balita ke Masjid, anak akan rewel dan mengganggu
jamaah yang lainnya.
Akhirnya, semenjak Kifah lahir, sampai
sekarang adiknya Aldebaran lahir, saya sudah sangat jarang shalat tarawih
berjama’ah di masjid.
2. Mengkhatamkan Al-Qur’an
Duh, mungkin ini sayanya aja yang kurang
tekad dan cari-cari alasan. Ya, mengurus balita membuat energi terkuras cukup
lumayan. Kadang kala, “godaan” untuk istirahat ketika anak tidur masih sangat
besar. Dan akhirnya, tadarus Al-Qur’an pun tidak sebaik Ramadan tahun-tahun
sebelumnya.
Padahal, dulu saya senang ketika bisa
menghatamkan Al-Qur’an minimal 1x di bulan Ramadan. Rindu rasanya bisa khatam
lagi. Hiks.
3. Menghadiri Kajian
Wah, yang satu ini paling favorit. Apalagi
waktu masih lajang dulu, seneng rasanya bisa hadir di tausiyah ustadz favorit.
Rasanya siraman rohani dari para ustadz dan guru-guru saya menjadi oase di
tengah padang pasir, tsaahh.
Tapi yaitu tadi, keterbatasan semenjak
memiliki dua orang anak membuat saya kehilangan kesegaran siraman rohani.
Mendengar langsung ceramah atau tausiyah yang penuh hikmah dari para ustadz dan
ustadzah masih jadi cita-cita.
Ya paling akhirnya saya siasati dengan
mendengar tausiyah lewat TV atau internet. Walau tetap sih ya, rasanya beda
dengan mendengar ceramah atau tausiyah secara langsung.
4. Itikaf di Masjid
Sebenarnya saya kepingin banget bisa Itikaf
lagi di mesjid Ramadan ini. Tapi, apa daya Aldebaran masih 1 tahun, masih belum
tega kalau harus ngajak untuk tidur di masjid. Padahal tahun sebelumnya saya
sudah bisa pergi itikaf sama Abang Kifah, karena usianya waktu itu sudah
lumayan besar. Sudah bisa diajak itikaf di masjid.
Tapi Allah ngasih rezeki bayi lagi tahun
ini, jadi saya harus rela kehilangan moment itikaf tahun ini. Hiks.
5. Memasak berbagai menu berbuka dan sahur
Karena dua anak yang sedang aktif-aktifnya,
ritual masak untuk sahur dan berbuka jadi berkurang. Saya lebih sering membeli
menu berbuka puasa dan juga untuk makan sahur.
Sedih juga sih sebenernya, padahal moment
Ramadan harusnya bisa dijadikan moment berkreativitas di dapur.
Kadang,
banyaknya “kehilangan” ini membuat saya berfikir, apakah Ramadan tahun ini bisa
#JadiLebihBaik ? Karena saya merasa, amalan dan ibadah Ramadan tahun ini, tidak
sebaik amaliyah Ramadan tahun-tahun sebelumnya.
Tapi,
di satu sisi, saya juga merasa bahwa mungkin amalan dan ibadah yang saya
lakukan dialihkan dalam bentuk yang lain.
Misalnya,
lebih sabar melatih anak berpuasa, berlatih sabar dalam mengelola emosi,
bersabar menahan lapar dan dahaga ketika kelelahan mengurus anak-anak. Apalagi
Ramadan tahun ini termasuk Ramadan yang cukup menantang bagi saya, karena
Aldebaran masih mengkonsumsi ASI. Fisik saya jauh lebih teruji di Ramadan tahun
ini.
Jadi Lebih Baik
Ya,
menjadi lebih baik di bulan Ramadan tahun ini adalah impian saya dan mungkin
menjadi impian bagi setiap muslim. Kesalahan dan kekurangan di 11 bulan yang
lalu, rasanya ingin sekali diperbaiki di bulan penuh ampunan ini.
Walaupun
saya banyak kehilangan moment ibadah dan amaliyah di bulan Ramadan ini. Saya
berusaha menjadi lebih baik dengan menjadi ibu dan istri yang lebih sabar.
Walaupun tidak bisa pergi ke Masjid atau ke majelis ilmu, saya berusaha
menyimak tausiyah dan ceramah via televisi atau pun internet.
Begitu
juga dengan kegiatan memasak makanan. Seperti yang sudah saya katakan di atas,
di bulan Ramadan tahun ini saya jarang membuat takjil, juga makanan untuk
berbuka dan sahur.
Tapi,
sesekali saya masih menyempatkan diri untuk memasak. Masa iya di dalam 30 hari
gak masak sama sekali? Hehehe. Wah bisa jebol pertahanan kantong.
Ada
beberapa menu yang biasa saya masak walaupun dengan resep sederhana dan
“suka-suka”. Iya, jadi bumbunya suka-suka, yang penting enak dan pas dilidah
sendiri dulu deh minimal.
Salah
satunya Ayam Kecap Santan.
Sebenernya
ini terinspirasi dari resep semur ayam, cuman saya tambahin santan supaya ada
rasa gurihnya. Tapi, ya itu tadi, bumbunya suka-suka yaks. Mwahaha.
Bicara
soal #JadiLebihBaik di bulan Ramadan dan menu Ayam Kecap Santan, ternyata ada hubungannya loh.
Jadi,
di bulan Ramadan ini, Kecap Indofood mengajak kita #JadiLebihBaik untuk
menyiapkan hidangan sahur dan berbuka puasa. Kenapa kecap Indofood mengajak
kita jadi lebih baik? Karena kecap Indofood sendiri melakukan proses yang lebih
baik untuk menghasilkan kecap yang enak dan gurih alami, yaitu dengan melakukan
proses fermentasi selama 6 bulan untuk membuat formula kecap yang terbaik untuk
dikonsumsi.
Nah,
untuk buka puasa hari ini , saya memasak menu andalan Ayam Kecap Santan dengan
menggunakan kecap Indofood.
Bahan Ayap Kecap Santan |
Ayam Kecap Santan sudah jadiiiii |
Bahan:
500
gram daging ayam segar
65
ml santan kental
Kecap
Indofood secukupnya
Air
secukupnya
7
buah cabe rawit merah atau sesuai selera
Bumbu:
6
Siung bawang merah
3
Siung bawang putih
Ketumbar
secukupnya
Cengkeh
secukupnya
Kayu
manis secukupnya
3
cm jahe
3
cm lengkuas
1
batang serai
Garam
secukupnya
Cara membuat:
1. Rebus ayam, buang kaldunya.
2. Haluskan semua bumbu, kemudian tumis di wajan.
3. Masukkan air dan santan kental, aduk hingga
merata.
4. Masukkan kecap Indofood sesuai selera.
5. Masukkan ayam yang sudah direbus sebentar
sebelumnya.
6. Aduk pelan dan tunggu hingga mendidih.
7. Ayam Kecap Santan siap disajikan.
Gimana?
Gampang banget ya bikinnya.
Bumbunya ini suka-suka,
jadi mungkin ada yang gak suka bisa dikurangi ataupun ditambah. Pokoknya sesuai
selera ya.
Oh ya, kenapa saya buang kaldu ayamnya, karena jika ayam
langsung direbus dengan bumbu, biasanya setelah Ayam Kecap Santan dingin, akan
terbentuk gumpalan yang membeku dari lemak ayam yang larut dalam kaldu. Jadi,
saya buang dulu supaya nanti kalau kuahnya dingin gak menggumpal-gumpal.
Dan satu lagi, kenapa cabe rawitnya saya pisah, karena saya
suka pedes sedangkan Abbiy gak suka pedes. Jadi, ini sebagai alternatif supaya
kita berdua tetep bisa makan bareng meskipun ditengah perbedaan selera. Hehehe.
Nah, itu tadi menu Ayam Kecap Santan yang suka saya buat di
rumah. Walapun Ramadan tahun ini saya banyak “kehilangan”, saya sadar, saya
harus tetap menjadi pribadi lebih baik dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan
tahun ke tahun.
Seperti halnya kecap Indofood yang berinovasi menjadi lebih
baik. Semoga, Jadi Lebih Baik Kecap Indofood bisa menginspirasi untuk selalu
berubah ke arah kebaikan di bulan suci Ramadan. Amiin.
Kalau Mama lainnya, ikhtiar apa nih yang dilakukan di
ramadan tahun ini, supaya terus #JadiLebihBaik? Sharing di kolom komentar Yuk
:D
aku suka masakan ayam pakai kecap. hmm enak!
ReplyDeletesamaaa tossss
Deletekalau ayam mah ga ada bosennya ya, Teh.
ReplyDeleteSemoga bisa dimampukan berjumpa dengan Ramadhan tahun depan, dan selama menanti Ramadhan tahun depan, setiap harinya sesudah Ramadhan ini berlalu,kita bisa #JadiLebihBaik. Aaamiinn
ReplyDeleteWah ternyata ayam kecap kalo ditambahin santan juga enak ya mba :) oke deh harus dipraktekin
ReplyDeleteSanta ayam pake kecap indofood ya, inovasi baru nih
ReplyDeleteWaaah baru tahu santan bisa berjodoh dengan kecap. Kapan-kapan aku cobain resepnya, ah. :)))
ReplyDeleteRamadan selalu ngangenin ya mbak, Insyaallah kita dipertemukan lagi tahun depan. Dan resep ini mau akoh sonteek :D enaaak pasti nih
ReplyDeleteIya mak dy, akubjg baru tauu, penasaran pengin cobain ;)
ReplyDeleteKalo diliat bumbunya mirip sama semur, cuma beda di santan aja ya
ReplyDeleteAku baru tau soal membuang kaldu ini bia ga menggumpal. Jadi pengen bikin juga, deh. By the way semoga anak-anak cepat gede biar puasa berikutnya bisa tarawehan lagi, khataman quran dan banyak-banyakin ke ke kajian, ya.
ReplyDeleteAyam kecap dikasih santan gini jadi lebih gurih ya. Makin enak ini :D
ReplyDelete