Majalah Ummi, dengan tag line "Identitas Wanita Islami" |
Sebelum gencarnya perkembangan media informasi dan
komunikasi yang sangat massive seperti sekarang ini, keperluan akan informasi
diperoleh melalui berbagai media cetak seperti koran, tabloid dan juga majalah.
Ingat sekali waktu zaman sekolah dulu, setiap jalan kaki
untuk menuju ke sekolah, aku harus melewati sebuah toko majalah, koran, dan
tabloid yang ada di emperan jalan. Warna-warni tabloid dan majalah yang
bergerak tertiup angin seperti memanggil untuk dibeli.
Dengan uang saku sekolah yang bisa dibilang pas-pasan,
setiap minggu aku selalu mengalokasikan untuk membeli macam-macam majalah atau
tabloid.
Aku sendiri gak terlalu fanatik memilih majalah atau tabloid,
bahkan kadang tergantung harga atau hadiah yang seringkali ada disetiap edisi.
Seperti pouch cantik, cerpen, dan lain-lain. Ketahuan deh ya motif beli majalah
karena tergiur gratisannya. Hehehe.
Tapi, semua itu terjadi diantara tahun 2003-2005 dimana
internet tidak meledak seperti sekarang.
Dan aku pun sempat berpikir. Masih ada
gitu yang baca koran dan majalah zaman ini? Masih ada yang mau beli kah?
Sementara informasi via gadget mudah sekali diakses. Masihkah ada media cetak
yang bertahan? Atau hampir semua gulung tikar dan beralih ke media daring?
Lintasan pikiran itu lah muncul ketika aku melangkahkan kaki
ke kantor redaksi Majalah Ummi di Jalan Mede No. 42 A Utan Kayu Utara Matraman
Jakarta Selatan.
Bangunan yang berdiri kokoh itu masih sepi saat aku dan
anggota Komunitas Blogger Muslimah Indonesia hadir untuk berdiskusi mengenai
seluk beluk pembuatan media cetak yang sudah berdiri sejak tahun 1989 itu.
Bangunan yang terdiri dari dua lantai itu memang terlihat
sepi karyawan, saat berdiskusi dan sharing bersama redaksi Ummi pun, Mbak Meutia
Geumala menjelaskan bahwa memang sejak gempuran media digital, karyawan Ummi
mengalami “penyesuaian” terhadap pemasukan perusahaan.
Hmm, dalam hati ikut komentar.
“Tuh kan, media online pasti jadi “masalah” yang sangat berarti bagi sebuah perusahaan media
cetak.”
Sambil berbincang santai dengan redaksi majalah Ummi, kami
dari Blogger Muslimah juga antusias untuk bertanya tentang seluk beluk dalam
bisnis media cetak. Semuanya aku rangkum dalam tanya jawab berikut ini yaaa.
1. Bagaimana Majalah Ummi bertahan di era
media digital dan internet seperti sekarang ini?
Majalah Ummi mengakui bahwa terjadi
penurunan oplah yang cukup signifikan saat sekarang ini. Tapi Majalah Ummi
alhamdulillah masih bisa bertahan hingga sekarang, selama 28 tahun, karena
loyalitas pembaca Majalah Ummi. Semangat
untuk berdakwah lewat media juga terus membara di redaksi Majalah Ummi.
Selain itu, majalah Ummi juga memiliki
konten yang baik, memuat nilai Islam yang integral dari berbagai nara sumber
yang kredibel, sehingga Majalah Ummi masih menjadi sumber rujukan ilmu dan
informasi bagi para pembacanya.
2. Apakah Ummi membuat media On Line?
Ya, namanya ummi-online. Yang bisa diakses
di ummi-online.com
3. Apa bedanya Ummi Online dan Majalah Ummi?
Jika majalah Ummi terbit tiap bulan dengan
versi cetak, Ummi Online diupdate setiap hari secara terus menerus. Konten
Majalah Ummi cenderung panjang dan mendalam, sedangkan Ummi Online singkat dan
membahas keseharian yang ringan-ringan saja.
4. Bagaimana Majalah Ummi menangkap tema
yang Up
to Date untuk diangkat di majalah setiap bulannya?
Sebagai redaksi Ummi, kami memang dituntut
untuk bisa membaca apa yang sekiranya akan hits bulan depan dan bulan-bulan
mendatang. Dan untuk itu biasanya
diadakan rapat redaksi.
5. Bagaimana Majalah Ummi menulis naskah untuk
tayang di Majalah Ummi?
Biasanya tema setiap bulan itu dirapatkan
melalui rapat keredaksian, kemudian dipecah agar sesuai dengan rubrik namun
tetap memiliki benang merah yang sama. Naskah Majalah Ummi juga ada yang
berasal dari luar, tidak semua dari redaksi. Redaksi hanya menyeleksi yang
relevan dan menyempurnakannya.
Majalah Ummi yang siap beredar ke seluruh penjuru tanah air |
6. Naskah dari luar yang seperti apa yang
diterima oleh Majalah Ummi?
Tentunya naskah yang sudah baik dan tidak
perlu banyak editing, hehehe. Tapi tenang saja, editornya baik kok, menerima
semua jenis tulisan. Biasanya, tulisan yang dikirim ke redaksi Majalah Ummi
berupa tulisan nuansa wanita, cerpen, cerbung, kolom ayah dll.
7. Rubrik apa saja yang paling memberikan
peluang menerima naskah dari luar?
Saat ini yang masih sangat jarang adalah
cerbung dan juga tulisan tentang travelling. (ayo ayo, kesempatan ini buat
eksis di majalah Ummi)
8. Bagaimana Majalah Ummi menentukan model
untuk cover Majalah Ummi dan proses pemotretannya?
Untuk cover ditentukan pada rapat
keredaksian, kemudian mencari public
figure atau tokoh yang relevan dengan tema yang akan diangkat. Biasanya, cover Majalah Ummi adalah artis atau tokoh yang menginspirasi.
Untuk artis sendiri, dipilih yang memang
memiliki profil yang baik, tidak terlibat gosip atau kasus yang buruk. Pemotretan
sendiri dilakukan di kediaman artis atau tokoh tersebut dengan mengerahkan tim
fotografi dari Majalah Ummi.
9. Bagaimana cara mengelola Ummi Online yang
memiliki jutaan followers agar tetap Up
to Date?
Facebook Fanpage Ummi sendiri sudah mencapai
lebih dari satu juta likers dan web site ummi online memiliki 1 sampai 1,5 juta Page View setiap bulannya. Update artikel terbaru dilakukan setiap
30 menit sekali setiap hari.
10. Apakah Ummi Online menerima penulis dari
luar?
Ya, menerima. Caranya bisa mengirim naskah
ke sahabat.ummi@gmail.com
Tulisan minimal terdiri dari 5
paragraf dan menggunakan bahasa yang baik
dan benar. Temanya bebas, bisa berhubungan dengan keseharian atau yang lainnya.
11. Bagaimana tips membuat konten viral?
Saat ini memang tulisan di Ummi Online bisa
dibaca dan dishare ribuan kali oleh netizen. Bahkan kadang jumlah share lebih
banyak ketimbang jumlah view. Entah
ada fenomena apa gerangan.
Cara menulis konten agar bisa viral atau
dishare banyak orang diantaranya adalah:
-Tulislah hal atau tema yang sedang in dan up to date.
-Tulis judul yang menarik untuk dibaca,
bisa dengan menggunakan angka, misalkan: 7 Ciri Istri Salehah, 11 Ibadah Sunnah
Bernilai Pahala Luar Biasa
-Judul juga harus spesifik, langsung kepada
inti tulisan.
-Judul artikel cenderung lebih panjang. Berbeda
dengan judul yang dimuat di media cetak yang biasanya lebih singkat.
-Tema yang ditulis dekat dengan keseharian.
-Isi artikel tidak terlalu panjang maupun
terlalu pendek, karena pengguna smartphone pun sulit untuk membaca artikel yang
terlalu panjang.
....
Setelah hampir 2 jam berbincang dengan redaksi Majalah Ummi,
aku sendiri merasa banyak menerima insight dan masukkan penting ketika kita
memang berniat memantapkan diri di dunia kepenulisan.
Terbukti, semangat menyebar kebaikan dari Majalah Ummi
menjadi kekuatan tersendiri bagi Majalah Ummi untuk bertahan diantara gempuran
media digital dan perkembangan internet yang kian menggerus banyak bisnis media
cetak.
Semangat menulis itu juga harus dimiliki oleh seorang blogger.
Karena semangat menulis itu lah yang menjadi fondasi utama
ketika kita mulai menulis. Walaupun hanya menulis di blog pribadi.
Tidak sedikit blog pribadi yang ikut “gulung tikar” ketika
semangat menulis dan berbagi itu mulai luntur dan menghilang. Dan yang mau
konsisten dan mampu beradaptasi lah memang yang akan bertahan ditengah berbagai
ujian yang menghadang.
Berjilbab kuning di sebelah kiri, Mbak Meutia Geumala, Pimpinan Redaksi Majalah Ummi. Berjilbab pink Mbak Novia Syahidah founder Blogger Muslimah Indonesia |
Terima kasih Mbak Meutia Gemala, pimpinan redaksi Ummi yang
telah menerima kami dari Komunitas Blogger Muslimah Indonesia dengan tangan
terbuka. Dan terima kasih juga kepada Blogger Muslimah Indonesia yang telah
menghadirkan Program Edukasi Muslimah untuk para anggotanya.
Semoga next time aku bisa ikutan lagi ya. Sukses terus untuk
Majalah Ummi, Ummi Online dan juga Blogger Muslimah Indonesia.
keren teh...!
ReplyDeleteeh teh, ko gak ada fitur like-nya di blog ini? padahal pengen ngelike, hehe..
Like gimana? Oh wordpress ya? Ini pake blogspot neng erma
Deleteiya, icon like semacam di fb, wordpress, dsb..
DeleteOo, emang blogspot gak ada like-like-an ya.. hehe
keren nih majalah UMMi, bisa bertahan dan terus berkembang sekian lama
ReplyDelete