Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

Saya Suka Nulis Puisi

Saya suka nulis puisi, sampai-sampai waktu masih SMP ada temen yang hampir tiap hari minta dibikinin puisi. Puisi-nya nggak jauh-jauh tentang dia yang selalu di PHP-in sama cowok di sekolah. Waktu itu saya sih masih mau-mau aja nulis puisi roman picisan gitu, satu diary penuh semua sama puisi "konyol" ala ABG. 

*ketawa deh kalo inget*

Satu-satunya prestasi waktu bikin puisi adalah waktu ada perlombaan baca puisi di sekolah. Saya sadar bahwa saya ngga bisa baca puisi, apalagi yang mendayu sambil menghayati, ngga deh. Akhirnya saya beritikad untuk menyumbangkan naskah puisi untuk dibacakan oleh teman sebagai perwakilan kelas.

Daaannn... tadaaaa... alhamdulillah puisinya dapet juara ke-1. Puisi tersebut berjudul "Ibu" dan yang membacakan (temen saya) adalah seorang anak yang sudah tidak memiliki seorang ibu. Jadi aja puisinya berhasil membuat dia meleleh di atas podium.

*bisa jadi guru yang jadi juri ngasih nilai gede karena lihat dia yang menghayati ya, bukan karena naskah puisinya. hahahah udah Ge-eR aja deh ah..



cek kumpulan puisi saya disini yuk...
Walau sekarang udah jarang diapdet, mudah-mudahan masih enak buat dibaca.








(Giveaway) Ternyata Dongeng itu Indah


Cover Kumpulan Dongeng Anak Karya Hastira Soekardi


Jujur saja, saya adalah anak yang lebih sering membaca sebuah dongeng dibanding mendengarkan dongeng secara langsung. Pertama kali saya mendengar dongeng itu saat saya sekolah di Sekolah Dasar. Biasanya guru Bahasa Indonesia yang mendongeng di depan kelas. Mulai dari dongeng tentang hewan, tentang budaya Indonesia, sejarah Islam, dan lain sebagainya. 


Sebagian anak mungkin seringkali dibacakan dongeng oleh orang tua sebelum beranjak ke tempat tidur. Malahan ada anak yang katanya belum bisa tidur sebelum dibacakan dongeng oleh ayah atau ibunya. Wah kalau saya sih belum pernah tuh dibacakan sebuah dongeng pengantar tidur oleh ayah atau ibu. hehehe. Berhubung dan berhubung orang tua saya yang memang tidak terbiasa dan kurang mengerti tata cara mendongeng. Maka dari itu saya lebih sering membaca dongeng sendiri, berimajinasi mengenai tokoh dan suasana/latar cerita dongeng tersebut.


Pertama kali membaca sebuah dongeng

Saya ingat sekali pertama kalinya jalan-jalan ke toko buku. Saat itu saya masih berusia 5-6 tahun. Melihat jajaran buku khususnya buku cerita anak-anak membuat saya takjub. Sampai-sampai bingung mau beli buku yang mana, maunya sih dibawa pulang semua. 

Buku dongeng yang pertama kali saya beli berjudul "Heidi" dan "Alice di Negeri Ajaib"
Sumber Gambar

Sumber Gambar


Jujur saya jadi berkaca-kaca setelah melihat kembali gambar buku dongeng "Heidi" dan "Alice di Negeri Ajaib". Tokoh dan cerita yang terkandung di dalam buku tersebut masih terekam jelas dalam ingatan. Pada saat kanak-kanak tentunya saya sangat "terobsesi" dengan tokoh dan cerita Heidi dan Alice. Mereka seakan-akan benar-benar ADA. Mereka ada di sebuah negeri yang bernama NEGERI DONGENG.

Dongeng itu membekas dalam hati dan ingatan

Sungguh saya benar-benar takjub, sebuah dongeng mempunyai kekuatan yang sangat besar. Nilai-nilai yang ada pada cerita dongeng Heidi dan Alice masih sangat saya ingat hingga sekarang. Heidi yang sederhana dan baik hati hingga bisa merubah angkuhnya perilaku seseorang, hingga Alice seorang gadis yang rela berpetualang demi menemukan apa yang ingin dia cari. 

Mungkin sebagian orang, terutama orang dewasa dongeng hanyalah "sekedar" cerita khayalan atau bacaan biasa. Tetapi bagi saya (mantan anak-anak) hehehe, dongeng ternyata bisa membekas sedalam ini. Bahkan pada saat saya membaca dan berimajinasi, saya seperti terbawa dalam suasana cerita dan ingin mejadi tokoh di dalamnya.


Dongeng menumbuhkan keteladanan

Seperti yang saya katakan sebelumnya, setelah membaca sebuah dongeng saya langsung terobsesi menjadi tokoh yang ada di dalam dongeng tersebut. Ingin menjadi anak gadis yang baik hati, sederhana, penyayang, dan selalu gembira. Dongeng juga menumbuhkan jiwa yang riang, saya masih ingat banyak gambaran-gambaran/latar pada dongeng tersebut yang membuat saya benar-benar takjub. 

Jika sebuah dongeng mampu menumbuhkan keteladanan, alangkah indahnya dunia anak-anak. Jiwanya terisi oleh tokoh-tokoh imaji yang selalu mengajak pada kebaikan. Dongeng mampu menumbuhkan rasa pada hati dan jiwa anak, dan tentunya Emotional Quotion anak semakin terasah.



Dongeng membuat kita mengenal budaya

Jikalau tadi sekilas mengenai dongeng pertama yang saya baca, dan setelah saya amati ternyata dongeng tersebut bukan berasal dari Indonesia, dan bukan berdasarkan cerita orang tua saya sendiri.

Lain lagi ceritanya ketika kakek dan nenek saya bercerita tentang sebuah dongeng sakadang monyet jeung sakadang kuya (seekor monyet dan seekor kera). Ini cerita dari tanah Sunda, karena memang saya lahir di Ciamis Jawa Barat. Sehingga kakek dan nenek saya otomatis hanya memiliki koleksi dongeng dari tanah pasundan.


Sumber Gambar

Sakadang monyet dan sakadang kuya ini adalah hewan yang sangat legendaris. Mereka katanya ada sejak jaman dulu. Mereka berteman satu sama lain, tetapi kadang sakadang monyet suka berbuat usil kepada sakadang kuya. Nenek saya bercerita katanya sakadang monyet pernah ditangkap dan diringkus oleh pak tani karena ketahuan mencuri di kebun miliknya. Namun, ketika sakadang kuya melihat sakadang monyet yang dikurung dalam kurungan, sakadang kuya malah kena tipu oleh sakadang monyet. Dan pada akhirnya sakadang monyet bebas dan sakadang kuya masuk kedalam kurungan pak Tani. 

Dari cerita sakadang monyet dan sakadang kuya tersebut saya banyak belajar tentang nilai-nilai kejujuran dan etika dalam bersahabat. Dan lagi-lagi pada saat itu saya benar-benar merasa bahwa cerita tentang hewan  tersebut benar adanya.


Senang sekali rasanya pernah membaca dan mendengar dongeng. Mudah-mudahan saya juga bisa membacakan dongeng-dongeng yang bagus untuk buah hati saya Kifah. Dan membuatnya menari-nari dalam imaji yang indah di sebuah negeri dongeng.





"Dongeng itu ternyata luar biasa, ada kekuatan disana, yang membuat imaji menari-nari hingga akhirnya teladan lah yang bisa kita bawa ke alam nyata"



Semoga Bermanfaat 







"Tulisan ini diikut sertakan dalam GA Semua tentang dongeng anak"


Hijabeez



"Pokona-mah asa pengen posting gambar ini.Sekian dan Terima Kasih"







Twitter/IG: @Hijabeez_ID
Facebook Fan Page: Hijabeez Fashion Muslimah
www.hijabeez.com

Sari-Wawan

Karena saking kepengennya #onedayoneartikel jadi aja maksa nulis tengah malem gini. Ditengah kelelahan rutinitas, tapi alhamdulillah kalau udah nulis tuh rasanya seneng.Minimal ada unek-unek yang dikeluarin. Daripada bikin status alay di pesbuk atau nge-tweet yang gak penting ya meningan nulis disini. Kalau dulu jaman ABG punya buku diary buat corat-coret dan sekarang udah gak musim lagi (karena ABG sekarang curhatnya udah di MedSos) ya sudahlah lebih baik torehkan disini. Siapa tau ada penulis naskah yang lagi cari inspirasi buat bikin sinetron terbaru di TV *lah apa hubungannya?

Kifah udah tidur, karena mungkin 'teler' habis dikasih obat. Tiga hari yang lalu badannya demam (mungkin karena habis papanasan dan momotoran terus minum es teh) dan demamnya sudah mulai berkurang hingga hari ini.

Tadi pagi Kifah udah ke Dokter, hasilnya Kifah terkena Flu dan Sari-wawan (baca:sariawan). Karena memang dari kemarin ada bintik-bintik putih di bibirnya dan Kifah bilang "aduh, ada duriii......." (mungkin rasanya seperti ada duri yang nyangkut di bibir mungilnya)

Karena lagi sakit Kifah jadi rada melankolis, yang biasanya cerewet jadi agak pendiem dan lebih suka meluk-meluk boneka "Teddy". FYI: Boneka Teddy ini adalah boneka Emaknya waktu jaman SD, dinamain Teddy soalnya namanya mirip-mirip sama Tetty, dan biar keren aja gitu namanya rada internasional (baca:Teddy Bear). 


Okesip, langsung liat foto-fotonya Kifah di TKP:















* Fotografer dan pengarah gaya : Emaknya
  Lokasi : Rumah Mamah dan Kokong
  Sony Cyber Shot+Adobe Photoshop Cs4


Our Facebook its Our Best Friend


sumber gambar

Sebagian orang pasti ada yang mengatakan "Thanks God, Kau telah menciptakan Mark Zuckerberg" Siapa lagi kalau bukan pencipta jejaring sosial Facebook. Facebook sekarang begitu digandrungi, bahkan kamu pasti dibilang "Gak Gahooll" kalau gak punya Facebook. Ya kan? Ya kan? Ya kan? 


Termasuk saya, hobi 'pasang status' di jejaring sosial tersebut. Waktu awal punya Facebook mungkin dalam sehari  bisa menghasilkan lebih dari tiga status Facebook (produktif sekali). Tapi lama kelamaan saya berfikir untuk tidak menghasilkan 'sampah' di timeline saya dan tentunya timeline orang lain. (jadi  ceritanya sekarang update statusnya dikit-dikit aja)

Salah satu status yang saya pasang di Facebook tanggal 12 Maret 2014 adalah:

"Kangen"


Kata 'kangen' tidak sengaja saya ketik di kolom"What's on your mind?" begitu saya lihat foto saya waktu Taman Kanak-Kanak, bercengkrama via WA group bersama teman-teman SD saya, dan curhat-curhatan via BBM dengan teman SMA. Haaaiiisshhhhh.... betapa jauh sudah kaki ini melangkah, rasanya baru kemarin saya jadi anak-anak, kemudian jadi ABG, dan beranjak dewasa, hingga sekarang saya sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Belasan tahun yang lalu. 

Andai saja ada mesin waktu (faktanya tak pernah ada) ingin sekali lagi memutar waktu kembali ke 'jaman dulu'. Ah, rasanya rindu sekali. Rindu bermain, rindu bernyanyi bersama teman-teman kecil, rindu jadi ABG yang lebih sering dengerin curhatan temen dibanding curhatin diri sendiri, rindu serindu-rindunya. Memori itu menari-nari, seakan memanggil lagi untuk kembali kesana. 


Seorang teman berkomentar dalam status saya:

"Anita: Kangen juga..."

Mungkin karena statusnya hanya kata 'kangen' jadinya setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda. Tapi yang jelas, rasa 'kangen' adalah rasa yang dimiliki oleh setiap orang. Kangen dengan benda, kangen dengan orang, kangen dengan tempat, kangen dengan waktu, dan berjuta kangen lainnya.

Rasa kangen akan membuat diri ini seketika melankolis, kangen bisa membuat mata berkaca-kaca, kangen juga bisa membuat kita menangis sejadinya. Rasa ini juga yang membuat Chairil Anwar jadi pujangga terkenal, rasa ini juga yang membuat Kahlil Gibran menjadi penulis besar.

Rasa kangen juga bisa membuat kita bersemangat. Contoh, kangen kampung halaman, kangen orang tua yang berada jauh dari tempat tinggal kita. Pastinya akan membuat kita lebih semangat dalam bekerja dan berusaha demi mengobati rasa kangen yang melanda, yakni bertemu orang tua dan kampung halaman. 
Begitupula orang yang baru pulang ibadah haji dan umrah, katanya akan merasa kangen sekali dengan Baitullah. dan tentunya akan berusaha lagi untuk pergi kesana.

Terima kasih Yaa Rabb.. Kau yang Maha Menciptakan, semoga hamba termasuk kedalam orang-orang yang "Kangen" akan Engkau. Aamiinn.



Kalau status yang pertama hanya satu kata, status yang kedua ini terdiri dari beberapa kata, nah ini dia statusnya: 

"Hidup itu pilihan, banyak pilihan yg sulit-sulit.. Banyak pilihan 'besar' yang juga beresiko 'besar'.. Udah sih jgn mempersulit pilihan orang lain dengan menggunjing apalagi menghina.. Nikmati saja jalan hidup kita masing-masing. Simple :) "


Status ini saya buat berdasarkan hasil pengamatan saya terhadap fenomena sosial yang terjadi *keselek buku metodologi penelitian* hehehe.. Banyak orang yang lebih senang menggunjing pilihan hidup seseorang. Apapun yang dilakukan oleh seseorang selalu saja jadi bahan omongan dan akhirnya nyaris jadi fitnah disana-sini. 

Setiap orang pasti mempunyai problematika hidup masing-masing. Mereka tentunya juga sibuk mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi. Tentunya solusi yang mereka ambil juga berkat pertimbangan dan juga analisis resiko yang rumit. Ditengah peliknya masalah seseorang, dengan senang hati ada sekelompok orang yang tega-teganya "ikut ambil bagian". Mereka menyindir, mencela, dan memojokkan keputusan yang orang lain lakukan. Tanpa belas kasih dan tanpa mempertimbangkan efek buruk yang ditimbulkan dari hasil pergunjingan tersebut.

Bahkan Al-Qur'an sendiri mengkiaskan "menggunjing itu bagaikan memakan bangkai manusia" betapa jijiknya bukan?

Menyindir dan mencela keputusan orang lain dalam menyikapi masalah hidupnya adalah sikap yang sangat tidak terpuji. Bukannya mengurangi beban penderitaan, menambah penderitaan dan beban pikiran orang lain dengan menggunjingnya adalah sikap yang sangat buruk.

Komentar dari salah seorang teman:

"Faiz: Syukron atas nasehatnya, izin share ya mbak" 

Sesunggunya status tersebut adalah nasehat untuk diri sendiri. Seringkali diri ini terpancing untuk membicarakan keburukan dan kekurangan orang lain, padahal boleh jadi apa yang mereka lakukan jauh lebih baik dari apa yang saya lakukan.

Apalagi perempuan, "ikut nimbrung" dalam masalah orang lain kadang kala menjadi sebuah hal yang biasa. Padahal belum tentu yang empunya masalah berkenan kita mengomentari apa yang ia lakukan. 

Menjaga lisan dari hal yang tidak terpuji merupakan suatu kewajiban, jangan sampai kata-kata yang keluar dari mulut kita merupakan duri tajam bagi orang lain. Ada waktunya kita TIDAK USAH mencampuri masalah hidup orang lain. Seorang bijak pernah berkata:

"Jika kita belum bisa membahagiakan orang lain, minimal kita tidak menyakiti hatinya"



Sekarang Facebook menjadi sahabat bagi sebagian orang, berbagai keluh kesah, pendapat, rasa, cinta kebahagiaan, kesedihan, dan apapun itu bisa kita bagi di situs ini dan membiarkan orang lain turut merasakannya. So, it called Our Facebook its Our Best Friend :)


Wallahu'alam :)

Semoga bermanfaat



"Artikel ini diikutkan dalam Giveaway Blogger Dengan Dua Status di BlogCamp"




#STOPBULLYING!!!

Jujur saya heran, sampai detik ini masih ada saja yang mengaku akifis dakwah Islam tapi sangat dangkal pemahaman Islamnya. Saya menyampaikan ini bukan saya merasa paling suci, paling benar, paling pintar, TIDAK saya katakan TIDAK.

Detik-detik pergantian pemimpin negara segera dimulai, beberapa kaum/golongan ada yang bersegera bersiap. Layaknya akan bertempur di medan perang mereka mempersiapkan berbagai persenjataan. Sebutlah para Parpol Islam, mereka sibuk berkampanye kesana-kesini meminta dukungan masyarakat. Salah satunya melalui sosial media, mass media, dan lain sebagainya. Sosial media digunakan karena dirasa ampuh untuk mendekati "sumber suara", media sosial seperti facebook, twitter, juga ampuh untuk mendapatkan quick response dari masyarakat. 


Media sosial memungkinkan masyarakat saling berkomunikasi, mengutarakan pendapat, dan menyuarakan aspirasi. Namun yang saya amati kampanye media sosial menjadi ajang Bullying satu golongan terhadap golongan lain. Saya ambil contoh, ketika sebuah partai islam berkampanye ada golongan lain yang berteriak bahwa partai tersebut mengajak masyarakat pada kehancuran bahkan kekafiran. Naudzubillah.

Dan yang paling mengecewakan, suara-suara miring, Bullying, tersebut datang dari golongan yang mengaku membela syariat. Syariat mana yang dibela? sejauh saya membaca Sirrah Nabawiyah, Rosulullah SAW selalu mengedepankan kasih sayangnya kepada orang yang berbeda pendapat bahkan pada musuhnya sekalipun. Saya benar-benar tak habis fikir, disimpan dimana akhlakul karimah sehingga mereka bebas berkata, mencaci, memaki, yang notabene saudara seiman, sesama muslim.

Adakah masuk ke dalam sebuah golongan harus menghina golongan lain dan merasa golongannya paling benar?

Saya tak membela siapapun, saya sebagai orang awam hanya menilai apa yang saya lihat. Apakah mungkin saya akan bersimpati dengan gerakan dakwah mereka? siapa sudi berteman dengan orang yang buruk budi. Menghina mencaci saudara sendiri.

Marilah sama-sama berfikir sejenak, adakah kebaikan dibawa dalam wadah keburukan? adakah dakwah dibawakan dengan fitnah dan cacian?

Rasulullah SAW pun berdakwah bil hikmah, ia raih hati manusia dengan lisan yang indah, dengan akhlak yang mulia, hingga semua hati berpadu dalam indahya Islam yang mulia. Wallahu'alam