Sumber Gambar |
"Orang yang paling cerdas adalah orang yang mengingat kematian"
(HR. Thirmidzi)
Sebagai muslim, kita sudah sangat familiar dengan hadits di atas. Ketika pertama kali mendengar hadits tersebut ketika masih duduk di bangku madrasah, saya seringkali bertanya-tanya, apa hubungannya orang cerdas dengan kematian?
Bukankah kecerdasan identik dengan prestasi, ilmu tinggi, serba bisa, IQ 150 keatas, sekolah di luar negeri, IPK cumlaude, menguasai banyak bahasa asing, dan lain sebagainya.
Tapi kenapa mati jadi ukuran kecerdasan?
Semakin besar, semakin saya mengerti. Ketika mendengar kabar kematian, baik itu tetangga, saudara, teman, keluarga, hati ini langsung ciut, merasa tak berarti, merasa bukan apa-apa, merasa bukan siapa-siapa, merasa bahwa suatu saat kita pun akan menemui ajal kita.
Seminggu ini saya mendengar dua berita duka dari dua orang public figur. Dua orang yang saya kagumi prestasinya, yang saya apresiasi karyanya. Mas Andri Djarot dan Kang Didi Petet.