Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

Gara-gara Bapak Guru Ini Aku Jadi Blogger


"Kau adalah lilin penerang, dalam kegelapan. Bapak, Ibu Guruku"




Assalamu'alaikum


Karena hari ini bertepatan dengan hari guru, maka postingan saya kali ini, saya dedikasikan untuk para guru yang ada di seluruh dunia, yang senantiasa menginspirasi dan memberikan semangat kepada murid-muridnya tanpa berbatas masa.

Terima kasih Bapak, Ibu Guru, jasamu tiada tara.

***

Hei-hei, Siapa Dia?

Gara-gara bapak guru ini aku jadi blogger.

Yaps, judul postingan kali ini memang begini adanya. Aku jadi blogger gara-gara kalimat seorang guru. Tepatnya guru saya waktu masih SD sampai SMP. 

Namanya Bapak Abdul Aziz Rofiq.

Beliau adalah guru saya ketika SD hingga SMP (karena saya sekolah SD-SMP di yayasan yang sama tempat beliau mengajar).

Saya sih lebih sering manggilnya, Pak Rofiq. hihi.

Pak Rofiq itu orangnya ramah, baik banget, selalu ceria, dan juga santai. Berhubung beliau adalah guru kesenian dan kerajinan tangan waktu itu, Pak Rofiq sering memberikan tugas-tugas kreatif untuk kami ini. 

Bapak sering memberikan tugas menggambar, mewarnai, membuat mozaik, membuat anyaman dari kertas, nyanyi, pokoknya bikin sesuatu yang kita suka, sekreatif mungkin, dan hampir tanpa batasan.

Tidur Pakai Seprai Baru, Bisa Mimpi Berangkat Umroh?

seprai grand shamira


“Sesungguhnya Allah SWT bukan memanggil orang yang mampu, tetapi

memampukan orang yang ia panggil ke Baitullah”


JLEB!

Waktu pertama kali dengar kalimat di atas saya langsung merasa JLEB BANGET. Kenapa? Abis selama ini saya suka kerdil dalam berpikir, kalau mau berangkat umroh atau pergi haji harus punya uang atau bekal yang cukup. Cukup untuk beli tiket pesawat, bikin paspor, bikin visa, akomodasi,  beli oleh-oleh, dan segala tek tek bengek lainnya. Padahal kalau Allah berkehendak kan tinggal KUN FAAYAKUN, tidak ada yang tidak mungkin.

Kalau tukang bubur aja bisa naik haji, kenapa Saya nggak?

*kemudian istigfar*

Pertama kali saya ngeh untuk segala persiapan umroh adalah waktu bantu-bantu ibu mertua berangkat umroh bulan Januari kemarin. Dan yang paling berkesan itu waktu bantuin ibu bikin paspor buat umroh ke kantor imigrasi. 


Bulak balik ke kantor imigrasi Bandung yang terletak di jalan Suci membuat saya mengkhayal, kapan ya saya bikin paspor umroh buat saya sendiri? Kadang hati seringkali berazzam untuk bisa menabung untuk bisa pergi umroh bareng suami, saya bertekad untuk pergi umroh di usia yang masih muda, supaya masih bisa nulis pengalaman umroh saya di blog ini.

Smart Cooking: Haruskah Perempuan Jago Masak?



"Perempuan itu harus jago dalam tiga hal dasar. Kasur. Sumur. Dapur"


Eeaaa....

Di Era Mahmud Abbas (Mamah Muda-Anak Baru Satu) 'pepatah' di atas pasti udah gak masuk itungan. Masa perempuan cuman jago di kasur, dapur, sumur doang? So Yesterday banget kalo istilah kerennya mah.

Sebenernya saya posting tentang ini masih dalam rangka hamil muda yang butuh banyak golar-goler di kasur.


Secara ya, hamil muda itu pasti masih dalam kondisi 'mabok-maboknya'. Gak banyak kerjaan rumah yang bisa kita eksekusi seperti biasanya.

Karena masih rada mual, apalagi saya baru aja disuntik vaksin tetanus yang bikin saya meriang, saya bingung banget kalo mau makan.

Pilihannya masak sendiri atau beli jadi. 

Jangan Beli Novel Sabtu Bersama Bapak!



Apakah saya se-sarkas itu? 
Membiarkan karya orang lain teronggok lemah
di rak toko buku.



Coba baca dulu kronologisnya.


Malam itu.

Emak hamil yang lagi baper dan mager di rumah ini mengantar tuan suami membeli sepatu baru. Katanya sepatu lamanya JEBOL. Air hujan merembes, kaos kakinya sering basah.

FYI: Bogor, area Cibinong-Bojong Gede-Citayam baru memasuki babak baru musim penghujan.

Bertiga lah kami malam itu berangkat keluar rumah, cari sepatu. 

Tuan suami pun sudah punya plan, kemana kita akan pergi mencari sepatu baru. Dan saya setuju rencanya, karena di sana ada TOKO BUKU.

Saat otak mumet parah, terkena racun kebosanan di rumah, toko buku bisa jadi insulin. Menurunkan kadar gu-a-lau di kepala.

Sementara tuan suami mencari sepatu yang cocok, saya mikir sambil duduk di sofa. Lebih tepatnya nungguin, tapi sayang aja kalo cuman nunggu tapi gak sambil mikir sesuatu. 

Saya mikir, kira-kira buku apa ya yang enak dibaca, atau enak diliat covernya? 

Setelah tuan suami membayar sepatu baru di kasir, akhirnya dia ngajak ke...

...


ATM


....

Weekend Review: Makan Mie Enak di Musim Hujan

Hallo Gaesss

Jumpa lagi di Weekend Review-nya tettytanoyo.com

Special Edition "Musim Hujan"

*Berdasarkan catatan BMKG versi emak, 
Cibinong, Citayam, Bojong Gede udah hujan tiap sore. 
Alhamdulillah*
......

Musim hujan tiba, November Rain? Aha, yayaya. Alhamdulillah, semenjak beberapa bulan yang lalu di sini (baca: Cibinong) gak turun hujan, alias kekeringan. Banyak warga yang kesulitan air bersih. 

Sudah sekitar satu minggu hujan mulai turun setiap sore hingga malam hari, memberikan harapan cadangan air tanah semakin bertambah. Selain itu, hujan juga mengurangi suhu gurun gobi di sini. *sujud sukur*

Kalau hujan itu emang paling enak makan MIE. Kata siapa? Kata temen saya. 

Dan saya SEPAKAT. *asal jangan keseringan*

Musim hujan juga bikin saya susah buat pergi dari pagi sampe sore, karena setiap habis Zuhur langit gelap kemudian turun hujan hingga malam hari. 

Jadi ya weekend-nya bisa di rumah dulu deh buat sekarang-sekarang.


mie tropicana slim


Ayo.. saya perkenalkan Mie Goreng Enak dari Tropicana Slim.

***

INFO LENGKAP TENTANG MIE GORENG TROPICANA SLIM SAYA SUDAH TULIS
DI POSTINGAN SEBELUMNYA.

KLIK DI SINI YA

LENGKAP...KAP..KAP..KAP..

***

mie tropicana slim

Rasa baru "Kepiting Saos Padang" ini beneran enak. Apalagi buat yang suka Sea Food *kek saya* 



Yuk, Cobain. Musim hujan gini enak loh makan Mie...


Yummiieee...

Mommy Diary: Bagaimana Menakar "Daya Juang" Anak?


"Seorang anak yang terbiasa hidup dengan kenyamanan, 
biasanya memiliki daya juang yang rendah"

-Anonim-


Entah kapan dan dimana saya mendengar kalimat di atas, saya sendiri lupa. 

Mungkin saya lupa kapan dan dimana, tapi saya tidak pernah lupa dengan isi kalimatnya. Kalimatnya menohok! Hati saya.

Pikiran saya langsung mengawang kemana-mana. Teringat banyak cerita, cerita saya sendiri, dan cerita-cerita orang lain.

Saya tidak sepenuhnya sependapat dengan kalimat di atas, tapi jujur kalimatnya membuat saya mikir keras.

Saya teringat dengan cerita seorang kenalan. Dia seorang pengusaha sukses, dan sekarang sudah menjadi anggota legislatif. Karirnya meroket semenjak menikah di usia yang cukup muda dan memiliki dua buah hati. 

Awalnya ia hanya pengusaha biasa,  dia menjual barang-barang second yang masih layak pakai hingga bisnis transportasi. Dia juga berani untuk menggadaikan rumah orang tuanya demi memiliki modal usaha. Lama kelamaan bisnisnya berkembang, merambah ke dunia properti. Tahu sendiri kan ya? bisnis properti itu untungnya besar, secepat kilat ia pun pindah dari rumah kontrakan ke rumah baru yang cukup besar, memiliki beberapa mobil, bahkan mobilnya disewakan. 

Di usia anaknya yang masih balita, sukses telah datang. Bahkan ia didapuk menjadi anggota legislatif karena prestasinya sebagai pengusaha muda yang sukses. 

Tapi suatu saat ia menumpahkan keluh kesahnya pada rekannya. Ia mengatakan bahwa ia mengkhawatirkan keadaan anak-anaknya kelak.