Ahem,
Label #NikahMuda di blog ini udah lumayan lama nganggur. Soalnya yang punya blog sibuk nyeritain anaknya dan warna warni jadi emak rumah tangga.
Sampai lupa, padahal dulu ada proses panjang sebelum menuju kesini.
Ketika belum kenal blog, saya pengen banget cerita pengalaman saya tentang nikah di usia muda plus sambil kuliah juga. Keputusan yang cukup anti mainstream bagi sebagian orang waktu itu.
Entah ya kalau sekarang, apakah orang atau orang tua lebih menyambut pernikahan yang dilakukan di usia yang dibilang dini, tapi ya semata untuk menangkal efek buruk pergaulan bebas dan segala kegeloan zaman sekarang.
Bukan maksa anaknya nikah muda buat dapet mantu anak orang kaya ya kayak di pelem pelem India.
Mwahahaa.
Balik lagi ke soal cerita nikah sambil kuliah.
Dulu saya bingung mau nulis pengalaman saya ini dimana, sampai akhirnya sekarang saya rutin nulis di blog ini.
Beberapa email dari pembaca blog ini pun masuk dengan segudang curhatan tentang niatan mereka untuk menikah sambil kuliah gegara baca tulisan menikah saat kuliah.
Daannn yeay, karena udah punya 'media' sendiri, apa salah dong saya nerusin lagi label #NikahMuda dan mudah-mudahan banyak yang baca juga.
Agar supaya pembaca blog gak susah susah ngimel pribadi, karena udah ada jawabannya di postingan. Jadi aku lanjutin aja ya label #NikahMudanya. Supaya gak lupa juga sih sama pengalaman yang dulu-dulu.
Bial makin cayang cama cuami, cama anak, karena pernah cucah cenang bareng eeeaaaaaa.
.....
Menikah sambil kuliah itu emang bukan perkara mudah, apalagi dua-duanya harus mendapatkan fokus yang tinggi untuk dijalanin.
Masa sih bisa dijalanin bareng?
Ya tergantung sih, dimana ada niat dan kerja keras, dua-duanya bisa dijalanin bareng. Yang baik-baik gak usah lah dibentur-benturkan, selama dua-duanya merupakan suatu kebaikan.
Kuliah baik, nikah juga baik, ya berati secara logika bisa dijalanin bareng.
ASAL YA ITU TADI.
Kembali ke niat dan kerja keras bersama antara suami dan istri nantinya.
Jadi, apa aja yang harus didiskusikan antara calon pasangan dan juga keluarga?
1. Soal Nafkah
Ini penting dan realistis. Bagaimana selanjutnya nafkah keluarga. Apakah suami akan menanggung nafkah keluarga seluruhnya? Apalagi kalau suami kuliah, apakah sudah bisa bekerja atau menghasilkan rupiah untuk menopang keuangan di rumah?
Dari mana saja pos keuangan?
Apa orang tua masih memberikan uang jajan atau uang kuliah kepada masing-masing anak?
Karena ada juga orang tua yang mau ngasih 'uang jajan' buat anaknya. Menikahkan anak semata untuk menghindari zina, supaya gak bablas bergaul dengan lawan jenis, supaya anaknya lebih terjaga.
Soal uang, orang tua masih dengan senang hati memberikan walau sudah gugur ya segala kewajibannya sebagai orang tua.
Apakah akan berwirausaha?
Saran saya sih, sebelum memutuskan menikah sambil kuliah, lebih baik ada perencanaan wira usaha. Lebih baik sudah berani membuka usaha meski hasilnya masih jauh dari target.
Tapi bukankah Allah menyukai hambanya yang berproses?
Lebih baik merencanakan pos keuangan dulu, diskusikan dengan calon pasangan dan keluarga, dari mana sumber keuangan yang akan didapatkan setiap hari atau setiap bulannya.
Karena menikah sambil kuliah itu beda ya dengan orang yang menikah tapi sudah bekerja. Mereka sih mudah untuk menghitung besar pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, tapi buat yang mau 'nekat' menikah sambil kuliah, plan berwirausaha lebih baik dibicarakan bersama.
Satu lagi, nyerempet materi juga.
Soal mahar, yang biasanya sensitif nih.
Gak perlu yang mahal-mahal dan aneh-aneh. Coba cek harga sepeda lipat di toko sebelah, siapa tahu calon pasangan pengennya dikasih sepeda buat berangkat ngampus bareng ya kan?
Aheeeyyyy
Aheeeyyyy
2. Tempat Tinggal
Mau tinggal terpisah atau bersama orang tua?
Ini juga harus dipertanyakan bersama. Jika tinggal terpisah pastia akan ada cost tambahan untuk sewa rumah dan lainnya. Tetapi bila tinggal bersama dengan mertua, pengeluaran untuk sewa rumah bisa dihilangkan.
Tapi harus dipertimbangkan pula bagaimana teknis tinggal bersama mertua. Bagaimana tentang pembagian "wilayah" rumah, mengerjakan pekerjaan rumah, memasak makanan, mencuci baju, dll.
Karena suatu saat, hal-hal kecil seperti ini akan memicu "konflik" yang akan mengganggu stabilitas rumah tangga jika tidak dikelola dengan baik.
Klik: Tentang Ibu Mertuaku
Klik: Tentang Ibu Mertuaku
3. Penyelesaian Kuliah
Bagaimana kuliah dan penyelesaiannya?
Karena kebanyakan yang nikah sambil kuliah itu kuliahnya gak beres sesuai rencana.
Ini juga harus jadi komitmen, jangan sampai keasyikan ngurus rumah, ngurus anak, atau sibuk cari nafkah, kuliah jadi terbengkalai.
Dari awal harus ada komitmen bersama bahwa kuliah tetap harus berjalan dan lulus tepat pada waktunya.
Misalkan kuliah harus disiplin, tugas kuliah harus jadi prioritas, membaca buku, baca artikel ilmiah harus rutin setiap minggu atau bulan.
Jangan sampai menikah malah menghilangkan iklim atau suasana belajar dan mencari ilmu.
Harapanya sih, dengan menjalani berdua, setiap ilmu pengetahuan bisa dikejar dan digapai dengan maksimal. Syukur-syukur berdua bisa dapet beasiswa karena kegigihan dalam belajar yang gak pernah surut.
Semangat mencari ilmu dan menyelesaikan amanah belajar dari orang tua harus terus menggebu, gak boleh sedikitpun dilupakan dan dilakukan dengan 'seadanya'.
Karena menikah dan mencari ilmu adalah ibadah dan hal yang disukai Allah, jadi lakukan keduanya dengan penuh tanggung jawab.
Sip.
4. Tentang Anak
Saya pernah dicurhatin tentang masalah anak.
Jadi ada temen yang mau nikah sambil kuliah, dia bingung mau punya anak dulu atau nggak. Soalnya kalau udah punya anak otomatis bakal gunjang ganjing lah kegiatan kuliah, kecuali bisa dikondisikan dengan menitipkan anak pada pengasuh, orang tua, atau day care.
Saya sih bilang, kalau memang belum memungkinkan atau supporting systemnya belum ada, yaudah gak apa-apa tunda dulu aja punya anaknya.
Eh, yang nanya malah bilang:
"Kalau udah siap nikah, ya harus siap punya anak dong!"
LAAHH TADI KAN NANYA. DIJAWAB MALAH GAK TERIMA.
Yasudahlah.
Jadi intinya soal anak ini kembali ke 'kepercayaan' dan kesiapan masing-masing. Kalau memang takut gak ada support system di keluarga atau di lingkungan, yaudah tunda aja dulu sampai lulus kuliah.
Tapi kalau memang lihat adanya bala bantuan untuk punya anak nanti, ya gak apa-apa punya anak juga.
Yang penting kan anak terurus, terjaga, kuliah juga gak terbengkalai.
Kerepotan sendiri itu gak enak cyin, jadi mending diminimalisir aja ya hal-hal yang sekiranya akan menjadi 'kendala' dan menghambat kinerja rumah tangga yang akan dibangun.
5. Tentang Cita-Cita
Menikah muda atau menikah sambil kuliah itu identik dengan penghambat jalan meraih cita-cita. Apalagi nada sumbang di luar sana yang selalu bilang:
"Ya kalau udah nikah, punya anak, boro-boro bisa lanjut S2."
atau
"Jangan harap deh bisa mimpi jalan-jalan keliling dunia kalau udah nikah. Udah gak bebas, udah gak bisa sendirian kemana-mana."
Sebenernya ini juga harus didiskusikan ya. Apalagi sebagai kaum perempuan, yang nantinya akan all out di rumah ngurus anak dan suami.
Bagaimana dengan cita-cita masing-masing?
Misalkan ada yang mau jadi dokter spesialis kandungan, mau jadi dosen, mau jadi penulis atau mau jadi travel blogger *uhuk*
Cara mewujudkannya gimana ya?
Sebagai calon suami istri yang bisa dikatakan calon tim, calon orang-orang yang akan sukses bersama, baiknya harus terbuka soal cita-cita, mimpi, harapan masing-masing.
Bukan apa-apa, dengan merencanakan support dari calon pasangan, pernikahan yang akan dibangun akan menjadi lebih 'hidup' dan terarah, serta tidak mematikan potensi masing-masing pasangan.
Bukankah pasangan yang baik adalah yang saling membangun satu sama lain? Jadi jangan lupa diobrolin ya, supaya kedepan suami istri adalah pasangan yang benar-benar hebat dan tak terkalahkan.
Ciyaaatttt Ciyaaattt Ciyaaattt.
.....
Sampai sini segitu dulu ya, Next akan aku jabarin lagi satu-satu atau aku ceritain pengalaman menikah sambil kuliah dulu di blogpost dengan hashtag #NikahMuda.
Oia tambahan.
Cukup banyak yang ngeimel tentang bagaimana caranya mendapatkan Ridho dan Restu orang tua?
Aku sih suka jawab, dengan punya rencana atau plan minimal 5 point di atas, kamu akan one step ahead dengan restu orang tua.
Kenapa?
Karena orang tua pun akan memberikan pandangan berbeda kalau kamu punya visi dan misi yang jelas untuk membangun rumah tangga ke depan.
Gak ujug-ujug minta nikah karena abis nonton sinetron kecil-kecil jadi manten.
Jadi jawabannya, coba perjelas alasan, rencana, visi, dan misi kamu untuk menikah sambil kuliah. Supaya orang tua yang tadinya "awkward" sama niat tulus ikhlas kamu, berubah menjadi supporter terdepan dan mendukung kamu habis-habisan.
Any opinions? Drop your comments!
Cakeeep. Saya juga dulu pingin nikah muda. Usia 18 gitu. Tapi skenario Allah tidak seperti keinginan saya. Dan baru nikah diusia 27. Hihi.. hampir 10 tahun kemudian :D
ReplyDeleteSukses selalu ya Mak...
Takdir Alloh mah selalu indah ya mbak, yg penting bahagia
DeleteBaca dari awal sampai akhir, konsep dasarnya sih dari cara pandang orang tua juga ya, kalau 1 pandangan dengan anaknya bisa jadi malah ortu yang mendorong anaknya nikah walaupun masih kuliah. Alasannya seperti yang Mba bilang diatas, untuk menghindari zina. Dan jawaban yang diberikan diakhir juga kece, kalau mau "maju" ya harus sudah siap "senjata" ga modal "berani mati" doang :D
ReplyDeleteIya mbak Irly, alhamdulillah orang tua dulu mendukung dan mengarahkan, feel lucky. Karena gak semua orang tua demikian
DeleteSaya dulu nikah muda. Tapi dulu saya gak banyak diskusi sama calon suami. Berbekal takut terjerumus ke hal-hal maksiat aja. Si dia gak mau diajak pacaran waktu itu. Dan pengennya langsung nikah. Ya sudah, mumpung ada yang mau, saya iyain aja deh. Hihihi...
ReplyDeleteWah seneng tuh kalau laki-lakinya shalih dan tegas. Ya mau apa lagi emang, yg penting niat baik dan ikhtiar mencari ridho Alloh :)
DeletePadahal aku yakin loh mba bisa nikah muda, orangtuaku yg meruntuhkan semuanya ������
ReplyDelete