Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.
Showing posts with label Anak. Show all posts

Pengalaman Kifah Ikut Kelas Membuat Komik bersama Kreasa

 


Setahun sudah pandemi berlalu, setahun pula lah, genap, Kifah belajar dari rumah secara daring.


Awalnya, kesulitan belajar secara daring ini saya alami bersama putra sulung saya Kifah. Mulai dari gak mood belajar, gak mau mengerjakan tugas, bosan, dan lain sebagainya.


Namun, seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya Kifah (dan saya juga) bisa menyesuaikan diri dengan segala kondisi yang serba terbatas ini.


Selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari dari setiap kejadian. Ya, karena sekolah jadi on line, pembelajarannya melalui video call, zoom meeting, google class room, dll. Anak-anak jadi memiliki pengalaman baru untuk belajar secara jarak jauh.  


Pembelajaran Jarak Jauh


Walaupun PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) ini masih sangat sederhana, namun anak-anak lambat laun jadi terbiasa dan berusaha beradaptasi bahwa, belajar tak melulu di ruang kelas secara bersama-sama, belajar tak melulu tatap muka secara langsung, belajar bisa dari mana saja, bahkan kita bisa menciptakan kelas virtual kita sendiri.


Berangkat dari sana lah, anak yang awalnya menolak untuk melakukan kelas online atau PJJ, sekarang justru menyukai kelas dan pembelajaran berbasis internet. Karena mereka merasa memang internet memudahkan mereka untuk mengakses ilmu pengetahuan dari mana dan kapan saja.


Karena itu, selain belajar daring di sekolah, Kifah pun mencari pembelajaran virtual lainnya yang mendukung minat dan hobinya.


Sebenernya, Kifah anak yang sangat aktif bergerak, kinestetiknha mendominasi. Selama ini, dia suka ikut ekskul Karate dan juga senang bermain sepak bola. Namun sayangnya, pandemi membatasi itu semua.


Tetapi, selain aktif bergerak, menurut pengamatan saya sehari-hari, Kifah juga suka menggambar. Ia suka menggambar sendiri, baik itu gambar biasa atau gambar bercerita seperti komik.


Ia sangat suka melihat tutorial cara menggambar manusia, komik, dll dari Youtube. Kemudian mempraktekannya sendiri di rumah.


Sebelumnya, apakah Mama sudah tau ada 8 kecerdasan anak yang harus kita ketahui sebagai orang tua?


Apa saja itu?


1. Kecerdasan Bahasa atau Linguistik.


Biasanya anak hobi membaca, menulis dan bercerita. Kita juga bisa mengetahuinya ketika ia berbicara atau berkata-kata.


2. Kecerdasan Matematis- Logika


Biasanya anak hobi tanya jawab, berhitung, dan bereksperimen. Anak suka menghitung benda disekitarnya, mengembangkan logika-logika berpikir secara matematis.


3. Kecerdasan Visual Spasial


Biasanya anak hobi menggambar, mencorat-coret dan mendesai sebuah gambar atau ruang/rumah/tempat. Mereka sangat senang berimajinasi.


4. Kecerdasan Kinestetis


Biasanya anak cenderung 'tak bisa diam', ia sangat suka bergerak, melompat, berlari, menari, berolah raga, dan lain sebagainya.


5. Kecerdasan Musikal


Biasanya anak senang bernyanyi dan bersenandung dan menyukai atau berminat dalam memainkan alat musik.


6. Kecerdasan Interpersonal


Yakni kecerdasan dalam berinteraksi dengan orang lain. Biasanya anak suka bekerja sama dengan temannya, menjadi pemimpin, dan senang berorganisasi.


7. Kecerdasan Intrapersonal


Yakni kecerdasan memahami dirinya sendiri, biasanya anak suka berpikir sendiri seperti sedang melamun, memiliki pemikiran out of the box.


8. Kecerdasan Naturalistik


Yakni kecerdasan yang mengarah pada kesukaannya kepada dunia hewan dan tumbuhan. Anak biasanya senang memelihara hewan dan menyukai kegiatan seperti berkebun atau bercocok tanam.


Walaupun pandemi ini membatasi ruang gerak kita untuk memberikan pembelajaran kepada anak, namun masih banyak cara untuk mengembangkan minat dan bakat mereka. Salah satunya dengan bergabung dalam pembelajaran jarak jauh yang bisa dilakukan dengan internet.


Karena saya melihat hobi dan minat Kifah pada kecerdasa visual dan spasial, maka saya menawarkan kepadanya, apakah mau kalau mengikuti kelas on line menggambar atau membuat komik?


Kifah langsung menjawab, maaauuu. Dan akhirnya, selama 9 pertemuan, Kifah bergabung di kelas membuat komik bersama Kreasa.


Kelas komik yang diselenggarakan oleh Kreasa ini dimulai untuk anak usia 6 tahun, ya, Ma. Terdiri dari 9 pertemuan melalui zoom meeting.


Kifah mengikuti kelas membuat komik dari Kreasa


Materi dari kelas membuat Komik dari Kreasa ini, mencakup:


1. Pengenalan terhadap gambar. Anak dibebaskan untuk menggambar sesuai dengan imajinasinya.


2. Pengenalan cerita komik


3. Teknik membuat karakter


4. Teknik membuat karakter imajinatif (buah, sayur, benda, hewan, dll)


5. Teknik membuat alur cerita


6. Teknik menggambar benda


7. Membuat cerita komik dengan tema tertentu


8. Membuat cerita komik dengan tema tertentu


9. Final Percentation, di pertemuan terakhir ini, anak diminta mempersentasikan karya yang telah mereka buat.


Beberapa materi di kelas menulis komik Kreasa



Kelebihan Kelas Membuat Komik dari Kreasa


Kifah sedang menyimak materi membuat karakter komik


Menurut saya ada beberapa kelebihan yang saya dan tentunya Kifah rasakan ketika mengikuti kelas membuat komik dari Kreasa.


1. Pengajar adalah seorang Ilustrator Profesional. Kemarin Kifah belajar bersama Kak Agah.


2. Kelas dibuat secara Fun, nuansa anak-anak sekali begitu, tujuannya mungkin agar anak tidak tegang dan mudah bosan.


3. Anak-anak diberikan kebebasan untuk berkreasi sesuai dengan minat dan kreativitasnya.


4. Pertemuannya cukup lama, yakni 9 pertemuan. Dan dilakukan  2 pertemuan selama seminggu, jadi total sekitar satu bulan ya pembelajarannya.





Testimoni dari Kifah sendiri, pembelajarannya cukup menyenangkan, dia bisa berimajinasi dan bertemu teman yang baru.


Saran untuk Kelas Komik dari Kreasa.


Menurut saya, akan lebih enak lagi kelasnya, jika ada modul/buku materi yang dikirim ke rumah masing-masing peserta/siswa. Agar pembelajarannya lebih efektif dan anak-anak lebih semangat untuk belajar menggambar.


Terima kasih Kreasa, kelas membuat komiknya sangat bermanfaat dan menambah motivasi Kifah untuk lebih berkreasi.


Ada yang sudah pernah bergabung dengan kelas membuat komik dari Kreasa juga?


Sharing yuk di kolom komentar :)

Review Buku Anti Stres Hadapi Tantrum Pada Anak

 
cara mengatasi tantrum pada anak


“Anak itu dititipkan kepada kita tanpa manual booknya, maka dari itu orang tua harus senantiasa belajar bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak-anaknya tanpa putus asa.”


Kenapa saya menyelipkan kata ‘Putus Asa’ pada kutipan di atas? Karena saya pernah merasakan berada di titik terendah mengasuh anak, bisa dibilang hampir ‘putus asa’.


Mengapa demikian? Penyebabnya adalah tantrum pada anak yang tidak kunjung usai. Tantrum yang menyita dan menguras seluruh energi, emosi, waktu, pikiran, dan lain sebagainya.


“Ulangi!”

“Buang!”

“Bikin lagi!”


Begitulah jeritan Kifah saat masih berusia 2 sampai 3 tahun ketika apa yang saya lakukan itu ‘Salah Prosedur” di matanya.


Misalkan saya membuatkan segelas susu. Entah apa yang salah, saya pun tidak paham. Ia kemudian menjerit dan memerintahkan untuk “Buang!” “Ulangi!” yakni meminta saya membuat ulang susunya tersebut. Entah takarannya yang salah, gelasnya yang salah, atau tingkat kehangatan airnya yang salah, sampai sekarang pun masih menjadi misteri bagi saya dan suami.


Sedihnya lagi, kejadian seperti ini sering terjadi di malam hari, bahkan tengah malam. 


Saya pernah bercerita di blog ini, ketika saya tinggal di daerah Parung Bogor, tetangga berdatangan ke rumah. Membawa air do’a, kacang hijau, garam, dan lain lain. Mereka mendengar teriakan Kifah dan menyangka kalau Kifah diganggu ‘penunggu rumah’ karena rumah yang saya tempati sudah lama kosong sambil menunggu penyewa datang oleh pemiliknya.


Tentunya saya merasa rumah itu baik baik saja, tidak ada masalah. Yang bermasalah adalah tantrumnya Kifah yang menjadi jadi jika malam telah jiwa. Membuat saya stres dan ketakutan jika malam datang, karena ia pasti akan menjerit jerit mengingingkan sesuatu.


cara mengatasi tantrum pada anak
Kakak Kifah yang dulu pernah tantrum ketika batita



Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tantrum didefinisikan sebagai kemarahan dengan amukan karena ketidakmampuan mengungkapkan keinginan atau kebutuhan dengan kata kata. Dari definisi tersebut, terlihat bahwa tantrum umumnya terjadi pada anak anak. 


Tantrum paling sering dialami oleh anak anak yang berusia dua tahun. Mengapa demikian? Sebab, pada usia tersebut, seorang anak sedang mengembangkan kemampuan berbahasa. 


Anak balita belum bisa mengungkapkan perasaan, keinginan dan kebutuhannya secara tepat. Ia merasa kesal dan frustasi saat orang dewasa terutama orang tua tidak mengerti sesuatu yang dimaksud. Rasa kesal dan frustasi inilah yang pada akhirnya menyebabkan tantrum. 


(Buku Anti Stres Hadapi Tantrum Pada Anak, Dian Farida Ismyama, Hal. 16)


Memiliki anak yang sering sekali mengalami tantrum, alias emosi yang meledak tidak terkontrol dengan baik tentu menyebabkan orang tua menjadi frustasi, minder, dan malu jika tantrum yang dilakukan oleh anak terjadi ketika berada di ranah publik. Atau minimal sedang bersama rekan atau keluarga orang tua. Kesannya, “Kok gak bisa sih mengontrol tingkah laku anak? Sampai jerit jerit ngga karuan begitu?”


Saya pernah berada di posisi tersebut. Dimana anak orang lain jauh lebih ‘kalem’ dibandingkan Kifah pada saat itu. Hingga kerap kali nyinyiran pun terlontar kepada saya dari para Ibu yang menurut saya kurang empati terhadap permasalahan yang dialami oleh keluarga yang lain. 


Maka dari itu hingga sekarang, saya dan suami sangat paham betul, ketika ada anak yang tantrum di depan umum. Bagaimana perasaan orang tuanya, sehingga berusaha tidak men-judge atau malah menghakimi orang tua tersebut tidak bisa mendidik anak.


Pengalaman Tak Terlupakan


Menghadapi tantrum pada anak, apalagi saat itu anak pertama, saya dan suami masih belum memiliki banyak ilmu, tentunya membuat hal tersebut menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Dimana setiap hari terasa sangat lelah sekali karena emosi yang terus menerus terkuras untuk menghadapi tantrum yang terjadi pada anak.


Pengalaman orang tua yang menghadapi tantrum pada anak, tentunya menjadi sebuah pelajaran bagi orang tua lainnya. Agar mampu mengetahui DO and DON’T ketika anak kita memiliki gejolak emosi yang hampir serupa.


Review Buku: Anti Stres Menghadapi Tantrum Pada Anak


cara mengatasi tantrum pada anak
Buku anti stres hadapi tantrum pada anak karya Mbak Dian Farida Ismyama


Bicara masalah tantrum pada anak, Mbak Dian Farida Ismyama, seorang Parenting Blogger yang saya kenal dengan baik,  menuliskan pengalamannya menghadapi tantrum putrinya dengan sangat baik pada sebuah buku yang berjudul ‘Anti Stres Hadapi Tantrum Pada Anak’.


Di buku anti stres hadapi tantrum pada anak ini, Mbak Dian menceritakan bagaimana ia berjuang menghadapi tantrum pada anaknya yang berlangsung cukup lama. Bahkan Mbak Dian mengikuti berbagai macam pelatihan untuk menghadapi situasi tantrum pada anaknya hingga konsultasi dari satu psikolog ke psikolog lainnya.


Sungguh saya salut dengan perjuangan Mbak Dian yang mampu sabar, tegar, hingga jatuh bangun belajar mengenai tantrum pada anak. Belajar dan belajar terus, agar masalah tantrum tersebut bisa diatasi dengan baik.


Menurut saya, sharing pengalaman sebagai orang tua seperti ini sangatlah penting. Karena menurut pengalaman saya dulu, dunia terasa sangat gelap, saya kebingungan harus bagaimana, lingkungan tidak mendukung, justru malah menghakimi, ketika tantrum pada anak tak kunjung berlalu.


Dengan membaca kegigihan Mbak Dian dalam mencari jawaban dan solusi atas masalah tantrum ini, saya merasa bahwa ternyata saya tidak sendiri. 


Banyak sekali orang tua berada pada ujian yang sama, namun tidak tahu harus kemana dan berbuat apa. Menurut saya, sharing pengalaman dari Mbak Dian ini sangat mencerahkan, untuk para orang tua yang sedang ‘terjebak’ situasi tantrum pada anak.


Selain itu, yang saya suka dari Buku Anti Stres Hadapi Tantrum Pada Anak karya Mbak Dian ini adalah cerita yang sangat relate dengan keseharian kita sebagai orang tua ketika terjebak dalam situasi tantrum anak. 


Contohnya ketika Mbak Dian menceritakan anaknya yang terus merengek, sedangkan Mbak Dian dalam kondisi yang sangat lelah. Emosi jadi tidak terkendali, dan BOOM! Pecahlah tantrum pada putrinya. 


Jujur saya sering sekali dalam kondisi tersebut, dan ujung ujungnya malah ikutan stres, bingung mau ngapain. 


Satu lagi. Buku ini sangat aplikatif! Tak hanya sekedar teori. Mbak Dian menceritakan bagaimana ia belajar menerapkan pola-pola komunikasi yang efektif, agar ia dan putrinya yang sedang tantrum, bisa berkomunikasi dengan baik dan mencari solusi atas masalah yang sedang terjadi. 


Contohnya, mendengar dan menerima perasaan anak dengan cara mengucapkan, “Saat main tadi, kamu kesal, ya?”  Orang tua harus bisa membuka saluran negatif pada anak/memvalidasi emosi anak, agar emosinya kembali stabil dan kekecewaannya terobati. 


Bahasa tubuh yang positif, juga diperlukan. Seperti kontak mata, anggukan persetujuan, posisi lengan terbuka, dan bahasa tubuh positif lainnya juga dituliskan pada buku ini. Mbak Dian menuliskan cara mempraktekannya di buku ini, lho. 


Cara-cara, trik, tips itulah yang wajib diketahui orang tua, agar tantrum pada anak tidak berkelanjutan hingga dewasa, karena emosi anak yang tidak stabil dan orang tua pun bisa stres berkepanjangan jika tantrum pada anak ini tidak segera diatasi.


Giveaway Spesial untuk Pembaca Blog tettytanoyo.com di Instagram


cara mengatasi tantrum pada anak


Nah, ada GIVEAWAY SPESIAL untuk pembaca setia blog ini. Saya akan mengadakan Giveaway tanggal 19 Maret sd 23 Maret 2021 di akun instagram @tettytanoyo


Syarat dan Ketentuan Giveaway Buku 'Anti Stres Hadapi Tantrum pada Anak"


1. Follow akun instagram @dian_ismyama @tettytanoyo @momopururu @syarifani89 @ayuna.family @anisa.ae @vitarinda @penerbitdivapress

2. Share artikel ini, di IG STORIES atau FACEBOOK teman-teman ya, pilih saja salah satu.

3. Dan jangan lupa jawab pertanyaan, "Kenapa ingin memiliki buku ini? tuliskan alasannya ya"


Peserta Giveaway yang beruntung akan mendapatkan Buku Anti Stres Hadapi Tantrum pada Anak karya Mbak Dian ini, dan jangan lupa, ulas bukunya di media sosial setelah mendapatkan buku ini yaa.


cara mengatasi tantrum pada anak
Semangat ya, Buk! Tantrum pasti akan berlalu



Saya sendiri sangat menyukai buku ini, ah andai saya buku ini terbit ketika saya menghadapi 'kelamnya' berada ditengah-tengah tantrum pada anak yang saya alami setiap hari.


Sekali lagi, buku ini saya rekomendasikan untuk para ibu, calon ibu, bahkan calon pengantin. Agar nanti, pada saatnya ada gejala tantrum pada anak, kita tidak gagap lagi menghadapinya, karena sudah memiliki ilmu pengetahuan tentang tantrum pada anak.


Jangan lupa ikutan Giveaway-nya, ya!  






Pengalaman Menyapih Aksara. Menyapih Dengan Cinta, Apakah Bisa?

pengalaman menyapih anak bayi


Menyapih anak ketiga, ternyata sama sulitnya dengan menyapih anak pertama. Banyak kendala dan juga ‘drama’ tersendiri ketika akan melakukannnya. 


Dulu, ketika anak pertama, karena belum adanya pengalaman, saya ‘takut’ untuk menyapih bayi, takut gagal maksudnya, dan takut payudara bengkak karena harus mengehentikan produksi ASI.


Ternyata, walaupun sudah berbekal pengalaman menyapih pada anak pertama dan kedua, ketakutan akan kegagalan itu masih ada lho. Apalagi si bungsu ini sedang lucu-lucunya, sedang sayang-sayangnya. Duh, kasian kalau harus disapih diusianya yang sudah menginjak 2 tahun.


Menyapih Dengan Metode Tradisional


Tentunya, dengan keterbatasan pengalaman dan ilmu, anak pertama saya, Kifah, saya sapih dengan cara tradisional. Yaitu dengan menggunakan cara ‘menakutnakuti’ supaya dia tidak mau menyusu lagi.


Pertama-tama, saya mencoba dengan menggunakan kayu putih. Ternyata Kifah masih mau menyusu walau sudah pakai kayu putih. Kedua, saya pakai Brotowali (saran dari ibu mertua) karena Brotowali itu pahit, dan pahitnya nempel lama di lidah. Eh beneran gusti, itu si Kifah ga mau nyusu lagi, nangis kejer karena lidahnya pahit.


Rewel kah?


Iya, dengan cara tradisional begitu, anak jadi rewel karena marah dan kecewa. Tiba-tiba rasa ASInya jadi pahit dan gak enak lagi. Sebelum tidur malam, saya sudah menyiapkan banyak sekali susu UHT kesukaan Kifah, supaya ketika dia bangun, ada susu atau minuman yang dia suka sebagai pengganti ASI.


Besoknya, alhamdulillah Kifah gak rewel lagi, jadi total nangisnya hanya semalam saja. Cuma memang, cara menyapihnya membuat dia kaget dan marah. Duh, maaf ya Kifah.


Baca juga: Tips Menghindari Ruam Popok Pada Bayi


Menyapih Aldebaran, Anak Kedua.


Apakah saya menyapih dengan cara tradisional lagi?


Untuk Aldebaran, proses menyapihnya ini cukup membuatnya sedih. Kenapa? Karena ASI saya berhenti tidak berproduksi lagi karena saya hamil Aksara (anak ketiga). Karena tidak ada ASInya, Aldebaran rewel dan harus disapih secara mendadak, waktu itu usianya baru 20 bulan.


Karena waktu itu saya sedang ‘mabok’ karena hamil. Aldebaran sering menginap di rumah neneknya, Jadi, sambil menginap ya sambil disapih. Kira-kira satu minggu dia menginap, ketika pulang ke rumah, dia sudah gak rewel nanyain ASI lagi.


Menyapih Aksara dengan Cinta


pengalaman menyapih anak bayi
Sounding kalau Aksa sudah besar , memakan waktu yang cukup lumayan


Terkadang saya masih sangsi, apakah benar anak yang disounding dan diajak ngobrol bahwa harus lepas ASI karena sudah berusia 2 tahun akan mengerti? Mengerti apa yang kita ‘minta’ dan ‘merelakan’ tidak menyusu lagi. 


Karena saya penasaran, maka saya coba.


Pertama, sounding beberapa bulan sebelumnya. 


Saya bilang ke Aksara, kalau bulan depan dia udah gak boleh menyusu lagi, karena sudah besar. Tentu Aksara cuek-cuek saja, gak merespon apapun, wkwkwkw. Dia tetep minta ASI terutama kalau mau tidur malam atau lagi di dalam mobil/di perjalanan.


Bulan berikutnya, saya sounding lebih intens lagi. Tapi tetep aja anaknya cuek bebek dengan watados-nya. Dia tetep mau ASI setiap mau tidur malam.


Sampai usianya sudah 2 tahun lebih 2 bulan, saya membulatkan tekad untuk menyapih Aksara. 


Malam pertama, saya sudah siapkan susu kesukaannya untuk mengganti ASI. Tapi GAGAL. Aksara menangis meraungraung. Gak berhenti nangisnya, mana tengah malam, duh malu sama tetangga.


Dan beneran, tetangga ngomong gini, “Saya paling gak tega deh denger anak nangis.”


Ya ampun, Bapak Ibu, namanya anak lagi disapih, harusnya maklum dong ya. Sebagai orang tua, saya selalu maklum kalau ada anak yang menangis, tantrum, dll. Saya menaruh empati pada orang tua yang sedang berjuang mendidik anakanak mereka. Toh, berasa banget, mendidik anak sangat tidak mudah.


Malam berikutnya.


Malam berikutnya saya coba lagi, sebelum tidur, Aksara minum susu dulu. Nyanyi-nyanyi dulu, dibikin happy dulu deh pokoknya.


Tapi, ternyata beberapa menit kemudian, dia nangis minta ASI supaya bisa tidur. Dan selanjutnya Aksara nangis lagi meraung-raung. Karena sudah bertekad mau menyapih, ya udah saya usahakan tetap tenang dan tersenyum, walau sebenernya udah ga tahan juga mau menyerah.


Lama-lama, Aksara tidur, saya kasih susu lagi beberapa teguk sambil bilang, “Aksara sudah gede, sekarang minumnya susu di gelas dinosaurus, ya.”


Akhirnya malam itu berlalu juga. Besoknya, Aksara ga minta ASI lagi. Walau kadang dia keceplosan mau minta ASI, sambil minta dipangku atau tiduran di kasur. Kalau udah gitu, harus segera kita alihkan deh, bisa sambil nyanyi, mainan, atau jalan-jalan ke luar rumah.


Beberapa hari sih ya masih gitu, masih minta ASI secara gak sengaja. Tapi lambat laun dia mulai terbiasa minum susu di gelas Dinosaurus kesayangannya.


Baca juga: Membuat Udara di Rumah Bersih dan Sejuk


Kenapa Saya Menyapih di Usia 2 tahun?



pengalaman menyapih anak bayi
Ini waktu Aksara tepat 2 tahun usianya, habis ultah diajak kepantai deh



Tentu karena perintah di Al Qur’an sudah ada ya. Menyapih anak dimulai ketika usianya sudah menginjak 2 tahun. Di dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 233 berbunyi:


Dan ibu iu hendaklah menyusui anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”


Sudah jelas di dalam ayat Al Qur’an, jika anak sudah berusia 2 tahun, maka bisa dilakukan penyapihan, tentunya dengan cara cara yang baik. Bahkan ada pertimbangan terhadap ibunya, ada penekanan pada ayat “Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya.” Saya rasakan sendiri, semakin besar usia anak, memang ada rasa ketidaknyamanan ketika memberikan ASI, tidak sama ketika anak masih dibawah usia 1 tahun.


Selain itu, WHO juga menyarankan agar anak disusui hingga usia 2 tahun lho. Memberikan ASI selama 2 tahun atau lebih banyak memberikan manfaat bagi ibu dan anak, menjaga kesehatan ibu dan anak, memberikan kenyamanan bagi ibu dan juga anak.  Bahkan ada ibu yang lebih lama menyusui (lebih dari 2 tahun) karena merasakan banyak manfaat dan kenyamanan tersebut.


Namun, kalau saya memang memilih untuk menyapih anak ketika usia 2 tahun karena faktor dari diri saya sendiri yang merasa sudah kurang nyaman, dan produksi ASI yang semakin berkurang.


Saya Merasa Tidak Nyaman


Karena Aksara sudah besar, tentu sudah sangat tidak nyaman dalam prose menyusui. Selain itu, saya sering sakit bahu dan punggung, karena ketika menyusu, Aksara selalu ingin sambil tidur miring. Jadi, otomatis semalaman, saya tidur dengan posisi tidur miring sepanjang malam. 


Sakit bahu dan punggung itu beneran gak enak, mau diurut pun sedang covid gini, gak berani minta urut sama tukang urut langganan.


Baca juga: 5 Kebiasaan Sehat yang Harus Diajarkan Pada Anak



Aksara Suka Pelampiasan Gak Mau Makan Karena Ada ASI



pengalaman menyapih anak bayi
Sebelum disapih, Aksara susah banget disuruh ngemil. Ini foto sama nenek, makan donat di pinggir pantai, sambil menikmati angin sepoi-sepoi 


Ketika masih ASI, duh, Aksara kadang susah makan, karena maunya menyusu aja sampai ketiduran. Makanya BB-nya susah untuk naik. Berbeda setelah disapih, dia jadi mau banyak makan makanan dan juga camilan. Minum air putih, minum susu pun jadi lebih banyak. Aksara gak mau makan kalau lagi sakit atau gak enak badan aja.


Menyapih Tradisional VS Menyapih Dengan Cinta, Mana yang Lebih Baik?



pengalaman menyapih anak bayi
Tetap semangat, konsisten, dan bermental baja ya Mak, menghadapi anak yang lagi masa-masa aduhai 😂



Menurut pengalaman pribadi, dua-duanya memiliki tantangan masing masing. Proses menyapih dengan cara tradisional memang bisa jadi ‘jalur cepat’ namun anak nampak marah dan kecewa. Sementara menyapih dengan cinta, membutuhkan waktu yang lebih lama. Karena proses sounding-nya memakan waktu yang tidak sebentar.


Namun yang pasti sama adalah, rewelnya. Hihihi. Ini sulit untuk ditawar dan dari tiga anak saya, semuanya rewel dengan caranya masing masing. Memang kita sebagai ibu yang dituntut harus sabar dan konsisten tidak mudah menyerah, ketika akan menyapih anak dari ASI. Tapi Insya Alloh, usia 2 tahun adalah usia yang sudah cukup pas untuk menyapih, karena daya berpikir anak pun sudah semakin tinggi. Mereka bisa kita aja ‘berdamai’ meski dengan cara yang berbeda beda.


Nah, itu dia sekelumit pengalaman saya ketika menyapih Aksara. Apakah Buibu punya pengalaman tak terlupakan ketika menyapih anak? Yuk berbagi cerita di kolom komentar :D

Membuat Udara di Rumah Bersih dan Sejuk [Review Dr. Brown's Ultrasonic Coolmist Humidifier]

 

review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara


Assalamu’alaikum, apa kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat selalu ya.

Beberapa pekan lalu, saya mendapatkan ‘ujian’ karena anak sulung saya, Kifah masuk Rumah Sakit dan dirawat di sana selama tiga hari. Sakit apa? Awalnya karena Asmanya kambuh, jam dua pagi masuk IGD tapi keadaannya belum membaik, pagi sudah bisa pulang ke rumah, tapi di rumah ternayat masih sesak nafas, akhrnya dokter meminta Kifah untuk dirawat aja di Rumah Sakit di Cibinong.

Ketika anak sakit, pasti orang tuanya lah yang paling khawatir. Apalagi disituasi seperti ini, sedang pandemi Covid 19, wah tambah berkali-kal lipat khawatrnya. Awalnya pun, saya dan suami ragu membawa Kifah ke Rumah Sakit, karena takut terpapar virus tersebut, tapi mau bagaimana lagi, Kifah udah gak bisa tertangani di rumah, dan memang harus ke IGD karena sesak nafasnya lumayan parah.

review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara
Kifah, anak dengan asma yang justru hobinya hiking dan karate


Menjaga kondisi anak agar tetap fit memang susah-susah gampang. Apalagi anak dengan Asma seperti Kifah. Salah sedikit Asmanya bisa kambuh. Bisa karena makanan, kelelahan, udara dingin, bahkan karena stres. 

Selama pandem covid-19 sejak bulan Maret lalu, Kifah belajar online atau daring, bisa jadi ada stres yang memicu Asmanya, karena memang semenjak di rumah terus, Asmanya justru sering kambuh. Ditambah ada wabah ini, saya dan suami juga ikutan stres, dan seringkali berpikiran buruk.

Apalagi menurut data di Kompas.com Kasus anak di Indoneia yang terinfeksi Covid-19 per 10 Agustus 2020 sudah mencapai 3.928 anak dan meninggal sebanyak 59 anak usia 0-5 tahun dan 87 kematian lainnya menimpa anak 6-17 tahun yang merupakan kasus tertinggi di Asia.

Data kasus positif Covid-19 pad anak usia 0-5 tahun sebanyak 2,5 persen dan usia 6-18 tahun sebanyak 7,6 persen.

Sedih ya membaca data yang ada, bahwa kasus Covid-19 di Indonesia juga menyerang anak-anak. Namun, selain mewaspadai Covid-19, sebagai orang tua, kita wajib mewaspadai berbagai penyakit yang bisa menyerang anak-anak di rumah.

Lalu, bagaimana cara menjaga kesehatan anak selama di rumah?

Dilansir dari PopMama, dr. Rouli Nababan, SpA memberikan tips bagaimana menjaga kesehatan anak selama masa pandemi ini.

Pertama, mengenal tantangan yang dihadapi anak di rumah. Seperti, berkurangnya nutrisi atau asupan makanan jika orang tuanya terdampak covid-19 secara ekonomi. Dampak stres dari Pembelajaran Jarak Jauh, dan dampak terpaparnya anak dari orang tua atau orang lain yang terinfeksi virus Covid-19.

Kedua, cukupi nutrisi anak semampu dan sebaik mungkin, agar imunitasnya terjaga. Menerakan pola makan bergizi dan seimbang adalah hal yang sangat penting.

Ketiga, istirahat yang cukup. Anak juga perlu beristirahat yang cukup, apalagi seharian telah sekolah secara daring di rumah dan mengerjakan banyak tugas-tugas sekolah. Bayi membutuhkan waktu tidur sebanyak 18 jam, anak balita 12-13 jam dan usia lima tahun ke atas 10 jam sehari.

Keempat, ajarkan perilaku bersih dan sehat. Seperti terbiasa memakai masker jika keluar rumah, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, tidak menyentuh mata atau wajah dan jangan lupa mandi secara teratur.

Kelima, ajak anak berolah raga. Meski di rumah aja, jangan lupa ajak anak berolah raga minmal 30 menit di pagi hari. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan bersama-sama, seperti senam atau bermain bola.

Keenam, berikan suplemen tambahan. Berikan anak suplemen tambahan jika perlu.


Selain menjaga kesehatan anak-anak, kita juga sebagai ibu perlu menjaga kesehatan dan kebersihan rumah dan seluruh anggota keluarga. Seperti, rajin membersihkan rumah dan menghindari melakukan kontak dengan orang yang sedang sakit.



Bagaimana menjaga kebersihan rumah selama Pandemi?

Memang ya, selaman Pandemi ini, kerja kita sebagai ibu menjadi ekstra. Bersih-bersih rumah, masakan makanan bergizi, menemani anak belajar dan lain sebagainya. Kalau saya sendiri, sekarang jadi lebih sering cuci seprei dan sarung bantal, cuci-cuci barang yang ada di rumah, dan lain sebagainya.

Selain itu, karena memiliki anak dengan Asma, saya melakukan banyak cara untuk senantiasa memberikan lingkungan atau situasi yang baik dan nyaman. Salah satunya dengan menggunakan Ultrasonic Humidifier Cool Mist dari Dr. Brown’s untuk membuat udara lebih lembab dan nyaman.


Apa aja kelebihannya Ultrasonic Coolmist Humidifier dari Dr. Brown's?


1.Kapasitas tangkinya besar 

review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara
Tangkinya besar, awet dan gak capek isi ulang air terus


Tangkinya bisa menampung air 3,8 L atau setara dengan 30 jam pemakaian, ini sangat saya suka jadi gak ribet bulak balik isi air, dan waktu pakainya jadi sangat panjang.

2.Tidak berisik sama sekali

Gak ada sama sekali suara mesin terdengar, mesinnya sangat hening, jadi gak mengganggu saat tidur.

3.Dapat digunakan dengan essential oil

Nah ini saya suka sekali, ruangan jadi lembab dan wangi khas karena menggunakan essential oil.

4.Mudah dikendalikan hanya dengan satu tombol

review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara
Tinggal diputar searah jarum jam saja


Sangat mudah sekali digunakan, bahkan anak-anak pun suka ingin ikutan coba nyalain saking mudahnya, hehehe.

5.Memiliki auto Shut Off

Ketika air di tangki habis, otomatis mesin akan mati, jadi gak khawatir rusak atau boros listrik yaa.

6.Noozle Mist atau lubang keluarnya uap mudah diputar 36 derajat

review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara
Uap air bisa diarahkan kemana saja


Karena mudah diputar, dan diarahkan kemana saja, maka penggunaannya makin mudah dan makin membuat nyaman, bisa kita sesuaikan arah uapnya sesuka hati mama, haha.


Apa sih manfaatnya ada uap air di udara?

Sebagai orang tua dengan anak Asma, udara itu sangat berpengaruh loh terhadap pernafasan kita. Gak boleh terlalu kering atau pun terlalu dingin. Selain dengan udara dingin, anak Asma biasanya juga sensitif dengan udara yang kering.

Saya dan suami juga berkonsultasi kepada dokter, apakah boleh menggunakan Humidifier ini? Jawabannya adalah boleh, selama anak nyaman dan tidak ada reaks alergi.

Udara yang ada di dalam ruangan memang ngga terlihat secara kasat mata ya, tapi tahukah Mama? Bahwa udara di ruangan banyak mengandung debu yang tidak baik bagi anak, bisa menyebabkan batuk dan juga pilek. Uap air yang dihasilkan dari Humidifier bisa menangkap dan menjatuhkan partikel debu tersebut.

Selain itu, manfaat lainnya adalah kita bisa menikmati manfaat dari ragam essensial oil.

Ya ampun, varian essential oil dan khasiatnya buaaanyaaakkk banget yaa. Saya aja sampai bingung mau beli yang mana. Essential Oil ini sangat nyaman dan bersifat menenangkan, sehingga anak bisa tidur dengan lebih relax dan terhindar dari penyakit-penyakit nakal.


Unboxing Dr. Brown’s Ultrasonic Cool Mist Humidifier

Ketika kita membeli, apa aja ya isinya? Nah, ini dia isinya:

review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara
Ketika kita beli, inilah yang ada di dalam box

review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara


review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara



review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara
Ada manual book, kartu garansi, sumbu untuk essensial oil juga

Langkah-langkah menyalakan Humidifier

Saya bilang ini sih sangat-sangat mudah, langsung jadi pro deh setelah sekali pasang (((SHOMBOONGGG))) haaa iya sih emang beneran segampang itu, buibu, gak sampe 5 menit.


Pertama, isi tangki dengan air. Jangan lupa tutup tangkinya yaa, nanti bisa tumpah airnya kalau gak ditutup.


Kedua, pasang tangki ke mesinnya. Sampai bunyi klik, kira-kira begitulah.


Ketiga, jangan lupa nyalakan listrik dan sambungkan kabel dayanya ya.


Keempat, pasang sumbu essential oil dan teteskan essential oil, jangan banyak-banyak ya supaya hemat, bahahaha tetap iriiiitttt.

review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara
Essential Oilnya tinggal ditetes aja di sumbu



Kelima, pasang Noozle Mist, ini enak banget bisa diputer ke arah mana aja, ke hatimu juga bolehhh. Eeeaaaa.


Keenam, puter deh tombol yang ada di depan mesin. Puternya searah jarum jam ya, nanti alatnya nyala sendiri dengan warna lampu hijau. 

Berikut video cara menggunakan Ultrasonic Coolmist Humidifier dari Dr. Brown's





Apa yang saya rasakan setelah menggunakan Dr. Brown’s Ultrasonic Cool Mist Humidifier?

review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara


Pertama kali pakai, rasanya udara jauh lebih sejuk, karena banyak uap air di udara. Apalagi ketika pakai essential oil, wuihhhh, kamar berasa ada di Spa loh Buibu wanginya. Selama pandemi kan jarang ke salon atau SPA. Pakai Dr. Brown’s Ultrasonic Cool Mist Humidifier ini emang paling PAS. Wangi aroma essensial oilnya menyejukkan jiwa dan raga, tidur lebih nyaman dan rilex syekaliii. Bisa release stres juga nih kalau buat ibu-ibu yang suka riweuh dari pagi sampe malem kayak kita.

Bagi anak-anak sendiri kurang lebih sama. Mereka suka karena kamar merek jadi haruuummm mewangiii dengan aroma essential oil. Udara juga lebih sejuk dan nyaman, sehingga anak-anak mudah tertidur dan lebih happy karena kamar mereka jadi harum, nyaman, dan sejuk.

Dimana belinya? 

Kalau mau beli, Dr. Brown’s Ultrasonic Cool Mist Humidifier ini udah tersedia di E-Commerce. Jadi sangat mudah untuk didapatkan, tinggal klik aja dari rumah, dan tunggu abang kurir teriak “PAAKKEEETTT”

*Oke semudah itu ya, Buibu, nampaknya gak usah diajarin, wkwkwk

review dr browns ultrasonic cool mist humidifier pembersih udara
Buibu wajib punya di rumah 


Oke deh, ini jadi akhir tulisan saya. Kesimpulannya, di masa pandemi ini wajib sekali menjaga kesehatan anak-anak di rumah, apalagi kalau punya anak dengan penyakit tertentu. Segala cara harus kita tempuh. Dr. Brown’s Ultrasonic Cool Mist Humidifier bagus sekali untuk dimiliki. Bisa menjaga kelembapan udara sekaligus menjatuhkan partikel debu dari udara, dan satu lagi yang menurut saya bagus, yaitu untuk relaksasi, karena menggunakan essensial oil.


Bagaimana cara Buibu di rumah menjaga kesehatan anak selama Pandemi? Boleh dishare di kolom komentar ya, siapa tau bermanfaat bagi Buibu yang lain.