Pernahkah di suatu hari, kita merasa sangat kelelahan? Padahal kita sudah beristirahat, sudah makan, sudah tidur, sudah melakukan hiburan sejenak, namun lelah itu tak kunjung pergi. Kemudian kita menjadi gak mood, mudah marah, sensitif, sedih dan lainnya?
Kalau iya, kemugkinan kita sedang mengalami yang namanya
PARENTAL BURNOUT.
Apa itu Parental Burnout? Parental Burnout merupakan kondisi
yang dialami oleh orang tua ketika merasakan kondisi kelelahan secara fisik
maupun mental. Banyak orang tua yang MENGABAIKAN kondisi tersebut karena merasa
bersalah atau malu mengakui bahwa ia mengalami kelelahan. Namun, Parental
Burnout yang tidak diatasi justru dapat mempengaruhi pola asuh yang diterapkan
pada anak (Halodoc).
Ciri-ciri umum ketika kita sedang mengalami Parental Burnout
adalah:
1.Sedih berlebihan
2.Merasa tidak dicintai
3.Mudah marah/sangat sensitif
4.Mudah stres dan kebingungan
5.Sudah beristirahat namun terasa masih lelah dan ada
pikiran yang mengganjal
Saya sendiri beberapa kali
mengalami yang namanya Parental Burnout. Karena dengan kondisi tiga anak
laki-laki tanpa asisten rumah tangga, hari-hari saya dipenuhi berbagai macam
kesibukan yang terus menerus bagai tanpa akhir. Seperti mengasuh anak dengan
berbagai problematikanya, membersihkan rumah, memasak, mencuci, semua saya
lakukan sendiri.
Pengalaman dalam melewati kondisi seperti itu (Parental
Burnout) menjadi catatan tersendiri bagi saya, untuk saya ingat dan saya cari
solusinya.
Berdasarkan pengalaman, beberapa hal berikut ini yang saya
lakukan ketika mengalami Parental Burnout.
1.’Menjauhi’ Anak-anak
Kalau ibu sedang lelah, hal yang paling kelihatan adalah
sikap kepada anak atau pasangan. Biasanya ke anak lebih mudah marah, emosi,
dll. Padahal ‘Trigger’ marahnya gak seberapa.
Kalau sudah seperti ini, biasanya saya ‘menjauhi’ anak-anak
dulu untuk sementara waktu. Gak main bareng dulu, atau gak belajar bareng dulu.
Pokoknya target-target kegiatan anak dicancel dulu sampai waktu yang tidak
ditentukan, wkwkwk.
Gak perlu idealis, yangpenting anak-anak ‘ga jadi korban’
pelampiasan rasa lelah ibunya.
2.Tidur
Tidur merupakan hal yang sangat istimewa buat ibu-ibu, lho.
Ya, nggak?
Apalagi kalau punya bayi, tidur itu MEVVVAAAHHHH sekali.
Makanya, kalau ada kesempatan buat tidur, baik itu tidur bareng anak atau nitip anak-anak ke bapaknya
sebentar, mending istirahat dengan jalan tidur ajaaa.
Tidur pun kadang masih suka halu ya ngedenger suara bayi ya
atau anak, wkwkwk. Sabar ya Buibu, tapi kita memang harus berusaha beristirahat
dengan tidur yangberkualitas. Supaya bisa refresh lagi.
3. Gak Main Sosmed
Biasanya, kalau mood lagi gak bagus, lagi capek/Burn Out,
kalau liat postingan orang lain, atau postingan yang bersebrangan dengan
suasana hati, bawaannya suka sensi dan emosi. malah kadang jadi julid sama
orang lain, hahaha.
“Ih, ok bisa, sih, dia produktif banget? Ih kok bisa sih
kayaknya ajak main anaknya terus?”
Nah, daripada julid, nyinyir, marah, lelah, lebih baik PUASA
SOSMED dulu untuk sementara, sampai keadaan diri kita membaik dan siap melihat
realita kehidupan kembali.
4. Melakukan Hobi yang tertunda
Hobi ini tentu beragam ya, ada yang hobinya bisa dilakukan
di rumah aja, ada yang harus keluar rumah, semua sih sah-sah saja menurut saya.
Saya sendiri lebih suka keluar rumah sebenernya, jalan-jalan
atau muter-muter aja keliling naik mobil. tapi selama pandemi ini jadi terbiasa
di rumah aja.
Di rumah seringnya baca buku lama, kalau lagi gak ada buku baru, nelepon temen, foto-foto, masak atau beli makanan kesukaan. tapi ya paling
enak beli sih, jajan tipis-tipis buat nyenengin hati. Selain itu, saya biasanya
juga nonton film yang bisa ditonton via HP atau Laptop. Kadang-kadang juga main
game yang saya download di HP. Dulu sih sukanya main ONET sama POU, wkwkwk.
Kalau sekarang, saya bisa main game online juga yang
sederhana aja, bukan yang susah macam Mobile Legend atau FF yak, haha. Main
game onlinya bisa di Plays.org. Saya paling suka mainan jadul macam tetris,
tembak-tembakan, wkwkwk mainan pas bocah dulu yang ada di Game Bot itu loh.
Tapi, di Plays.org ini banyak juga mainan lainnya yang gak kalah seru. Banyak game kekinian yang bisa dimainkan untuk sekedar mencari hiburan, atau pun game yang bertema edukasi, seperti game yang saya mainkan di bawah ini.
Ini adalah game tentang Geografi (karena dulu saya suka Geografi).
5. Diam saja
Kadang, diam atau ngahuleung juga bisa jadi obat capek. Diam
sambil rebahan, sambil nonton TV, nonton drama, ya intinya gak kepengen banyak
pikirann gitu.
Tapi kalau nonton film yang alurnya bikin pusing dan
pensaran, malah nambah beban pikiran deh, hehehe. Cari genrenya lebih baik yang
komedi, komedi romantis atau film keluarga aja. Kan gak berat dan gak jadi
beban pikiran baru buat kita.
Diam saja, juga kadang bisa membuat kita berkontemplasi,
merenung, dan melakukan REFRAMING kembali pelan-pelan.
Selain itu, ketika ibu sedang Burn Out, baiknya sih ini
jangan dipendam ya. Justru kita ceritakan kepada suami. Karena suami kita
adalah orang terdekat yang harus menjadi garda terdepan dan siap siaga ketika
terjadi sesuatu pada diri kita. Bahkan hal yang telihat ‘sepele’ seperti
kelelahan ini.
Ceritakan kepada suami atau pasangan kita, apa yang sedang
kita rasakan, dan meminta tolong untuk menjadi bagian dari solusi.
Saya selalu bilang kepada suami, bahwa tugas rumah tangga
itu gak terlalu berat, karena mereka benda mati yang bisa ditunda atau diurus
kapan saja, sebisanya. Berbeda dengan mengasuh anak, itu yang paling membuat
saya sangat kelelahan. Misal ketika saya sedang ngantuk berat dan ingin tidur,
tiba-tiba anak menangis pengen makan,
main, ke kamar mandi. Disitu saya merasa lelah yang sangat/Burn Out.
Maka dari itu, saya meminta suami agar membantu saya menjaga
anak walau hanya sebentar saja, karena saya harus menuntaskan kelelahan saya
dulu dengan istirahat atau dengan ‘Me Time’ sejenak. Karena kalau tidak,
dampaknya akan kemana-mana dan berkepanjangan, saya jadi emosian dan sensitif
sekali untuk menjalani hari-hari.
Dalam masyarakat Patriarki seperti di Indonesia ini, memang
tidak mudah ya meminta bantuan suami, karena dianggap kurang sopan, apalagi ada
yang melihat suami kita membantu mengasuh anak, bisa jadi bahan pergunjingan
dan pergibahan, betul? Karena dianggap tidak lazim atau tidak lumrah, seorang
bapak mengasuh anak.
Kita bener-bener harus ‘klop’ dengan suami dan bisa berkomunikasi
serta berbagi tugas dengan baik. Toh dalam Islam pun, tugas mengasuh anak bukan
hanya tugas seorang istri, namun kerja sama yang sinergi bersama dengan suami.
Support pasangan ketika kita sedang Burn Out/lelah, mudah
marah atau emosian, bisa dalam bentuk:
1.Membantu dalam hal yang ada kaitannya dengan anak. Misal
ikut membantu memandikan atau mengajak anak bermain.
2.Menjadi ‘air/oase’ ketika ibu sedang marah/emosinya sedang
menjadi-jadi.
3.Memberikan apresiasi kepada ibu. Misal dengan memberikan
hadiah untuk ke salon, spa atau beli baju di Mall/E-commerce. Wih, dijamin
hilang deh tuh lelahnya wkwkwkwk.
Sebuah pengakuan dosa, nih.
Duluuuu, iya duluuu, saya tuh jadi ibu idealis banget. Semua
harus perfect, terutama dalam pengasuhan anak dan pengaturan rumah tangga. Tapi
jujur itu semua membuat saya mudah Burn Out dan tersiksa sendiri. Akhirnya saya
menemukan ritme dan formulasi yang tepat. Bahwa kita harus mengakui bahwa
kapasitas kita terbatas, gak apa mengakui kalau kita ini banyak kurangnya, kita
ini bukan super mom. Dan kita ini sangat boleh beristirahat dan menjeda
rutinitas kita.
Karena ibu yang bahagia, sehat jiwa dan raganya, akan
bertumbuh dengan anak-anak yang bahagia pula.
Setuju?