“Bruk! Prak!”
Seorang wanita berlari tergopoh hingga menabrak pintu rumah. Seketika, ia buka pintu tersebut dan berlari tanpa alas kaki. Keringat dingin deras mengucur membasahi wajahnya. Kaos oblong lusuh ia pakai sesekali untuk menyeka keringatnya.
Sambil terus berlari tanpa
arah dengan penuh ketakutan, Ia meninggalkan rumahnya yang sudah hancur
berantakan. Piring, gelas, kompor, dan perabot dapur lainnya sudah menjadi
puing di dalam rumah yang selama ini ia tempati bersama suami dan anak-anaknya.
Di belakang wanita tersebut, seorang lelaki berlari mengejar membawa
golok, sambil berteriak dengan keadaan setengah mabuk, ia memanggil nama
perempuan tersebut dan bersumpah serapah.
“Eh, jangan lari lu, cepet ke sini! Gue bilang berhenti!
Dasar perempuan gak tau diri!”