Assalamu’alaikum, apa kabar hari ini?
Apakah keluarga sehat
semua? Mudah-mudahan semuanya sehat yaa. Mamaknya strong, Ayahnya strong,
anak-anaknya juga kuat dan sehat, amiinn.
Saya sendiri sekarang sedang menunggu kelahiran bayi ketiga
saya, Insya Alloh due datenya adalah bulan ini. Semua pekerjaan sedikit demi
sedikit saya kurangi dan fokus untuk menyambut kelahiran dede bayi.
Bicara soal tentang kehamilan, yang namanya ibu hamil itu
rentan banget ya terhadap stres. Malah ada yang merasa tidak bahagia selama
menjalani kehamilannya. Ada yang takut akan persalinan, ada yang merasa kurang
perhatian, ada pula yang khawatir berlebihan terhadap kondisi diri sendiri dan
janin.
Padahal, merasa bahagia saat hamil itu sangat diperlukan ya.
Karena ibu yang stres akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin di
dalam rahim.
Bahagia Dalam Rumah
Tangga dan Keluarga
Kebahagiaan sendiri memang sangat relatif, bagi setiap
orang, definisi bahagia itu berbeda-beda. Ada yang bahagia karena memiliki
banyak anak di rumah. Ada yang bahagia ketika hanya cukup memiliki satu anak
saja.
Kemudian ada yang bahagia karena pasangannnya sangat
romantis, atau pun sebaliknya. Ada yang bahagia ketika pasangannya memberikan
keleluasaan untuk mengembangkan diri.
Ya, kebahagiaan itu memang berbeda bagi setiap orang,
tergantung bagaimana kita memaknainya.
Pernah suatu ketika, teman saya bercerita kalau rumah
tangganya terasa tidak bahagia. Padahal kalau secara kasat mata, ia baik-baik
saja, memiliki anak dan berkecukupan secara finansial. Tapi ia bilang kalau
dirinya kurang bahagia di rumahnya. Suaminya jarang sekali mengajak liburan
atau sekedar bersantai bersama anak-anaknya di luar rumah. Suaminya selalu
beralasan kalau ia sangat lelah bekerja, dan tidak ingin pergi keluar rumah di
hari libur.
Hmmm, saya juga kadang sedikit banyak merasakan kegalauan
teman saya tersebut. Sebagai istri, kita merasa bosan setiap hari ada di rumah
dan mengerjakan pekerjaan di rumah yang itu-itu saja. Tetapi sebaliknya, suami
menghabiskan sebagian besar waktu di luar rumah untuk bekerja, sehingga di hari
libur suami inginnya leyeh-leyeh di rumah.
Hehehe, emang jadi gak singkron ya. Keinginan suami dan
istri tidak bertemu di tempat yang sama. Ujung-ujungnya suami istri bertengkar,
istri stres, dan keluarga pun terenggut kebahagiaanya.
Padahal, menurut data BPS, dimensi keharmonisan keluarga
memiliki pengaruh tertinggi dalam membentuk kebahagiaan seseorang, dengan
indikatir 80,5.
Dan sebenernya ada
kabar baik nih, masih berdasarkan data dari BPS, Indeks kebahagiaan Indonesia
mengalami peningkatan, darii 68,28 pada tahun 2014 menjadi 70,69 pada tahun
2017, dengan skala 0-100. Indeks kebahagiaan Indonesia ini disusun oleh tiga
dimensi yaitu Kepuasan Hidup, Perasaan, dan Makna Hidup.
Sejalan dengan temuan study dari Harvard Study of Adult
Development yang menyatakan bahwa, memiliki hubungan yang dekat dan berkualitas
dengan keluarga dan orang terdekat, membuat orang menjalani hidup lebih sehat
dan bahagia.
Kuncinya adalah
Komunikasi
Seperti cerita dari teman saya, kurangnya komunikasi dapat
memicu konflik di dalam rumah tangga. Memang saya akui, yang namanya pernikahan
itu adalah ajang belajar seumur hidup, tidak ada batasannya, bahkan sepanjang
pernikahan itu sendiri.
Dan salah satu aspek yang sangat penting dalam pernikahan
adalah komunikasi antar suami istri. Komunikasi ini bukan hanya tentang bicara
setiap hari, karena bisa saja kita bicara setiap hari dengan pasangan, namun
ternyata kita gagal dalam berkomunikasi.
Salah satu gagalnya ciri gagalnya proses komunikasi dalam
keluarga adalah terjadinya konflik.
Komunikasi macam apa yang seharusnya ada dalam sebuah rumah
tangga?
Komunikasi yang seharusnya ada dalam rumah tangga adalah
komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal atau bisa juga disebut
komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaski orang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun non verbal.
Mengapa harus komunikasi interpersonal? Karena komunikasi
interpersonal bagi sebuah rumah tangga adalah komunikasi yang menjadi ujung
tombak dlam penyelesaian konflik.
Dengan adanya komunikasi tersebut, setiap pasangan suami
istri dapat lebih terbuka dengan pasangannya dalam penyampapaian atau
penyelesaian masalah.
Bagaimana Meminimalisir
‘Stres’ dalam Keluarga?
Jika kita sudah berusaha untuk berkomunikasi dengan baik
bersama pasangan dan anak-anak. Kita pun harus berusaha untuk meminimalisir
stres yang mungkin bisa terjadi di dalam keluarga.
Stres yang tejadi pada keluarga biasanya terjadi karena
masalah anak, keuangan, dan hubungan
pernikahan.
Bagaimana caranya
menghindari stres karena masalah anak?
1.Mengajarkan Disiplin.
Anak harus diberikan pemahaman mengenai tanggung jawab, hak dan kewajiban,
serta hal apa saja yang boleh dan tidak boleh ia lakukan sebagai anggota
keluarga di rumah.
2.Mengajarkan
Berbagi. Anak yang diajarkan berbagi dengan sesama atau lingkungannya yang
membutuhkan, akan belajar empati dan tidak mudah merengek ketika keinginannya
tidak terwujud.
3.Komunikasi.
Sekecil apapun masalah bersama anak, sebagai orang tua, kita harus mengusahakan
untuk bicara hati ke hati dengan anak.
Bagaimana cara
mengindari stres karena masalah keuangan?
1.Saling Terbuka.
Jika suami istri memiliki penghasilan, atau pun hanya suami saja, keterbukaan
terhadap keuangan harus dilakukan. Suami istri harus saling mengetahui, berapa
uang yang masuk dan keluar setiap bulan atau tahunnya. Kemudian merencakan
keuangan bersama, apalagi jika kondisi keuangan keluarga sedang tidak stabil.
2.Memiliki Tabungan
Pribadi. Suami dan istri boleh saja memiliki tabungan pribadi, namun bukan
untuk saling merahasiakan. Tujuan adanya tabungan pribadi adalah ketika suami
atau istri memiliki kebutuhan pribadi, tidak harus mengganggu kondisi keuangan
keluarga. Dan tentunya kita harus memastikan bahwa pengeluaran pribadi tersebut
tidak mengganggu keadaan keuangan keluarga dan sesuai dengan rencana keuangan
yang sudah disusun bersama.
3.Konsultasi dengan
Perencana Keuangan. Jika dirasa kita sudah sulit mengatur keuangan keluarga
secara pribadi, dan masalah keuangan keluarga sudah gonjang-ganjing, tidak ada
salahnya untuk meminta nasehat dari financial planner atau perencana keuangan.
Bagaimana cara
menghindari stres akibat hubungan pernikahan?
1.Mengendalikan
Emosi. Mengendalikan emosi dalam pernikahan memang susah-susah gampang.
Menurut John Gottman, PhD dari University of Washington, rasio 5:1 sangat
penting untuk menjaga pernikahan. Artinya setiap ada 1 interaksi negatif dengan
pasangan, harus ada setidaknya 5 interaksi positif selanjutnya.
2.Mengkompromikan
Cara Membesarkan Anak. Perbedaan cara
pengasuhan anak bisa jadi sumber konflik jika tidak dibicarakan dengan baik.
Maka dari itu, berdiskusi mengenai masalah ini sangat penting untuk kita
lakukan bersama pasangan kita.
3.Mengembalikan
Gairah Pernikahan. Setelah lama menikah, mungkin kita bosan akan rutinitas
sehari-hari seperti mengurus rumah, anak, bekerja, dan lain sebagainya.
Sesekali kita bisa loh jalan berdua dengan suami untuk makan malam berdua,
nonton di bioskop, atau istilahnya ngedate berdua tanpa membawa anak-anak.
Ngomongin masalah ngedate bersama pasangan, Sun Life Financial
Indonesia ternyata menginisiasi sebuah program yang bernama Sundate dalam
rangka menyambut Hari Pelanggan Nasional.
Apa itu Sundate?
Sundate adalah sebuah persembahan dari Sun Life Financial Indonesia
kepada nasabah setianya sebagai wujud apresiasi
perusahaan dengan memberikan pengalaman menyenangkan bersama keluarga,
sekaligus mempererat kedekatan nasabah dan perusahaa, selaku mitra terpercaya
perencana keuangan keluarga di Indonesia.
Sundate ini akan dilaksanakan di 5 kota besar yaitu Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Medan.
Elin Waty, selaku Presiden Direktur dari Sun Life mengatakan
bahwa, “Sun Life memahami pentingnya keharmonisan keluiarga dalam membantu
meningkatkan kebahagiaan seseorang, karena sejalan dengan misi Sun Life
untuk membantu keluarga Indonesia meraih
kehidupan yang #LebihBaik. Bagi Sun
Life, layaknya keluarga, nasabah adalah aset terpenting bagi perusahaan yang
harus dijaga dan dilindungi dengan baik. Karenanya, kami memiliki aktivitas
Sundate, sebagai sarana menjalin keakraban antara anggota keluarga, sekaligus
meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan nasabah, khususnya di momen Hari
Pelanggan Nasional.”
Konsep Sundate ini sejatinya adalah mengembalikan kembali
aktivitas kebersamaan keluarga yang sekarang ini sudah tergeser dengan era
digital. Dimana setiap anggota keluarga hanya sibuk dengan gawainya
masing-masing, tidak mampu berkomunikasi dengan baik dengan ayah, ibu, anak,
kakak, maupun adik.
Selain untuk nasabah Sun Life, inisiasi Sundate ini juga dilakukan
untuk mengajak masyarakat Indonesia agar bisa merancang waktu khusus di akhir
pekan bersama keluarga. Melakukan aktivitas bersama, melepaskan gadget
sebentar, dan melakukan Quality time yang bertujuan untuk menambah kebahagiaan
dan keharmonisan seluruh anggota keluarga di rumah.
Wah, seru yaa inisiasi dari Sun Life ini.
Dilakukan dilima kota besar, aktivitas Sundate ini akan
melibatkan 3.000 nasabah Sun Life dan keluarganya. Dan sebagai puncak apresiasi
terhadap nasabahnya, Sun Life akan memfasilitasi 3 keluarga yang beruntung dan
terpilih untuk terbang ke Jepang bersama keluarga untuk meluangkan waktu dan
melakukan Quality Time bersama keluarga pada bulan Oktober 2018 nanti.
Seneng banget ini ya kalau terpilih jalan-jalan ke Jepang
bareng keluarga.
Bahagia itu Kita yang
Menciptakan
Memang ya, menata hati itu yang paling susah. Apalagi kalau
dalam sebuah keluarga banyak sekali karakter yang berbeda dan bersatu padu.
Bukan hanya untuk diinginkan, kebahagiaan keluarga pun mesti kita ciptakan dan
rencanakan. Gak ujug-ujug datang begitu
saja.
Menurut saya, insiasi Sun Life menghadirkan #Sundate2018 ini
perlu diacungi jempol. Karena memang saking “lelahnya” kita sampai lupa untuk
saling berkomunikasi, berbicara dari hati ke hati dengan suami, istri,
anak-anak, dan anggota keluarga lainnya.
Kalau menurut Mamak sekalian, apa sih makna kebahagiaan di
dalam keluarga dan bagaimana cara merancang quality
time bersama ditengah hiruk pikuk aktivitas harian kita?
***
Sumber referensi:
https://bit.ly/2MDJbfq
Manajemen Konflik Rumah Tangga. Febriani W Nurcahyanti