Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.

#NikahMuda Beberapa Hal Yang Harus Didiskusikan Sebelum Memutuskan Menikah Sambil Kuliah



Ahem,

Label #NikahMuda di blog ini udah lumayan lama nganggur. Soalnya yang punya blog sibuk nyeritain anaknya dan warna warni jadi emak rumah tangga.

Sampai lupa, padahal dulu ada proses panjang sebelum menuju kesini. 

Ketika belum kenal blog, saya pengen banget cerita pengalaman saya tentang nikah di usia muda plus sambil kuliah juga. Keputusan yang cukup anti mainstream bagi sebagian orang waktu itu.

Entah ya kalau sekarang, apakah orang atau orang tua lebih menyambut pernikahan yang dilakukan di usia yang dibilang dini, tapi ya semata untuk menangkal efek buruk pergaulan bebas dan segala kegeloan zaman sekarang.

Bukan maksa anaknya nikah muda buat dapet mantu anak orang kaya ya kayak di pelem pelem India. 


Mwahahaa.

Balik lagi ke soal cerita nikah sambil kuliah. 

Dulu saya bingung mau nulis pengalaman saya ini dimana, sampai akhirnya sekarang saya rutin nulis di blog ini. 

Beberapa email dari pembaca blog ini pun masuk dengan segudang curhatan tentang niatan mereka untuk menikah sambil kuliah gegara baca tulisan menikah saat kuliah.  

Daannn yeay, karena udah punya 'media' sendiri, apa salah dong saya nerusin lagi label #NikahMuda dan mudah-mudahan banyak yang baca juga.

Agar supaya pembaca blog gak susah susah ngimel pribadi, karena udah ada jawabannya di postingan. Jadi aku lanjutin aja ya label #NikahMudanya. Supaya gak lupa juga sih sama pengalaman yang dulu-dulu.

Bial makin cayang cama cuami, cama anak, karena pernah cucah cenang bareng eeeaaaaaa.


.....

Menikah sambil kuliah itu emang bukan perkara mudah, apalagi dua-duanya harus mendapatkan fokus yang tinggi untuk dijalanin. 

Masa sih bisa dijalanin bareng?

Ya tergantung sih, dimana ada niat dan kerja keras, dua-duanya bisa dijalanin bareng. Yang baik-baik gak usah lah dibentur-benturkan, selama dua-duanya merupakan suatu kebaikan.

Kuliah baik, nikah juga baik, ya berati secara logika bisa dijalanin bareng.

ASAL YA ITU TADI. 

Kembali ke niat dan kerja keras bersama antara suami dan istri nantinya.

Jadi, apa aja yang harus didiskusikan antara calon pasangan dan juga keluarga?

1. Soal Nafkah

Ini penting dan realistis. Bagaimana selanjutnya nafkah keluarga. Apakah suami akan menanggung nafkah keluarga seluruhnya? Apalagi kalau suami kuliah, apakah sudah bisa bekerja atau menghasilkan rupiah untuk menopang keuangan di rumah?

Dari mana saja pos keuangan?

Apa orang tua masih memberikan uang jajan atau uang kuliah kepada masing-masing anak?

Karena ada juga orang tua yang mau ngasih 'uang jajan' buat anaknya. Menikahkan anak semata untuk menghindari zina, supaya gak bablas bergaul dengan lawan jenis, supaya anaknya lebih terjaga. 

Soal uang, orang tua masih dengan senang hati memberikan walau sudah gugur ya segala kewajibannya sebagai orang tua.

Apakah akan berwirausaha?

Saran saya sih, sebelum memutuskan menikah sambil kuliah, lebih baik ada perencanaan wira usaha. Lebih baik sudah berani membuka usaha meski hasilnya masih jauh dari target.

Tapi bukankah Allah menyukai hambanya yang berproses? 

Lebih baik merencanakan pos keuangan dulu, diskusikan dengan calon pasangan dan keluarga, dari mana sumber keuangan yang akan didapatkan setiap hari atau setiap bulannya.

Karena menikah sambil kuliah itu beda ya dengan orang yang menikah tapi sudah bekerja. Mereka sih mudah untuk menghitung besar pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, tapi buat yang mau 'nekat' menikah sambil kuliah, plan berwirausaha lebih baik dibicarakan bersama.


Satu lagi, nyerempet materi juga.

Soal mahar, yang biasanya sensitif nih. 

Gak perlu yang mahal-mahal dan aneh-aneh. Coba cek harga sepeda lipat di toko sebelah, siapa tahu calon pasangan pengennya dikasih sepeda buat berangkat ngampus bareng ya kan?

Aheeeyyyy


2. Tempat Tinggal

Mau tinggal terpisah atau bersama orang tua?

Ini juga harus dipertanyakan bersama. Jika tinggal terpisah pastia akan ada cost tambahan untuk sewa rumah dan lainnya. Tetapi bila tinggal bersama dengan mertua, pengeluaran untuk sewa rumah bisa dihilangkan. 

Tapi harus dipertimbangkan pula bagaimana teknis tinggal bersama mertua. Bagaimana tentang pembagian "wilayah" rumah, mengerjakan pekerjaan rumah, memasak makanan, mencuci baju, dll.

Karena suatu saat, hal-hal kecil seperti ini akan memicu "konflik" yang akan mengganggu stabilitas rumah tangga jika tidak dikelola dengan baik. 


Klik: Tentang Ibu Mertuaku

3. Penyelesaian Kuliah

Bagaimana kuliah dan penyelesaiannya?

Karena kebanyakan yang nikah sambil kuliah itu kuliahnya gak beres sesuai rencana. 

Ini juga harus jadi komitmen, jangan sampai keasyikan ngurus rumah, ngurus anak, atau sibuk cari nafkah, kuliah jadi terbengkalai.

Dari awal harus ada komitmen bersama bahwa kuliah tetap harus berjalan dan lulus tepat pada waktunya. 

Misalkan kuliah harus disiplin, tugas kuliah harus jadi prioritas, membaca buku, baca artikel ilmiah harus rutin setiap minggu atau bulan.

Jangan sampai menikah malah menghilangkan iklim atau suasana belajar dan mencari ilmu. 

Harapanya sih, dengan menjalani berdua, setiap ilmu pengetahuan bisa dikejar dan digapai dengan maksimal. Syukur-syukur berdua bisa dapet beasiswa karena kegigihan dalam belajar yang gak pernah surut. 

Semangat mencari ilmu dan menyelesaikan amanah belajar dari orang tua harus terus menggebu, gak boleh sedikitpun dilupakan dan dilakukan dengan 'seadanya'.

Karena menikah dan mencari ilmu adalah ibadah dan hal yang disukai Allah, jadi lakukan keduanya dengan penuh tanggung jawab.

Sip.



4. Tentang Anak

Saya pernah dicurhatin tentang masalah anak. 

Jadi ada temen yang mau nikah sambil kuliah, dia bingung mau punya anak dulu atau nggak. Soalnya kalau udah punya anak otomatis bakal gunjang ganjing lah kegiatan kuliah, kecuali bisa dikondisikan dengan menitipkan anak pada pengasuh, orang tua, atau day care.

Saya sih bilang, kalau memang belum memungkinkan atau supporting systemnya belum ada, yaudah gak apa-apa tunda dulu aja punya anaknya.

Eh, yang nanya malah bilang:

"Kalau udah siap nikah, ya harus siap punya anak dong!"

LAAHH TADI KAN NANYA. DIJAWAB MALAH GAK TERIMA. 


Yasudahlah.

Jadi intinya soal anak ini kembali ke 'kepercayaan' dan kesiapan masing-masing. Kalau memang takut gak ada support system di keluarga atau di lingkungan, yaudah tunda aja dulu sampai lulus kuliah. 


Tapi kalau memang lihat adanya bala bantuan untuk punya anak nanti, ya gak apa-apa punya anak juga. 

Yang penting kan anak terurus, terjaga, kuliah juga gak terbengkalai. 

Kerepotan sendiri itu gak enak cyin, jadi mending diminimalisir aja ya hal-hal yang sekiranya akan menjadi 'kendala' dan menghambat kinerja rumah tangga yang akan dibangun.


5. Tentang Cita-Cita

Menikah muda atau menikah sambil kuliah itu identik dengan penghambat jalan meraih cita-cita. Apalagi nada sumbang di luar sana yang selalu bilang:

"Ya kalau udah nikah, punya anak, boro-boro bisa lanjut S2."

atau

"Jangan harap deh bisa mimpi jalan-jalan keliling dunia kalau udah nikah. Udah gak bebas, udah gak bisa sendirian kemana-mana."

Sebenernya ini juga harus didiskusikan ya. Apalagi sebagai kaum perempuan, yang nantinya akan all out di rumah ngurus anak dan suami.

Bagaimana dengan cita-cita masing-masing?

Misalkan ada yang mau jadi dokter spesialis kandungan, mau jadi dosen, mau jadi penulis atau mau jadi travel blogger *uhuk* 


Cara mewujudkannya gimana ya? 

Sebagai calon suami istri yang bisa dikatakan calon tim, calon orang-orang yang akan sukses bersama, baiknya harus terbuka soal cita-cita, mimpi, harapan masing-masing.

Bukan apa-apa, dengan merencanakan support dari calon pasangan, pernikahan yang akan dibangun akan menjadi lebih 'hidup' dan terarah, serta tidak mematikan potensi masing-masing pasangan.

Bukankah pasangan yang baik adalah yang saling membangun satu sama lain? Jadi jangan lupa diobrolin ya, supaya kedepan suami istri adalah pasangan yang benar-benar hebat dan tak terkalahkan.

Ciyaaatttt Ciyaaattt Ciyaaattt.


.....

Sampai sini segitu dulu ya, Next akan aku jabarin lagi satu-satu atau aku ceritain pengalaman menikah sambil kuliah dulu di blogpost dengan hashtag #NikahMuda.

Oia tambahan.

Cukup banyak yang ngeimel tentang bagaimana caranya mendapatkan Ridho dan Restu orang tua?

Aku sih suka jawab, dengan punya rencana atau plan minimal 5 point di atas, kamu akan one step ahead dengan restu orang tua. 

Kenapa?

Karena orang tua pun akan memberikan pandangan berbeda kalau kamu punya visi dan misi yang jelas untuk membangun rumah tangga ke depan.

Gak ujug-ujug minta nikah karena abis nonton sinetron kecil-kecil jadi manten.

Jadi jawabannya, coba perjelas alasan, rencana, visi, dan misi kamu untuk menikah sambil kuliah. Supaya orang tua yang tadinya "awkward" sama niat tulus ikhlas kamu, berubah menjadi supporter terdepan dan mendukung kamu habis-habisan.




Any opinions? Drop your comments!


8 Etika Menjenguk Bayi Baru Lahir yang Sering Diabaikan

8 Etika Menjenguk Bayi Baru Lahir yang Sering Diabaikan


Jenguk bayi adalah agenda wajib kalau ada temen atau saudara yang baru aja lahiran.

Yaeyalah, kalau bayinya belum lahir namanya kondangan. 

Bahaha.

Iya sih biasanya gitu, setahun setelah kondangan memang agenda berikutnya adalah JENGUK BAYI ke rumah pasangan suami istri yang baru jadi mahmud dan pahmud. 

Jenguk bayi ini biasanya janjian, atau perseorangan (((PERSEORANGAN))) ya sih kadang aku kalau jenguk bayi gak pengen rame-rame sama temen, soalnya berisik! 

Kasihan ibu dan bayi yang harusnya bobo siang karena abis begadang jadi keganggu karena kedatangan rombongan tamu yang suka haha hihi tak sadarkan diri kalau dia itu GANGGU BANGET.

Dijenguk kok bilang ganggu sih! Harusnya kan seneng!


Yaeya laaahhh, kalau situ bertamunya khilaf sama etika. Mentang-mentang temenan sama mamahnya, mentang-mentang sobatan sama papahnya, mentang-mentang belom nikah *eh

Jadi jenguk bayi berasanya maik ke kostan temen aja. 


Hiyaaahhh... Wadezig.. Wadezig!

Beberapa orang yang sudah makin mature pasti makin ngerti juga etika ketika jenguk bayi orang lain walaupun itu temen, ada hal yang harus diperhatiin secara sopan santun ataupun sekedar menjaga kesehatan psikologis ibu yang baru saja melahirkan.

Klik: Apakah Baby Blues Datang Lagi Pada Persalinan Kedua?

Dan akhirnya aku ngeresume hal apa saja yang biasanya diabaikan oleh "para tamu" yang sedang menjenguk bayi merah yang baru saja menatap dunia fana ini.


1. Suara

TOLONG YA TONE SUARANYA DIBIKIN MERDU DULU KEK TULUS ATAU RAISA.

Haha Hihi barang temen emang sesuatu banget apalagi udah lama gak ketemu dan sekalinya ketemu di salah satu anggota gengs yang baru aja ngelahirin.

Kalau kamu masih amaze temen kamu udah bisa menghasilkan seorang bayi, padahal dulu di kelas paling rame atau paling sering nyontekin PR kamu, teuteup ya harus dijaga volume suaranya.

Bisa jadi, temen kamu itu udah susah payah boboin bayinya sampe gak tidur semaleman. Eh, siangnya kamu datang dengan suara mirip petasan nyambut besan datang ke rumah.

Plis. Kamu harus lebih peka liat mata temen kamu yang udah sembap karena gak tidur semalaman tadi.


2. Pembicaraan

Boleh lah ngobrol basa-basi asal mengikuti norma dan kaidah yang berlaku. Misalnya nanya:

"Gimana sih rasanya hamil dan ngelahirin itu?"

"Gimana sih pertama kali merasa jadi ibu?"

Yang positif-positif gitu ajalah nanyanya. Gak usah:

"Yah, Loe udah gak bisa heng ot bareng kita lagi."

"Yah, selamat begadang ya, rempong deh sekarang jadi emak-emak"

Plisss. 

Walaupun realitanya memang bakal seperti itu, yaudah sih gak usah diomongin.

Klik: Cara Menghilangkan Stretch Mark Pada Ibu Hamil


3. Mengomentari Fisik Bayi

"Kok idungnya pesek, gak kayak papahnya."

"Kok item sih bayinya."

"Kok kecil sih, tetangga sebelah rumah gue kemaren pas lahir bayinya gede."

"Kok anu sih, kok itu sih, and bla bla bla...."


STOP. 


Lebih baik jangan dilanjutkan sebelum darah temen kamu mendidih perlahan dan kamu diusir keluar.


Mending cari topik pembicaraan lain yang lebih menghibur dan menyejukkan.


"Alhamdulillah ya, bayinya cantik, manis, insya alloh jadi anak shalihah."

"Wah, bayinya mirip ayah bundanya, gedenya pasti ganteng."


Tapi untuk menghindari kepeleset lidah, mending gak usah diomongin deh tentang fisik si bayi.

Kalau kamu lihat hidungnya emang pesek, yaudah sih biarin aja. Atau kulitnya yang gelap, gak gemuk, gak chubby. Yang namanya bayi itu beda-beda sesuai genetika ayah dan ibunya. 


Gak mesti dicari kekurangannya trus diomongin, apalagi jadi bahan ledekan. 




4. Langsung Menggendong

Kalau kamu datang dari luar rumah, usahakan jangan langsung gendong bayinya yah. Cukup liat aja dari luar box bayi atau tempat tidurnya. 


Bisa aja kamu itu membawa kuman atau virus yang bisa menularkan penyakit ke tubuh bayi. Apalagi sebelum gendong kamu belum cuci tangan pakai cairan antiseptik.

Atau bisa jadi ibunya sendiri merasa gak enak bayinya digendong orang lain. Karena ada juga loh ibu yang risih kalau anaknya langsung ditimang-timang sama orang, berasa gak nyaman.



5. Menanyakan Proses Melahirkan 

Biasanya yang udah pernah melahirkan duluan ujug-ujug jadi sotoy dan seolah paling benar.

"Kamu sesar ya? Kurang gerak kali pas hamil."

"ASInya gak keluar juga? Kurang makan sayur pasti. Aku dulu ASInya deres banget kok."

"Lahiran di RS? Aku kemaren di Bidan aja cepet banget lahirannya."


EIIYYYY CAPEEE DEHHH.


Please ya kalau kamu gak ingin hubungan silaturahim sama temen kamu putus jangan pernah ngomong kek gini waktu jenguk bayi yang baru lahir.


Soalnya ibu baru ngelahirin itu sama banget kayak monster yang baru lahir juga, SEEEENNNSSIIIIHHHH.


Wkwkwkwk.

6. Mau Kerja atau Tidak Sehabis Melahirkan


Sebenernya ini bener-bener bukan urusan kamu.

Kalau si tuan rumah gak membicarakan ini duluan, jangan ditanyain lah. Soalnya ini sensitif banget. 

Dan bisa berujung pada Mom War berikutnya.

Klik: Ini Dia 20 Topik yang Selalu Bikin Mom War!

Apalagi sampe ada yang ngomong:


"Aduh kasian bayi kecil gini udah mau ditinggal kerja."

Mamahnya bisa kray kray kray semaleman nanti. Just remember, ibu melahirkan itu sensitif banget perasaannya. 

Klik: Underestimate


7. Nyampah

Kalau kamu bawa makanan atau disediain makanan sama tuan rumah, usahain 


JANGAN NYAMPAH!


Abis ngelahirin itu boro-boro bisa beresin rumah, jalan aja masih sakit apalagi kalau ada luka bekas jahitan.


Jadi tolong sadar diri yah, jangan nyampah di rumah orang. Syukur-syukur kamu bantuin beberes sapu-sapu, sebelum pulang.

Yeaayy, kamu bakalan dapet point plus banget nih kalau begini.

*Dipeluk ibu-ibu rempong sekecamatan*


8. Datang Tanpa Pemberitahuan


Nahhhh, ini juga gengges banget.

Ujug-ujug datang tanpa pemberitahuan. Apalagi baru pulang banget dari RS atau rumah bersalin. 

Ya mending kalau rumahnya lagi rapi, penampilan lagi fresh.

Lah kalau rumah masih porak poranda, tampang masih kucel belom mandi, masih pake daster yang bau ASI. 

Gimana? Kan maluuu tauuukkk.


Jadi, kalau mau dateng jenguk bayi yang baru lahir, pastiin dulu kasih kabar ya ke tuan rumah yang mau kita kunjungi. Supaya bisa siap-siap dan menerima tamu dengan senang hati.


.....

Sebenernya udah banyak banget artikel yang bahas soal ini, tapi ya gitu deh yang mengabaikan 8 hal ini juga masih banyak bangeettt.


Kalau kamu pernah ngalamin yang mana? Atau mau berbagi 
tips and trik ketika sedang menjenguk bayi yang baru lahir?

Sharing Yuk :D


Underestimate




Underestimate atau dengan kata lain menganggap seseorang lemah, remeh, kecil, tidak mampu.


Para hakim sosial baik di dunia nyata maupun dunia maya sudah berhasil membuat saya underestimate terhadap diri saya sendiri beberapa tahun ini.

Tepatnya saat saya membesarkan anak, mengasuhnya, dan mendidiknya sejak dia lahir.  

Saya memandang diri saya 'gagal' 'not well prepared' 'tidak mengikuti kaidah psikologi dan parenting' 'abai terhadap psikologis dan pendidikan anak' dalam membesarkan dan mendidik anak-anak saya.

Why? Kenapa saya bilang seperti itu?

Ekspektasi Timeline

Sosial media bukan barang baru, setiap orang punya, bangun tidur pun yang disempatkan membuka timeline facebook, twitter, instagram. 

Hampir seluruh aspek kehidupan kita berkorelasi dengan akun media sosial bukan?

Apa yang kita lihat, secara tidak sadar 'mengedukasi' 'mencitrakan' 'meminta' otak bawah sadar kita untuk meniru apa yang kita saksikan di timeline. 

Orang lain berlibur ke luar negeri, langsung terbersit kapan ya bisa travelling kesana. Nabung ah nabung!

Orang lain S2 ke luar negeri, langsung searching kesempatan beasiswa via google.

Yayaya, betapa mudah timeline mempengaruhi dan mengintimidasi perasaan dan perilaku kita sehari hari. 

Pun hal yang sama soal parenting!

Buku Balita

Betapa saya merasa gagal ketika Kifah gak suka baca buku!

.
.
.


Karena beberapa teman di timeline mengaplod beberapa gambar buku balita lengkap dengan caption:

"Alhamdulillah ya, makanan sehari-hari baby XYZ buku selemari"

"Alhamdulillah, walau harganya mahal, yang penting investasi buat kecerdasan anak di masa depan."


DAN KARENA ANAK GUE GAK BACA BUKU BERARTI DIA KAGAK CERDAS.
.
.
.

Lagi, itu cuman cara berpikir sesaat saya ketika baca timeline. Cuma sesaat. 


Permainan Edukatif

"Hari ini, kakak Fernando Jose belajar fisika atom dengan metode Z di rumah, cuman pake kardus bekas aja kok bund!"

#GigitKardusBekasKulkas

"Bikin percobaan kimia. Bikin pelangi pake sabun cuci piring dan susu cap naga, yeay! Belajar apapun bisa di rumah, asalkan kreatif ya bundanya. Yuk dicoba di rumah bunda ;D"

.
.
.

Dan abis baca itu pun saya langsung merasa bukan ibu yang kreatif dan pemalas. 


Seketika inget ijazah sarjana Kurikulum dan Teknologi Pendidikan di lemari, saya yang harusnya khatam banget sama media pembelajaran edukatif, bikin permainan yang merangsang motorik kasar dan halus anak, keok sama timeline facebook. 


Makanan Bergizi

"Hari ini makanan dede makan sayur dengan vitamin A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K. Lengkap dengan dessert puding coklat belgia kesukaannya, yummie!"

#PostingFotoFlatLay di IG


*Brb Manjat Menara Sutet
*Di rumah cuman masak sayur asem doang sama tempe goreng


....

Pernah merasa gini gak Mom?

Saya merasa DOWN banget soal parenting karena ngeliat hal semacam ini berkeliaran di timeline media sosial.


Merasa GAGAL, merasa UNDERESTIMATE sama diri sendiri. Orang lain kok bisa, aku kok nggak. Padahal waktu yang kita punya sama. 

Bacain anak buku, bikin permainan edukatif, bikin masakan yang bergizi tinggi. Apa sayanya males atau gimana sih?

Kumpulan "sesaat demi sesaat" perasaan yang saya liat di timeline media sosial itu numpuk jadi satu dan kemudian mengerdilkan kemampuan diri. 

Kalau kata orang Sunda mah, "Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok"

Artinya tetesan air pun makin lama kalau sering mah bisa bikin batu jadi bolong.

.
.
.


TRUS LOE NYALAHIN ORANG YANG UPLOAD STATUS ATAU FOTO?

.
.
.

Ya nggak lah.

Ini soal saya menilai diri sendiri yang terlalu underestimate, gak percaya diri, merasa serba salah, merasa gak layak, merasa salah metode, merasa gak jadi orang tua yang baik.


Walaupun memang pemicunya adalah media sosial.


Ini kembali ke diri saya, kenapa bisa semudah itu merasa gagal dan tidak percaya diri.


Dan, itu berjalan beberapa tahun belakangan. And Yes! I feel tired.

.....


Bergulat dengan perasaan seperti itu memang sangat melelahkan ya Moms! Do you feel the same?

Sadar

Saya merasa terlalu berlebihan menilai diri saya sendiri sejauh ini.

Perfectionis! Mudah dipengaruhi!

Dan ujung-ujungnya marah dan kecewa dengan diri sendiri. Beuuhh. 

*tepuk pipi kanan kiri*


Ingat Prestasi

Saya terlalu fokus sama kekurangan, lupa sama prestasi yang sudah saya raih sejauh ini. 

Pencapaian apa yang sudah Kifah raih? Apa yang paling saya suka dari Kifah? Apa yang membuat saya bangga sama Kifah? Karakter baik  apa yang saya sudah bisa saya tanamkan ke Kifah?

Kenapa saya lupa? Kenapa gak saya kalkulasi?

And you know what?

Setelah Kifah mulai bisa membaca, menulis huruf, berhitung sampai seratus, baca do'a makan, do'a masuk kamar mandi, do'a mau tidur, sholat lima waktu walau masih bolong, saya mulai sadar kalau ternyata saya terlalu underestimate sama diri sendiri. 

Setelah Kifah berubah jadi anak penurut, Kifah bisa membedakan mana baik dan buruk, saya jadi lebih menghargai diri. 

Hey, kamu sudah berhasil sampai ke titik ini loh!

Bukan lebay, tapi ternyata penghargaan terhadap diri sendiri membuat saya berangsur mengikis kata underestimate dari otak bawah sadar.

"Ternyata anak saya udah bisa ini loh"


"Ternyata dia berbakat di bidang ini loh"


"Ternyata dia bisa sabar"


"Ternyata dia selalu buang sampah pada tempatnya"


"Ternyata dia bangun Shubuh, kemudian Sholat dua rakaat"



Prestasi dan "keajaiban" yang ditunjukkan oleh anak, lama kelamaan mampu mengikis rasa underestimate atau tidak percaya diri yang sudah numpuk dan mengendap secara tidak disadari.  


Dulu saya selalu beranggapan, orang tua lain hebat, bisa melakukan banyak hal untuk anaknya. Sebaliknya saya tidak. 


Sekarang perlahan mind set itu saya ubah.


Orang tua lain bisa melakukan hal A pada anaknya, sedangkan saya mampu melakukan hal Z untuk anak saya. Karena kesukaan saya beda, kelebihan anak saya juga beda. 


Tidak perlu melakukan hal yang sama dengan orang tua lain. Tidak perlu menjadi rendah diri kalau kita tidak bisa melakukan apa yang dilakukan orang tua lainnya.


Gak perlu baper kalau anak sendiri sukanya main sepeda dibanding main mainan edukatif di rumah. 


Karena kondisi psikologis orang tua yang nyaman, lebih berarti ketimbang mengikuti seluruh "standar" orang lain dan membuat jantung ngos-ngosan.


Lebih Santai


Setelah berpikir mendalam ala ala filsafat itu lah saya sekarang berpikir cenderung lebih santai. Idealisme luntur gak jadi soal, yang penting saya bahagia di berbagai macam keadaan.


Anak lain hobi baca buku, anak saya hobi lari di lapangan, udah bukan lagi perkara yang bikin baper. Saya tidak perlu merasa gagal lagi dan underestimate atas diri sendiri.


Dengan keterbatasan saya sebagai orang tua, saya hanya perlu menerima "kode" yang diberikan oleh anak-anak saya kelak.


Timeline media sosial dengan segala dampak yang ditimbulkannya biarlah jadi inspirasi dan motivasi tersendiri. 


Sekarang saya harus merdeka, tidak perlu meremehkan diri sendiri, menganggap gagal, malas, dan label negatif lainnya. 


Fokus terhadap apa yang sudah saya capai, memaksimalkan ikhtiar lebih penting ketimbang baper sama diri sendiri. 





.....


Bagaimana perasaan Moms selama ini? 
Apakah pernah merasa underestimate juga?


[Blogging Seru] Cara Lain Memverifikasi PIN Google Adsense yang Tak Kunjung Datang

cara lain memverifikasikan akun google adsense


Antara sedih dan bingung, akun Google Adsense yang pernah mendadak 'OFF', iklan gak tayang di blog, hingga ada notifikasi merah dan email pemberitahuan yang harus segera diselesaikan.

"Akun Google Adsense saya belum terverifikasi!"

Beberapa artikel bilang, kalau PIN dari Google gak datang, maka akun Google Adsense kita akan dibanned dan dihapuskan. 

Dihapuskan?

Rencana dapet dollars dari Blog kan terancam GAGAL TOTAL DONGSSS!!!

ARRRGGGHHHH

...

Sebelumnya saya pernah cerita tentang iklan adsense saya yang hilang, dan feeling saya ini terkait dengan belum diverifikasikannya akun google saya karena PIN yang tak kunjung datang ke alamat rumah. 

Klik: Ketika Iklan Google Adsense Mendadak Hilang dari Blog

Para publisher adsense udah paham lah ya gunanya PIN ini untuk apa? yaitu untuk memverifikasi akun google adsense kita karena telah mencapai ambang pembayaran minimum.

Apa itu ambang pembayaran minimum?

Ya intinya ketika blog kita ini sudah mencapai batas yang ditentukan google untuk menerima penghasilan dari iklan yang dipasang oleh Google di blog kita yaitu sebesar 10$.

Jadi iklan kita udah ada yang ngeklik sebesar 10$ gitu loh, selanjutnya yaudah kumpulin terus sampai banyak supaya bisa diambil di Westren Union atau ditransfer ke rekening Bank kita.

Kaya dah kaya!

Wkwkwkwk.


PIN Tak Kunjung Datang

Masalah saya kemarin itu PIN nya gak dateng-dateng Bro, Sist!

Udah minta dikirimin PIN yang baru, bahkan udah setahun lah saya tunggu gak dateng juga, sampai ada notifikasi warna merah di sudut kanan atas bahwa iklan saya akan dihentikan sementara sampai akun google adsense saya terverifikasi. 

Kan sedih, nanti kalau dihapus akunnya sayang banget.

Setelah dua kali minta dikirim PIN, memang nasib lagi apes, PINnya tetep ga hadir juga ke rumah.

Setelah itu saya email Mbak yang dari Google yang sempet nelepon itu ya. 

Saya tulis ceritanya di sini:

Klik: 10 Tips Menembus Google Adsense

Mbaknya bilang saya tinggal upload aja scan KTP dan nulis alamat sesuai KTP jangan lupa. Walaupun saya udah bilang domisili saya di Bogor gak alamat sesuai KTP, Mbaknya bilang harus sesuai aja. 

Yaudin, saya upload scan KTP dan alamat pembayaran yang sesuai KTP juga.

Setelah itu saya nunggu lagi, BERBULAN-BULAN LAMANYA nungguin PIN yang udah ganti untuk kedua kalinya.

Masih Tak Datang

Udah Hopeless, makanya hari ini aku coba buat cari cara gimana PINnya itu datang, apakah harus disusul ke kantor POS?

Niatan sih gitu, susulin aja apa ya suratnya? Alamatnya takut gak ketemu, atau pas Pak Posnya dateng, di rumah lagi gak ada orang.

Karena saya berpikiran seperti itu, yaudah saya coba lagi buka akun Google Adsense. Rencananya mau minta PIN ketiga.

Tapi ternyata TIDAK BISA. Menu minta PINnya udah gak available.

*Udah mau nangis lagi

Daaann, setelah Googling, ternyata verfikasi Google Adsense yang tidak menerima PIN bisa dilakukan dengan mengupload scan KTP. Dan gak usah nungguin PIN dikirim, karena sudah langsung diverifikasi oleh Tim Google. 

Dan kenapa juga si Mbaknya gak bilang kalau Upload Scan KTP itu untuk verifikasi. Kirain cuman buat mastiin alamat aja, asli apa palsu. 


Ya Alloh, kemana aja dari kemaren T______T

Klik: Ternyata Ngeblog Membuat Saya Banyak Belajar Tentang Hal Ini


Cek Email

Karena penasaran, saya cek email, takutnya masuk folder spam atau nggak terbaca, dan benar saja ternyatahhh.

Ada email dari Google Adsense.

Pelanggan yang terhormat,

Terima kasih karena telah mengirimkan bukti identitas Anda. Kami ingin menyampaikan bahwa hal ini memenuhi persyaratan verifikasi alamat untuk AdSense!

Perlu diketahui bahwa Anda mungkin masih melihat notifikasi penangguhan pembayaran di akun Anda. Yakinlah bahwa PIN Anda telah diverifikasi dan notifikasi tersebut akan hilang dalam 24 - 48 jam.

Setelah Anda memverifikasi alamat, pastikan Anda telah menyelesaikan langkah-langkah tambahan berikut untuk menerima pembayaran:

and bla bla bla.


Tuuuhh kaaann, ternyata Google udah ngirim email ini dan GAK TERBACA. 

Alhamdulillah yeaaahh, akhirnya akun Google Adsense saya sudah terverifikasi dengan mengupload scan KTP saja dan gak deg-degan lagi PIN dari Google gak nyampe ke rumah dan nyasar entah kemana.


Terima kasih Google, semoga aku cepet gajian yaahh.


Ps: Buat yang ngalamin kejadian seperti saya ini, jangan lupa upload scan KTP dan cek email ya. Dan voila, akun Google Adsense kamu terverifikasi dengan sempurna. 


......



Ada yang udah pernah gajian dari Google Adsense? 

Ceritain dong di kolom komentar :D


Pastikan Kamu Perhatikan Beberapa Hal Ini Sebelum Memesan Makanan di Warung Makan


Gegara tadi pagi share berita dari qraved.com tentang beberapa tragedi warung makan yang mematok harga selangit, aku jadi kepikiran buat nulis ini, dan pas banget juga timingnya buat ngepost di label weekend review di hari Jum'at nan mendung asoy geboy yang enak dipake buat tidur lagi ini. 

Baca tulisan di qraved itu beneran bikin aku bergidik. Soalnya pernah ngalamin juga DITEMBAK sama harga di warung makan yang boleh dibilang warung makannya ecek-ecek, ya gak bagus-bagus amat tapi bikin kapok naudzubillahimindzalik buat balik lagi ke sana.

Mungkin yang punya warung pengen bangun apartemen di Pantai Indah Kapuk.

Pernah Ngalamin

Yaps. Aku pernah ngalamin, seingetnya sih di Cibinong, warung makan sea food dan di Puncak Pass, tempat makan Indomie.

Ya gitu deh, pas makan, harganya gak rasional. 

Apalagi emak-emak yang tahu harga indomie sama baygon bakar di warung dengan sangat jelas dan akurat, dikibulin sama harga tembak-tembakan begitu sudah termasuk dalam kategori penistaan terhadap kapabilitas keilmuan emak rumah tangga.

Cih, ora sudi.


Jangan Tertipu Tempat

Dan yang aneh parah adalah tempat yang biasanya ngibulin konsumen pake harga menjebak ini adalah bukan hotel bintang lima, bukan tempat makan steak wagyu, bukan tempat kerjanya chef Chandra, bukan tempat hang outnya Kim Kardashian, tapi cuman warung makan biasa, malah kadang meja sama tempat duduk juga seadanya.

Tapi apa?

Masang harganya gak kira-kira!

Pengalaman temen juga sama, warung makan di sekitaran Alun-alun Bandung juga ada yang menjebak. Untungnya ditanya dulu sebelum pesen, dan akhirnya bisa cancel dan cuman pesen beberapa makanan aja, dan itu pun habis dua ratus ribuan.


Dan itu cuman level KAFE TENDA DI PINGGIR JALAN.


Modus

Jadi, kalau aku pikir-pikir itu modusnya gini:

-Tempat dibuat "jelek" supaya terkesan murah, dan orang jadi berdatangan.
-Konsumen dibuat malu. Masa iya sih ribut gara gara gak mau bayar? bukan orang Indonesia banget kan? Apalagi kalau kita datang dari jauh, mana berani komplain dan ngajak ribut tukang warung. Kepaksa deh bayar aja dari pada malu sama bikin rusuh.


DAN TENTU SAJA KONSUMEN JUGA DIBUAT KAPOK BUAT DATANG LAGI.


Apa Aja yang Harus Diperhatikan?

Sebenernya ini juga warning banget buat aku sendiri sih, kalau pergi kemana-mana jangan sampe kalap makan trus salah warung dan bikin ZONK buat diri sendiri.


1. Jangan Terkecoh Lokasi

Lokasi yang lesehan, cuman tiker doang bukan berarti warung dengan harga murah. Bisa jadi itu jebakan betmen. Tetep harus siap siaga, takutnya emang beneran warung tersebut ngejebak. 

Kecuali kalau udah sering datang, dan dapet rekomendasi dari temen.


2. Lihat Menu

Hat-hati sama menu yang gak nyantumin daftar harga. Bisa bikin sakit hati ujung-ujungnya. Jangan asal mesen aja, harus diliat dulu harganya yang bener.

Nah, ini kejadian juga sih kemarin pas makan bareng keluarga di h-1 tahun baru. Kita makan di warung makan sunda, dan di daftar menunya gak dicantumin harga, hanya menu makanan aja.

Sempet deg degan dan mikir jelek sih. Tapi menurut kakak ipar warung makan ini udah terkenal enak, dan udah sering orang datang ke sini.

Dan pas bayar, wah ternyata harganya lumayan. Ya tapi sebanding juga sih dengan menu makanannya dan rasanya juga emang enak-enak. Yaudah lah itu mah gak apa-apa. 


3. Berani Nanya

Malu bertanya sesat di jalan udah gak berlaku juga sekarang, soalnya bisa search pake google maps. Yang tentu lebih sakit hati mah, malu bertanya sekarat di dompet. 

Gile aje, lagi asik jalan-jalan, dompet terkuras habis buat beli makanan yang udah disetting sebagai jebakan betmen.


4. Cari Rekomendasi

To be honest, aku orangnya mendahulukan rekomendasi orang lain dulu. 

Misalkan abbiy ngajak makan ke tempat A, pasti aku nanya:

"Enak ga? Udah pernah ke sini belum? Rekomendasi siapa?"

Kalau sekiranya belum, aku pasti lebih milih ke tempat makan yang udah biasa didatengin aja. Biar bosen juga gak apa-apa, dari pada sakit hati terus kepikiran sampe sakit-sakitan di rumah.


5. Baca Review dari Blogger

Ini juga!

Aku mah lebih percaya review-an blogger, apalagi udah kenal di komunitas sama bloggernya. Lebih jujur dan realistis, dari pada harus menelan pil pahit dijebak sama harga bintang lima rasa kaki lima.

Kutashanggup untuk baper ke sekian kalinya.


6. Periksa Struk 

Habis bayar jangan langsung masukkin struk ke dompet dan kabur. 

Baca lagi!

Siapa tau ada makanan yang gak kita pesen dimasukin ke dalam struk yang kita bayar, atau harga yang tertera di menu beda sama yang tertera di struk.

Kan kita jadi bisa komplain, gak ketipu mentah-mentah sama pedagang yang punya mental tipu-tipu.


7. Berani Komplain

Nah, ini juga masalah.

Gak banyak orang yang berani ngomong, dari pada malu ya bayar aja, padahal udah tau ada aroma penipuan. 

Bagi sebagian orang yang berani sih gampang aja, tapi buat yang tipe pemalu, duh susah minta ampun loh ngomong dan berani "mencak-mencak" di TKP.

Jadi, untuk mengantisipasi, kalau lagi travelling bawalah temen yang berani ngomong dan memperjuangkan hak asasi manusia jika memang kamu merasa orang yang pemalu buat sekedar komplain.


8. Cari Aman

Kalau takut ketipu, yaudah aja makan di tempat yang udah tahu harganya. Semacam, Mekdi, Kaefsi, atau Fitsa Hats

Udah familiar kan?

Yaudah sih makan di situ aja biar tenang. Hahahaha. 





***

Gak enak kan kalau travelling kita berakhir tragis gara-gara dijebak sama warung makan tipu-tipu. 


Ada yang pernah punya pengalaman seperti ini? Atau kalau misalnya nemu warung makan model gini, apa yang bakal kamu lakukan?


Ceritain yuk!