Copyright by tettytanoyo. Powered by Blogger.
Showing posts with label Nikah Muda. Show all posts

#NikahMuda Beberapa Hal Yang Harus Didiskusikan Sebelum Memutuskan Menikah Sambil Kuliah



Ahem,

Label #NikahMuda di blog ini udah lumayan lama nganggur. Soalnya yang punya blog sibuk nyeritain anaknya dan warna warni jadi emak rumah tangga.

Sampai lupa, padahal dulu ada proses panjang sebelum menuju kesini. 

Ketika belum kenal blog, saya pengen banget cerita pengalaman saya tentang nikah di usia muda plus sambil kuliah juga. Keputusan yang cukup anti mainstream bagi sebagian orang waktu itu.

Entah ya kalau sekarang, apakah orang atau orang tua lebih menyambut pernikahan yang dilakukan di usia yang dibilang dini, tapi ya semata untuk menangkal efek buruk pergaulan bebas dan segala kegeloan zaman sekarang.

Bukan maksa anaknya nikah muda buat dapet mantu anak orang kaya ya kayak di pelem pelem India. 


Mwahahaa.

Balik lagi ke soal cerita nikah sambil kuliah. 

Dulu saya bingung mau nulis pengalaman saya ini dimana, sampai akhirnya sekarang saya rutin nulis di blog ini. 

Beberapa email dari pembaca blog ini pun masuk dengan segudang curhatan tentang niatan mereka untuk menikah sambil kuliah gegara baca tulisan menikah saat kuliah.  

Daannn yeay, karena udah punya 'media' sendiri, apa salah dong saya nerusin lagi label #NikahMuda dan mudah-mudahan banyak yang baca juga.

Agar supaya pembaca blog gak susah susah ngimel pribadi, karena udah ada jawabannya di postingan. Jadi aku lanjutin aja ya label #NikahMudanya. Supaya gak lupa juga sih sama pengalaman yang dulu-dulu.

Bial makin cayang cama cuami, cama anak, karena pernah cucah cenang bareng eeeaaaaaa.


.....

Menikah sambil kuliah itu emang bukan perkara mudah, apalagi dua-duanya harus mendapatkan fokus yang tinggi untuk dijalanin. 

Masa sih bisa dijalanin bareng?

Ya tergantung sih, dimana ada niat dan kerja keras, dua-duanya bisa dijalanin bareng. Yang baik-baik gak usah lah dibentur-benturkan, selama dua-duanya merupakan suatu kebaikan.

Kuliah baik, nikah juga baik, ya berati secara logika bisa dijalanin bareng.

ASAL YA ITU TADI. 

Kembali ke niat dan kerja keras bersama antara suami dan istri nantinya.

Jadi, apa aja yang harus didiskusikan antara calon pasangan dan juga keluarga?

1. Soal Nafkah

Ini penting dan realistis. Bagaimana selanjutnya nafkah keluarga. Apakah suami akan menanggung nafkah keluarga seluruhnya? Apalagi kalau suami kuliah, apakah sudah bisa bekerja atau menghasilkan rupiah untuk menopang keuangan di rumah?

Dari mana saja pos keuangan?

Apa orang tua masih memberikan uang jajan atau uang kuliah kepada masing-masing anak?

Karena ada juga orang tua yang mau ngasih 'uang jajan' buat anaknya. Menikahkan anak semata untuk menghindari zina, supaya gak bablas bergaul dengan lawan jenis, supaya anaknya lebih terjaga. 

Soal uang, orang tua masih dengan senang hati memberikan walau sudah gugur ya segala kewajibannya sebagai orang tua.

Apakah akan berwirausaha?

Saran saya sih, sebelum memutuskan menikah sambil kuliah, lebih baik ada perencanaan wira usaha. Lebih baik sudah berani membuka usaha meski hasilnya masih jauh dari target.

Tapi bukankah Allah menyukai hambanya yang berproses? 

Lebih baik merencanakan pos keuangan dulu, diskusikan dengan calon pasangan dan keluarga, dari mana sumber keuangan yang akan didapatkan setiap hari atau setiap bulannya.

Karena menikah sambil kuliah itu beda ya dengan orang yang menikah tapi sudah bekerja. Mereka sih mudah untuk menghitung besar pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, tapi buat yang mau 'nekat' menikah sambil kuliah, plan berwirausaha lebih baik dibicarakan bersama.


Satu lagi, nyerempet materi juga.

Soal mahar, yang biasanya sensitif nih. 

Gak perlu yang mahal-mahal dan aneh-aneh. Coba cek harga sepeda lipat di toko sebelah, siapa tahu calon pasangan pengennya dikasih sepeda buat berangkat ngampus bareng ya kan?

Aheeeyyyy


2. Tempat Tinggal

Mau tinggal terpisah atau bersama orang tua?

Ini juga harus dipertanyakan bersama. Jika tinggal terpisah pastia akan ada cost tambahan untuk sewa rumah dan lainnya. Tetapi bila tinggal bersama dengan mertua, pengeluaran untuk sewa rumah bisa dihilangkan. 

Tapi harus dipertimbangkan pula bagaimana teknis tinggal bersama mertua. Bagaimana tentang pembagian "wilayah" rumah, mengerjakan pekerjaan rumah, memasak makanan, mencuci baju, dll.

Karena suatu saat, hal-hal kecil seperti ini akan memicu "konflik" yang akan mengganggu stabilitas rumah tangga jika tidak dikelola dengan baik. 


Klik: Tentang Ibu Mertuaku

3. Penyelesaian Kuliah

Bagaimana kuliah dan penyelesaiannya?

Karena kebanyakan yang nikah sambil kuliah itu kuliahnya gak beres sesuai rencana. 

Ini juga harus jadi komitmen, jangan sampai keasyikan ngurus rumah, ngurus anak, atau sibuk cari nafkah, kuliah jadi terbengkalai.

Dari awal harus ada komitmen bersama bahwa kuliah tetap harus berjalan dan lulus tepat pada waktunya. 

Misalkan kuliah harus disiplin, tugas kuliah harus jadi prioritas, membaca buku, baca artikel ilmiah harus rutin setiap minggu atau bulan.

Jangan sampai menikah malah menghilangkan iklim atau suasana belajar dan mencari ilmu. 

Harapanya sih, dengan menjalani berdua, setiap ilmu pengetahuan bisa dikejar dan digapai dengan maksimal. Syukur-syukur berdua bisa dapet beasiswa karena kegigihan dalam belajar yang gak pernah surut. 

Semangat mencari ilmu dan menyelesaikan amanah belajar dari orang tua harus terus menggebu, gak boleh sedikitpun dilupakan dan dilakukan dengan 'seadanya'.

Karena menikah dan mencari ilmu adalah ibadah dan hal yang disukai Allah, jadi lakukan keduanya dengan penuh tanggung jawab.

Sip.



4. Tentang Anak

Saya pernah dicurhatin tentang masalah anak. 

Jadi ada temen yang mau nikah sambil kuliah, dia bingung mau punya anak dulu atau nggak. Soalnya kalau udah punya anak otomatis bakal gunjang ganjing lah kegiatan kuliah, kecuali bisa dikondisikan dengan menitipkan anak pada pengasuh, orang tua, atau day care.

Saya sih bilang, kalau memang belum memungkinkan atau supporting systemnya belum ada, yaudah gak apa-apa tunda dulu aja punya anaknya.

Eh, yang nanya malah bilang:

"Kalau udah siap nikah, ya harus siap punya anak dong!"

LAAHH TADI KAN NANYA. DIJAWAB MALAH GAK TERIMA. 


Yasudahlah.

Jadi intinya soal anak ini kembali ke 'kepercayaan' dan kesiapan masing-masing. Kalau memang takut gak ada support system di keluarga atau di lingkungan, yaudah tunda aja dulu sampai lulus kuliah. 


Tapi kalau memang lihat adanya bala bantuan untuk punya anak nanti, ya gak apa-apa punya anak juga. 

Yang penting kan anak terurus, terjaga, kuliah juga gak terbengkalai. 

Kerepotan sendiri itu gak enak cyin, jadi mending diminimalisir aja ya hal-hal yang sekiranya akan menjadi 'kendala' dan menghambat kinerja rumah tangga yang akan dibangun.


5. Tentang Cita-Cita

Menikah muda atau menikah sambil kuliah itu identik dengan penghambat jalan meraih cita-cita. Apalagi nada sumbang di luar sana yang selalu bilang:

"Ya kalau udah nikah, punya anak, boro-boro bisa lanjut S2."

atau

"Jangan harap deh bisa mimpi jalan-jalan keliling dunia kalau udah nikah. Udah gak bebas, udah gak bisa sendirian kemana-mana."

Sebenernya ini juga harus didiskusikan ya. Apalagi sebagai kaum perempuan, yang nantinya akan all out di rumah ngurus anak dan suami.

Bagaimana dengan cita-cita masing-masing?

Misalkan ada yang mau jadi dokter spesialis kandungan, mau jadi dosen, mau jadi penulis atau mau jadi travel blogger *uhuk* 


Cara mewujudkannya gimana ya? 

Sebagai calon suami istri yang bisa dikatakan calon tim, calon orang-orang yang akan sukses bersama, baiknya harus terbuka soal cita-cita, mimpi, harapan masing-masing.

Bukan apa-apa, dengan merencanakan support dari calon pasangan, pernikahan yang akan dibangun akan menjadi lebih 'hidup' dan terarah, serta tidak mematikan potensi masing-masing pasangan.

Bukankah pasangan yang baik adalah yang saling membangun satu sama lain? Jadi jangan lupa diobrolin ya, supaya kedepan suami istri adalah pasangan yang benar-benar hebat dan tak terkalahkan.

Ciyaaatttt Ciyaaattt Ciyaaattt.


.....

Sampai sini segitu dulu ya, Next akan aku jabarin lagi satu-satu atau aku ceritain pengalaman menikah sambil kuliah dulu di blogpost dengan hashtag #NikahMuda.

Oia tambahan.

Cukup banyak yang ngeimel tentang bagaimana caranya mendapatkan Ridho dan Restu orang tua?

Aku sih suka jawab, dengan punya rencana atau plan minimal 5 point di atas, kamu akan one step ahead dengan restu orang tua. 

Kenapa?

Karena orang tua pun akan memberikan pandangan berbeda kalau kamu punya visi dan misi yang jelas untuk membangun rumah tangga ke depan.

Gak ujug-ujug minta nikah karena abis nonton sinetron kecil-kecil jadi manten.

Jadi jawabannya, coba perjelas alasan, rencana, visi, dan misi kamu untuk menikah sambil kuliah. Supaya orang tua yang tadinya "awkward" sama niat tulus ikhlas kamu, berubah menjadi supporter terdepan dan mendukung kamu habis-habisan.




Any opinions? Drop your comments!


8 Etika Menjenguk Bayi Baru Lahir yang Sering Diabaikan

8 Etika Menjenguk Bayi Baru Lahir yang Sering Diabaikan


Jenguk bayi adalah agenda wajib kalau ada temen atau saudara yang baru aja lahiran.

Yaeyalah, kalau bayinya belum lahir namanya kondangan. 

Bahaha.

Iya sih biasanya gitu, setahun setelah kondangan memang agenda berikutnya adalah JENGUK BAYI ke rumah pasangan suami istri yang baru jadi mahmud dan pahmud. 

Jenguk bayi ini biasanya janjian, atau perseorangan (((PERSEORANGAN))) ya sih kadang aku kalau jenguk bayi gak pengen rame-rame sama temen, soalnya berisik! 

Kasihan ibu dan bayi yang harusnya bobo siang karena abis begadang jadi keganggu karena kedatangan rombongan tamu yang suka haha hihi tak sadarkan diri kalau dia itu GANGGU BANGET.

Dijenguk kok bilang ganggu sih! Harusnya kan seneng!


Yaeya laaahhh, kalau situ bertamunya khilaf sama etika. Mentang-mentang temenan sama mamahnya, mentang-mentang sobatan sama papahnya, mentang-mentang belom nikah *eh

Jadi jenguk bayi berasanya maik ke kostan temen aja. 


Hiyaaahhh... Wadezig.. Wadezig!

Beberapa orang yang sudah makin mature pasti makin ngerti juga etika ketika jenguk bayi orang lain walaupun itu temen, ada hal yang harus diperhatiin secara sopan santun ataupun sekedar menjaga kesehatan psikologis ibu yang baru saja melahirkan.

Klik: Apakah Baby Blues Datang Lagi Pada Persalinan Kedua?

Dan akhirnya aku ngeresume hal apa saja yang biasanya diabaikan oleh "para tamu" yang sedang menjenguk bayi merah yang baru saja menatap dunia fana ini.


1. Suara

TOLONG YA TONE SUARANYA DIBIKIN MERDU DULU KEK TULUS ATAU RAISA.

Haha Hihi barang temen emang sesuatu banget apalagi udah lama gak ketemu dan sekalinya ketemu di salah satu anggota gengs yang baru aja ngelahirin.

Kalau kamu masih amaze temen kamu udah bisa menghasilkan seorang bayi, padahal dulu di kelas paling rame atau paling sering nyontekin PR kamu, teuteup ya harus dijaga volume suaranya.

Bisa jadi, temen kamu itu udah susah payah boboin bayinya sampe gak tidur semaleman. Eh, siangnya kamu datang dengan suara mirip petasan nyambut besan datang ke rumah.

Plis. Kamu harus lebih peka liat mata temen kamu yang udah sembap karena gak tidur semalaman tadi.


2. Pembicaraan

Boleh lah ngobrol basa-basi asal mengikuti norma dan kaidah yang berlaku. Misalnya nanya:

"Gimana sih rasanya hamil dan ngelahirin itu?"

"Gimana sih pertama kali merasa jadi ibu?"

Yang positif-positif gitu ajalah nanyanya. Gak usah:

"Yah, Loe udah gak bisa heng ot bareng kita lagi."

"Yah, selamat begadang ya, rempong deh sekarang jadi emak-emak"

Plisss. 

Walaupun realitanya memang bakal seperti itu, yaudah sih gak usah diomongin.

Klik: Cara Menghilangkan Stretch Mark Pada Ibu Hamil


3. Mengomentari Fisik Bayi

"Kok idungnya pesek, gak kayak papahnya."

"Kok item sih bayinya."

"Kok kecil sih, tetangga sebelah rumah gue kemaren pas lahir bayinya gede."

"Kok anu sih, kok itu sih, and bla bla bla...."


STOP. 


Lebih baik jangan dilanjutkan sebelum darah temen kamu mendidih perlahan dan kamu diusir keluar.


Mending cari topik pembicaraan lain yang lebih menghibur dan menyejukkan.


"Alhamdulillah ya, bayinya cantik, manis, insya alloh jadi anak shalihah."

"Wah, bayinya mirip ayah bundanya, gedenya pasti ganteng."


Tapi untuk menghindari kepeleset lidah, mending gak usah diomongin deh tentang fisik si bayi.

Kalau kamu lihat hidungnya emang pesek, yaudah sih biarin aja. Atau kulitnya yang gelap, gak gemuk, gak chubby. Yang namanya bayi itu beda-beda sesuai genetika ayah dan ibunya. 


Gak mesti dicari kekurangannya trus diomongin, apalagi jadi bahan ledekan. 




4. Langsung Menggendong

Kalau kamu datang dari luar rumah, usahakan jangan langsung gendong bayinya yah. Cukup liat aja dari luar box bayi atau tempat tidurnya. 


Bisa aja kamu itu membawa kuman atau virus yang bisa menularkan penyakit ke tubuh bayi. Apalagi sebelum gendong kamu belum cuci tangan pakai cairan antiseptik.

Atau bisa jadi ibunya sendiri merasa gak enak bayinya digendong orang lain. Karena ada juga loh ibu yang risih kalau anaknya langsung ditimang-timang sama orang, berasa gak nyaman.



5. Menanyakan Proses Melahirkan 

Biasanya yang udah pernah melahirkan duluan ujug-ujug jadi sotoy dan seolah paling benar.

"Kamu sesar ya? Kurang gerak kali pas hamil."

"ASInya gak keluar juga? Kurang makan sayur pasti. Aku dulu ASInya deres banget kok."

"Lahiran di RS? Aku kemaren di Bidan aja cepet banget lahirannya."


EIIYYYY CAPEEE DEHHH.


Please ya kalau kamu gak ingin hubungan silaturahim sama temen kamu putus jangan pernah ngomong kek gini waktu jenguk bayi yang baru lahir.


Soalnya ibu baru ngelahirin itu sama banget kayak monster yang baru lahir juga, SEEEENNNSSIIIIHHHH.


Wkwkwkwk.

6. Mau Kerja atau Tidak Sehabis Melahirkan


Sebenernya ini bener-bener bukan urusan kamu.

Kalau si tuan rumah gak membicarakan ini duluan, jangan ditanyain lah. Soalnya ini sensitif banget. 

Dan bisa berujung pada Mom War berikutnya.

Klik: Ini Dia 20 Topik yang Selalu Bikin Mom War!

Apalagi sampe ada yang ngomong:


"Aduh kasian bayi kecil gini udah mau ditinggal kerja."

Mamahnya bisa kray kray kray semaleman nanti. Just remember, ibu melahirkan itu sensitif banget perasaannya. 

Klik: Underestimate


7. Nyampah

Kalau kamu bawa makanan atau disediain makanan sama tuan rumah, usahain 


JANGAN NYAMPAH!


Abis ngelahirin itu boro-boro bisa beresin rumah, jalan aja masih sakit apalagi kalau ada luka bekas jahitan.


Jadi tolong sadar diri yah, jangan nyampah di rumah orang. Syukur-syukur kamu bantuin beberes sapu-sapu, sebelum pulang.

Yeaayy, kamu bakalan dapet point plus banget nih kalau begini.

*Dipeluk ibu-ibu rempong sekecamatan*


8. Datang Tanpa Pemberitahuan


Nahhhh, ini juga gengges banget.

Ujug-ujug datang tanpa pemberitahuan. Apalagi baru pulang banget dari RS atau rumah bersalin. 

Ya mending kalau rumahnya lagi rapi, penampilan lagi fresh.

Lah kalau rumah masih porak poranda, tampang masih kucel belom mandi, masih pake daster yang bau ASI. 

Gimana? Kan maluuu tauuukkk.


Jadi, kalau mau dateng jenguk bayi yang baru lahir, pastiin dulu kasih kabar ya ke tuan rumah yang mau kita kunjungi. Supaya bisa siap-siap dan menerima tamu dengan senang hati.


.....

Sebenernya udah banyak banget artikel yang bahas soal ini, tapi ya gitu deh yang mengabaikan 8 hal ini juga masih banyak bangeettt.


Kalau kamu pernah ngalamin yang mana? Atau mau berbagi 
tips and trik ketika sedang menjenguk bayi yang baru lahir?

Sharing Yuk :D


[Mommy Diary] Apakah Baby Blues Datang Lagi pada Persalinan Kedua?

 Apakah Baby Blues Datang Lagi pada Persalinan Kedua?

Senin ini memang jadwalnya Mommy Diary sih, biasanya kalau aku gak sempet update hari Senin, yaudah updatenya besoknya, besok, besoknya lagi, dan akhirnya lupa gak posting-posting sampai kelinci berubah jadi balon tapi banyak bulunya.


Daaann ada yang sepesyal loh, curhatan Mommy Diary hari ini akan duet maut sama pemilik blog handdriati.com



Awalnya aku sama ceuceu Handriati ini chatting-chatting-an, sekitaran setahun yang lalu. Pas udah ngobrol ngalor ngidul, ternyata ada fakta terungkap bahwa kita ini dilahirkan lewat peranakan yang sama, yaitu Suku Sunda dari daratan Ciamis.

Yeaahhh ternyata kita berdua mojang Ciamis euy!


*Brb bikin komunitas Blogger Ciamis di Facebook.


8 Hal Ini Ternyata Baru Bisa Saya Lakukan Setelah Menikah

8 Hal Ini Ternyata  Baru Bisa Saya Lakukan Setelah Menikah
Image from Pexels


Iya bener judulnya gitu.
.
.

DELAPAN HAL INI TERNYATA BARU BISA SAYA LAKUKAN SETELAH MENIKAH

.
.

Emang sebelum nikah kemana aja? 


RAPAT BROW RAPAT



Aku mah anak Kura-kura, Kuliah Rapat Kuliah Rapat. Jam terbangnya minim kalau urusan rumah tangga. Kalau ditanya AD ART baru paham, kalau ditanya bumbu rendang mah wassalam.

Jadi ya wayahna weh, baru bisa pas abis nikah. 

Eta oge kapaksa cigana

Mau Berbisnis di Usia Muda? Gampang, Sekarang Ada Ralali.com yang Bisa Bantuin Kamu!

memulai usaha di usia muda


“Halo, bisa bicara dengan Kang Ijang Permana Sidik?”
seseorang bersuara maskulin berbicara dari sebrang telepon.

“Ya, saya sendiri” jawab suami saya.

“Bisakah besok kita bertemu? Saya wartawan Pikiran Rakyat, ingin wawancara dengan Kang Ijang”

Obrolan singkat di telepon memecah suasana. Musik degung yang sedang mengalun di aula Mesjid Al Furqon Universitas Pendidikan Indonesia mendadak tak terdengar di telinga kami saking kagetnya. Kebetulan hari itu kami sedang melaksanakan walimatul ursy Kakak kedua. Saya dan suami baru saja menerima telepon dari seorang wartawan Pikiran Rakyat,tepatnya dari rubrik Kampus yang meminta waktu untuk wawancara.

“Mau wawancara apa, Bi?” tanya Saya.

“Katanya tentang nikah sambil kuliah” Jawab Abbiy.

memulai usaha di usia muda
Antara norak sama seneng, koran dipigurain.


Menurut pengakuan sang wartawan, ada seorang teman yang merekomendasikan kami untuk diwawancarai ketika Koran Pikiran Rakyat sedang mencari narasumber untuk mengisi rubrik ‘kampus’ yang temanya mengenai “menikah saat kuliah”

Singkat cerita, kisah “nikah muda” kami berhasil mengisi rubrik kampus Koran Pikiran Rakyat bersama dengan cerita kang Surya Kresnanda (yang saat ini berprofesi menjadi trainner) dan istri, yang sama sama menikah saat kuliah juga dong pastinya.

Dalam kutipan wawancara, salah satu yang disoroti adalah mengenai “tanggungan nafkah keluarga” mengingat kami ini masih kuliah semua. Jangankan punya pemasukan, yang ada malah pengeluaran terus terusan, ya namanya juga kuliah, butuh biaya banyak.

[Review] Pompa ASI Manual Unimom Mezzo

review pompa asi manual unimom mezzo


Holla!

Kali ini saya mau review lagi tentang pompa ASI manual. Mengingat makin banyaknya ibu ibu yang semangat dan senang hati memberikan ASI ekslusif bagi bayinya. 

Sebelumnya saya sudah mereview pompa ASI manual Emily Little Giant yang murah meriah tapi kualitas masih lumayan oke lah.


Kali ini saya mau review lagi tentang pompa ASI manual. 

Emily Little Giant saya pakai ketika melahirkan anak pertama, yaitu Abang Kifah. 


Di kelahiran anak yang kedua, saya berniat mengganti merk pompa ASI manual. Ya alasannya sih karena bosen aja, pengen nyoba yang lainnya. Dan akhirnya pilihan jatuh ke:

Unimom Mezzo Pompa ASI Manual 

Berburu Souvenir Islami di Refiza.com

souvenir islami refiza

For the rest of my life
I'll be with you
I'll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I'll be loving you
loving you
For the rest of my life
Through days and nights
I'll thank Allah for opening my eyes 
Now and forever I
I'll be there for you

(Maher Zain-For the rest of my life)


Hayo siapa yang berkaca-kaca waktu baca atau denger lirik lagu ini? 

Kalau saya sih, rasanya langsung nyesss banget dihati. Lirik lagunya ROMANTIS ABISSS. Apalagi romantisnya buat pasangan suami istri, bukan lagu mellow untuk para pasangan kekasih yang belum halal.

Pernikahan adalah topik yang tak pernah habis untuk dibahas. Diforum-forum, di pengajian, seminar, bahkan sekarang banyak trainer yang melakukan pelatihan khusus untuk para lajang yang ingin menikah ataupun yang sudah menikah.

Bahkan, saya sendiri pun pernah menyelenggarakan Giveaway tentang Konsep Pernikahan Impian beberapa bulan yang lalu di blog ini.

Pernikahan identik dengan sesuatu yang indah, berkah, bahagia. Bagaimana tidak, pertemuan dua insan yang berasal dari belahan bumi antah berantah, yang saling mencari satu sama lain dalam jalan hidupnya masing-masing, kemudian dipersatukan oleh Sang Khalik dalam sebuah akad nikah yang menakdirkan kedua insan tersebut untuk saling membersamai menyusuri masa depan.

Insya Allah.

Menikah pada hakikatnya adalah ibadah kepada Allah SWT dan dalam rangka mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

Jika Jodoh Tak Kunjung Datang

Photo by Posko Studio 86

Memiliki pasangan hidup adalah hal yang diimpikan oleh semua orang yang belum pernah merasakan indahnya pernikahan. Jodoh yang baik dan memenuhi kriteria selalu dinanti-nanti kehadirannya, bak katak merindukan datangnya hujan, bak malam yang menanti hadirnya rembulan. 

Setiap orang yang menantikan datangnya jodoh selalu bertanya-tanya, kapan datangnya ‘si dia’, apakah akan bertemu di kampus, di jalan, di mall, di tempat kerja, atau di acara reunian. Tapi, apabila sang belahan jiwa belum menampakan tanda-tanda kehadiran, mungkin kamu lupa akan hal ini.


Tentang Ibu Mertuaku

 
Foto Ibu, Kifah, Abbiy

Adalah hal unik untuk menceritakan tentang ibu mertua. Biasanya, kita sering menceritakan dan mengulang-ngulang kisah mengenai ibu kandung sendiri. Jarang-jarang ada menantu yang ‘membahas’ tentang mertuanya, kecuali memang ada ‘bahasan-bahasan’ tertentu. Ahaha. 

Saya punya “ibu baru” ketika usia saya belum genap 20 tahun, karena saya memang menikah di usia muda yakni pada saat kuliah. Cerita tentang menikah saat kuliah pernah saya tulis disini. Kebayang dong ya, umur segitu harus ‘berhadapan’ dengan ibunya suami, yang sama sekali belum pernah ketemu dan kenal sebelumnya kecuali sebelum nikah (waktu lamaran) dan persiapan menjelang pernikahan. 

Menikah saat Kuliah

sumber gambar: pinterest


"Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah: 1) Orang yang berjihad di jalan Allah. 2) Budak yang menebus dirinya dari tuannya. 3) Pemuda atau pemudi yang menikah karena ingin menjauhkan dirinya dari yang haram" (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim).



Banyak yang kemudian bertanya-tanya kepada saya, mengapa saya memutuskan menikah di usia yang belum genap 20 tahun waktu itu, dan ditengah perjalanan sedang menimba ilmu di universitas, bukankah  hal yang sulit untuk melakukan dua hal yang penting secara bersamaan. Banyak yang berpendapat bahwa salah satunya akan terbengkalai, entah kuliahnya atau rumah tangga-nya, karena keduanya membutuhkan fokus dan tanggung jawab yang besar. Jadi, mana bisa menikah saat kuliah? 

Pengalaman Memberikan ASI Ekslusif [ASI VS SKRIPSI]



Foto Kifah waktu baru lahir

Saya merasa bersyukur menjadi salah satu orang yang beruntung merasakan indahnya menikah di usia muda. Saya menikah diusia yang belum genap 20 tahun pada tahun 2010. Dan masih harus berjuang menempuh perkuliahan S1 semester lima di sebuah Universitas di kota kembang Bandung. Kemudian, berselang satu tahun setelah pernikahan, saya pun dikarunia seorang baby boy yang Alhamdulillah lulus S3 ASI di ulang tahunnya yang ke-2.

Jujur saja, ketika masa kehamilan mulai tri semester pertama hingga tri semester ketiga saya belum ngeh tentang pemberian ASI ekslusif untuk bayi. Sebatas tahu bahwa ASI itu sangat baik untuk bayi dibandingkan susu formula tanpa tahu teknis dan strategi pemberian ASI. Walaupun hampir setiap bulan saya check up ke Bidan, tak ada percakapan khusus antara saya dan Bu Bidan mengenai pemberian ASI ekslusif kepada bayi terutama pada usia 0 sampai 6 bulan dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun. Bahkan dalam rumah bersalin tersebut justru terpajang berbagai merk susu formula bayi mulai usia 0 bulan. Tepuk jidat.